Jika ingin menjadi penghafal al-Qur’an maka kita harus memiliki lingkungan yang mendukung. Namun, bagaimana jika kita tak bisa lepas dari pengaruh lingkungan?
Ustaz Slamet Setiawan, S.H.I mengatakan bahwa lingkungan memang menjadi salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan seseorang. Cara berpikir seseorang bisa berbeda-beda seiring perbedaan lingkungan tempat ia berada.
Bahkan lingkungan ini bisa menentukan perilaku dan sifat baik buruknya seseorang.
Baca Juga: Belajar dari Kota Penghafal Al-Qur’an
Ketika Penghafal Al-Qur’an Tak Bisa Lepas dari Pengaruh Lingkungan
Orang yang baik, besar kemungkinan memang karena ia biasa bergaul di lingkungan yang juga baik.
Sebaliknya, orang yang jahat, besar kemungkinan karena ia memang juga selalu bergaul di lingkungan yang buruk.
Lingkungan dalam hal ini tidak bisa hanya di artikan sebagai tempat, tetapi juga diartikan dengan siapa yang berada di dalam tempat tersebut.
Karena pada dasarnya suatu tempat tidak berpengaruh secara langsung terhadap seseorang, melainkan orang-orang yang berada di dalamnyalah yang dapat memberikan pengaruh, antara baik atau buruknya.
Adanya tempat maksiat dan keburukan, tentu tiada lain karena adanya orang-orang yang sengaja menjadikannya sebagai tempat maksiat dan keburukan.
Teman sepergaulan dalam sebuah lingkungan adalah yang paling banyak pengaruhnya. Benar sekali pepatah dalam bahasa Arab: ash-shahibu sahibun, teman itu menyeret.
Maka, jika kalian ingin terseret dalam kebaikan, carilah teman yang memang selalu berbuat kebaikan.
Karena jika sebaliknya, jika kalian berteman dan bergaul dengan para pelaku keburukan, kecil harapan kalian akan selamat dari pengaruh buruknya.
Kalian yang punya keinginan untuk menghafal al-Qur’an, ketahuilah bahwa keinginan tersebut akan sulit terwujud jika kalian justru bergaul dengan orang yang selalu membuat kalian jauh dari al-Qur’an.
Maka, mulai sekarang, pilihlah teman bergaul yang memang justru membuat kalian semakin dekat dengan al-Qur’an, yang membuat kalian semakin semangat untuk dapat menghafalkan al-Qur’an.
Namun, bagaimana jika kalian merasa tidak bisa lepas dari mereka yang selama ini bergaul dengan kalian? Jika kalian merasa berat untuk menjauhi mereka, maka kalian harus mengambil satu dari dua jalan.
Pertama, kalian harus bisa mengubah mereka menjadi orang yang baik, menjadi teladan untuk mereka, mempengaruhi mereka dengan kebaikan-kebaikan kalian, dan pada saat yang sama kalian mampu untuk tidak terpengaruh oleh keburukan-keburukan mereka.
Adapun yang kedua, jika ternyata kebalikannya, maka mau tidak mau kalian harus membatasi pergaulan dengan mereka dan mencari teman yang memang dapat membuat kalian semakin baik, termasuk dalam hal ini membuat kalian semakin termotivasi untuk menghafal al-Qur’an.
Imam al-Ghazali (w. 505 H)-sebagaimana dikutip oleh Abu al-‘Ala al-Mubarakfuri (w. 1353 H) di dalam Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarh Jami’ at-Tirmidzi mengatakan:
“Bersahabat dan bergaul dengan orang pelit akan mengakibatkan kita tertular pelitnya.
Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah keduniaan.
Sebab memang pada dasarnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.”
Jika kalian ingin hafal al-Qur’an, maka bersahabatlah dengan orang-orang yang juga menghafal al-Qur’an. [Ln]