ChanelMuslim.com – Keindahan Islamic Center Lhokseumawe merupakan salah satu kebanggaan warga Aceh. Provinsi yang mendapat julukan serambi Mekkah ini memiliki bangunan yang sangat megah dan indah.
Islamic Center atau Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam di Lhokseumawe ini berdiri tepat di pusat Kota Lhokseumawe yaitu di Simpang Empat, Banda Sakti, Lhokseumawe City, Aceh
Kini Islamic Center menjadi icon baru wilayah Samudra Pase sebagai pusat Konsentrasi Baru untuk mewujudkan kembali kejayaan dan peradaban Islam yang terbenam di wilayah kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara. .
Pembangunan Islamic center ini dimulai dengan peletakan batu pertama pembangunannya pada tanggal 13 Oktober 2001 oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.M. Jusuf Kalla (kini Wakil Presiden Republik Indonesia).
Awalnya Islamic Center Lhokseumawe dibawah kepemilikan pemerintahan Kabupaten Aceh Utara namun kemudian pada 2007 terjadi peralihan kepada Pemerintahan Kota Lhokseumawe sebab Kabupaten Aceh Utara yang awalnya beribukota Lhokseumawe berpindah ke Lhoksukon.
[gambar2]
Al-Markazul Islami Kota Lhokseumawe dirancang dan digagas oleh Tokoh-tokoh Ulama dan Cendikiawan yang berada diwilayah Aceh Utara dibawah Pimpinan mantan Bupati Aceh Utara, Ir. H. Tarmizi A Karim, M.Sc., pada masa konflik Aceh dulu.
Dalam Program jangka pendek Islamic Center dimulai dengan pembangunan Masjid Agung (induk) seluas 16.475,80 Meter persegi dan diperkirakan akan dapat menampung 14.000 Jama’ah.
Masjid ini bergaya Timur Tengah dengan kubah khas Masjid pada umumnya.
Kemegahan masjid terlihat jelas dari bangunan tinggi, kokoh dan modern.
[gambar1]
Dilansir laman bujangmasjid.blogspot.com/ kmenginformasikan mengenai Fasilitas yang terdapat di Islamic Center Lhokseumawe diantaranya:
(1). Masjid Agung : Bangunan masjid Agung di komplek Islamic Centre Lhokseumawe ini terdiri dari bangunan tiga lantai, dua lantai sebagai area sholat dengan daya tampung ± 6000 jemaah di lantai satu dan ± 3000 jemaah di lantai dua. Ditambah dengan lantai basement.
(2). Gedung Perpustakaan, berupa bangunan seluas 3662m2 mampu menampung 250 orang sekaligus, sebagai referensi bagi para peneliti / intelektual dan mahasiswa.
(3). Mess / Wisma Tamu : berupa bangunan lantai dua, dengan sepuluh kamar tidur dengan kapasitas 2 orang per kamar untuk menampung tamu tamu dalamkegiatan dakwah.
(4). Madrasah Diniyah : dengan dua belas ruang belajar, ditambah dua ruang laboratiorium dan satu ruang pustaka, mampu menampung 368 siswa.
(5). Gerai gerai (kios kios), terdiri dari 20 kios makanan / kantin serta tujuh took souvenir, toko buku, ATK & fotokopi, Boutique, wartel, warnet dan lain lain.
(6). Museum : museum ini dibangun sebagai wadah tempat penyimpanan benda benda budaya yang bernilai sejarah dan seni, terdiri dari ruang pamer tetap ruang pamer temporer dengan total luas keseluruhan mencapai 1.112 m2.
(7). Gedung Serbaguna, yang dapat dipergunakan sebagai ruang pertunjukan, kesenian dan olahraga dengan daya tampung mencapai 2.200 orang.
(8). Rumah Imam besar, untuk kepentingan kesejahteraan imam besar agar tugas tugas dapat berjalan lancar.
Masya Allah, semoga jadi Pusat Islam di Lhokseumawe. (jwt/berbagaisumber)
#masjidinfoid #masjid #mosque
ChanelMuslim.com – Dompet Dhuafa melalui Sekolah Literasi Indonesia (SLI) mengajak Forum Lingkar Pena (FLP) Ogan Ilir, mengadakan Pesta Literasi bertajuk kepedulian terhadap lingkungan. Gagasan tema pada acara tersebut ialah “Menumbuhkan Cinta Lingkungan Dengan Kegiatan Literasi.”
Kegiatan tersebut berlokasi di SDN 14 Indralaya Utara, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Kegiatan tersebut juga melibatkan sekolah-sekolah lain yakni, SDN 08 Indralaya Utara, SD Pidua Meranjat, dan MI Syafa’atut Thulab. Sekolah-sekolah di atas merupakan sekolah dampingan dari SLI.
Kegiatan tersebut terdiri dari beberapa lomba, yakni lomba menggambar, menulis surat, dan puisi, yang ditujukan untuk siswa-siswi. Ada juga lomba untuk para guru, yaitu lomba alat peraga atau media pembelajaran.
Desty Rina Purnamasari, selaku Perwakilan Dompet Dhuafa Sumatera Selatan, dan Rahmad Riady, dari FLP Ogan Ilir, sama-sama mengakui pentingnya kecintaan terhadap lingkungan. Hal tersebut juga dimaksudkan agar budaya literasi dapat ditanamkan sejak dini.
Coba lihat laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, yang berjudul “Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2017.” Terdapat tiga daerah yang memiliki Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang rendah, yakni Jakarta (35,78%), Yogyakarta (49,80%) dan Jawa Barat (50,26%). Sedangkan tiga daerah dengan IKLH tertinggi adalah Papua Barat (85,69%), Kalimantan Utara (81,87%), dan Papua (81,47%).
Perlu dipahami data IKLH berdasarkan tiga indikator, yakni Indek Kualitas Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU), dan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL). Semakin rendah dari nilai 100, semakin besar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilakukan. Bagi yang mendekati angka 100%, maka kualitas pengelolaan lingkungan hidupnya harus dijaga agar tidak menurun di tahun mendatang. Baik yang berada di tingkat rendah maupun tinggi, keduanya harus sama-sama mengupayakan pelestarian lingkungan. Tujuannya sama, tapi intensitasnya berbeda.
Melihat data di atas. Maka kegiatan tersebut sangatlah relevan untuk menunjang pelestarian lingkungan yang baik dan sehat. Sebagaimana pendapat salah satu peserta Lomba Alat Peraga.
“Kegiatan SLI sangat bermanfaat. Saya sempat mutasi dari sekolah dampingan SLI sebelumnya, dan ilmu yang saya dapatkan coba saya terapkan. Anak-anak sungguh senang ketika diberi beragam tepukan sebagai alat peraga yang saya dapat dari SLI. Alhamdulillah, saat ini saya berkesempatan untuk bergabung lagi bersama SLI dan mengikuti salah satu lombanya,” jelas Sutrisno, selaku guru SDN 14 Indralaya Utara, peraih juara 1 Lomba Alat Peraga.
Maju Literasi Indonesia. (jwt/rilis)