Chanelmuslim.com – Memanjangkan Rakaat Pertama Dan Memendekkan Rakaat Kedua
Abu Qatadah Radhiyallahu Anhu berkata,
“Nabi Shallallahu Ailaihi wa Sallam biasa membaca pada dua rakaat pertama dari shalat dzuhur dengan Al Fatihah dan dua buah surat. Beliau memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan rakaat kedua. Dan, terkadang beliau memperdengarkan bacaan ayatnya. Kemudian pada shalat ashar, beliau juga membaca Al Fatihah dan dua buah surat di dua rakaat pertama. Dan, beliau memanjangkan rakaat pertamanya. Sedangkan pada shalat subuh, beliau juga biasa memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan rakaat kedua.” (Muttafaq Alaih)
Baca Juga: Mau Shalat yang Berapa Rakaat?
Memanjangkan Rakaat Pertama Dan Memendekkan Rakaat Kedua
Ini adalah kebiasaan Rasulullah dalam shalatnya yang seyogyanya ditiru oleh umatnya. Dimana beliau menyuruh kita semua agar shalat sebagaimana beliau shalat, termasuk dalam hal panjang pendek rakaatnya. Dalam hadits diatas disebutkan, bahwa beliau selalu memanjangkan rakaat pertamanya dan memendekkan rakat kedua.
Memang dalam hadits diatas, hanya disebutkan shalat dzuhur, ashar dan subuh. Sedangkan shalat magrib dan isya’ tidak disinggung. Namun demikian, hadits ini sudah mewakili. Karena, jika dilihat dari maksudnya, kenapa Nabi memanjangkan rakaat pertama, karena beliau ingin menanti sebagian sahabat sekiranya diantara mereka ada yang datang terlambat, agar mereka mendapat pahala dan keutamaan rakaat pertama bersama imam. Dan, seyogyanya para imam shalat memanjangkan rakaatnya yang pertama serta memendekkan rakaatnya yang kedua, sebagaimana yang biasa dilakukan Rasulullah. Atau setidaknya, rakaat pertamanya mesti lebih panjang daripada rakaat kedua.
Syaikh Sayyid Sabiq berkata, “Disyariatkan bagi imam agar memanjangkan rakaat pertama untuk menunggu orang yang akan masuk supaya ia mendapatkan keutamaan jamaah. Sebagaimana disukai agar imam memanjangkan ruku’nya apabila ia merasa ada orang yang datang hendak shalat, atau ketika ia sedang duduk tahiyat akhir.
Kebiasaan memanjangkan rakaat pertama dapat dilihat misalnya dalam shalat sunnah fajar, beliau membaca surat Al Kafirun pada rakaat pertama dan surat Al Ikhlas pada rakaat kedua. Atau misalnya, dalam shalat malam beliau membaca surat Al Baqarah pada rakaat pertama dan surat An Nisaa pada rakaat kedua.
Namun, tamapaknya tidak mesti demikian. Karena dalam shalat jumat beliau biasa membaca surat Al A’la atau terkadang Al Jumu’ah pada rakaat pertama, dan membaca surat Al Ghasyiyah atau Al Munafiqun pada rakaat kedua. Padahal dua surat yang beliau baca pada rakaat pertama shalat jumat ini, relatif tidak lebih panjang daripada dua surat lainnya. Demikian pula halnya dalam shalat dua hari raya, dimana beliau biasa membaca surat Qaaf pada rakaat pertama dan surat Al Qamar pada rakaat kedua. Kedua surat tersebut relatif tidak begitu berbeda dari segi panjangnya. Bahkan suray Al Qamar sedikit lebih panjang dibanding Surat Qaaf.
Akan tetapi perlu dicatat bahwa dalam shalat jumat maupun shalat id, biasanya kaum muslimin sudah banyak yang berkumpul dan siap menunaikan shalat. Berbeda halnya dengan shalat wajib yang lima waktu, dimana sebagian kaum muslimin terkadang suka terlambat.
Sumber : 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Alkautsar