SAMPAI saat ini masih ada orangtua yang memilih gaya komunikasi searah dengan anak padahal hasilnya tidak efektif.
Disebabkan oleh mengikuti kebiasaan orangtua di masa lalu yang dianggap sebagai cara yang berhasil.
Juga disebabkan semangat yang berlebihan ingin sepenuhnya mengontrol anak.
Komunikasi searah dianggap oleh mereka dapat mengendalikan anak dengan mudah padahal sering menimbulkan konflik karena tanpa dialog sehingga sering memancing emosi.
Apalagi orang tua yang sibuk tidak memiliki waktu yang cukup untuk berdialog dengan anak sehingga lebih memilih memberikan perintah tanpa diskusi dengan anak.
Selain itu, orangtua yang tidak pandai mengelola emosi sering berkata singkat sambil marah tanpa peduli dengan keinginan dan pendapat anak.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Ustazah Aan Rohanah menjelaskan bahwa kebiasaan hidup serba cepat dan instan dapat membentuk sikap komunikasi searah sehingga lebih memilih yang lebih cepat yaitu perintah langsung tanpa mau bersabar mendengarkan pendapat atau keluhan anak.
Juga ada anggapan yang buruk yang diyakini bahwa banyak berdialog dengan anak akan menimbulkan tawar menawar dalam bernegosiasi dengan anak untuk sebuah keputusan dianggap akan menurunkan gengsi dan wibawa orangtua.
Sehingga mereka memilih gaya komunikasi searah.
Hindarilah Komunikasi Searah
Baca juga: 12 Gaya Komunikasi yang Tidak Disukai Anak
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seorang guru dan pendidik terbaik bagi anak tidak pernah mencontohkan komunikasi searah.
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu memberikan keteladanan dalam berkomunikasi.
Sehingga beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu bersabar dalam mendengar, memahami, dan berdialog dengan anak-anak.
Komunikasi searah itu dibutuhkan ketika darurat sebab komunikasi sangat penting namun waktu mendesak dan sangat singkat.
Dampak komunikasi searah itu akan berdampak buruk kepada anak yaitu tidak terlatih memberikan pendapat dan membuat keputusan, kurang percaya diri karena ia merasa tidak dianggap penting, menghambat perkembangan emosi dan interaksi sosial, berjiwa tertutup dan sulit terbuka, serta merasa tertekan dan bisa muncul sikap berontak.[Sdz]