Chanelmuslim.com-Inilah pengalaman pertama saya menjadi ibu. Begitu saya tahu bahwa Allah mengizinkan saya hamil, saya langsung memiliki banyak cita-cita. Saya mengajak ngobrol jabang bayi saya setiap hari. Saya utarakan mimpi-mimpi indah saya kepadanya.
Pada 1985, saya mengalami hamil yang pertama. Saat itu, saya sedang mengisi acara training di Sumatera Selatan. Saya sendirian, membawa koper, berangkat sendiri, dan di saat itulah saya sadar kalau ternyata saya sudah telat 2 minggu. Saya periksa ke dokter. Begitu saya tahu bahwa Allah mengizinkan saya hamil, saya langsung memiliki banyak cita-cita. Saya mengajak ngobrol jabang bayi saya setiap hari. Saya utarakan mimpi-mimpi indah saya kepadanya.
Harapan pertama pada jabang bayi pertama saya saat itu adalah dia harus jago matematika. Saat itu, sama sekali tidak kepikiran dia harus hafal Alquran. Justru saat itu saya ingin anak saya harus jago matematika. Kenapa? Sebab saya ingat sekali waktu kelas 3 SD, saya diomeli oleh guru saya gara-gara tidak bisa mengerjakan soal matematika. Jadi, ketika saya hamil saya langsung punya cita-cita anak ini harus jago matematika. Dan apa bukti dia jago matematika? Buktinya adalah ketika kelak dia melanjutkan kuliahnya, dia harus masuk ITB. Belum lahir saja saya sudah punya obsesi anak saya harus masuk ITB. Dan alhamdulillah tercapai, anak pertama saya, Aaf, memang paling bagus matematikanya dibandingkan yang lain.
Ketika dia memilih perguruan tinggi, saya sempat bernazar, “Kalau anak ini benar bisa masuk ITB, saya mau ajak dia umrah.” Akhirnya saya pun menabung untuk dia. Saya bertahajud setiap malam. Dan ketika ujian masuk perguruan tinggi berlangsung, saya tidak henti-hentinya berdoa. Alhamdulillah, cita-cita pertama saya itu tercapai. Saat ini, anak pertama saya sedang menyelesaikan tugas akhirnya di ITB.
Cita-cita kedua saya, yaitu anak ini harus menjadi Alquran berjalan. Keberhasilan itu bukan tercapainya tujuan tapi pada proses yaitu komitmen dan konsistensi kita menjalaninya. Kepada Allah kembali segala urusan.
(red)