ChanelMuslim.com- Surat Al Zalzalah adalah surat ke-99 dalam Al Quran. Surat ini terdiri dari 8 ayat. Termasuk Surat Makkiyah. Dinamakan surat Al Zalzalah yang berarti kegoncangan.
Pada masa sahabat, banyak yang menamainya dengan nama Idza Zulzilat. Ada pula yang menamainya Al Zilzal. Ketiga nama ini diambil dari ayat pertama.
Isi kandungan surat ini adalah uraian tentang hari kiamat dan apa yang akan dialami manusia ketika itu. Pada hari itu akan terbuka segala persoalan dan menjadi nyata apa yang tersembunyi. Demikian kesimpulan banyak ulama termasuk al-Biqa’i.
Pada awal surat ini menguraikan tentang goncangan bumi yang sangat dahsyat dan bahwa ketika itu seluruh yang terpendam di dalam perut bumi dikeluarkan sehingga nampak dengan nyata. Akhir surat ini pun berbicara tentang nampaknya segala sesuatu dari amalan manusia sampai dengan yang sekecil-kecilnya sekalipun.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 1 dan 2
Surat Al-Zalzalah Ayat 1-8
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (6) فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat). Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?” Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 1-8)
Tafsir Surat Al-Zalzalah Ayat 1-8
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat). (QS. Al Zalzalah: 1)
Kata idzaa (إذا) digunakan Al Quran untuk sesuatu yang pasti akan terjadi. Berbeda dengan kata in (إن) yang biasa digunakan untuk sesuatu yang belum atau jarang terjadi. Dengan demikian, ayat ini mengisyaratkan bahwa keguncangan bumi ini pasti terjadi.
Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini. Yakni bumi bergerak dan bergetar di bagian bawahnya hingga menimbulkan gempa yang dahsyat.
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (QS. Al Zalzalah: 2)
Pengulangan kata al ardl (الأرض) pada ayat kedua ini menunjukkan bahwa guncangan atau gempa ini terjadi di seluruh wilayah bumi. Bukan hanya sebagian wilayah sebagaimana gempa bumi yang kita ketahui saat ini.
Ibnu Katsir mengatakan bahwa sebagian ulama salaf menafsirkan, bumi mengeluarkan orang-orang mati dari dalam perutnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ . وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ
dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (QS. Al Insyiqaq: 3-4)
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran menjelaskan, hari itu adalah hari kiamat. Bumi bergetar dan berguncang dengan sekeras-kerasnya sehingga apa yang terkandung di dalamnya termuntahkan seluruhnya.
Baik yang berupa jasad-jasad berbagai makhluk maupun barang tambang. Seakan-akan dengan termuntahkannya semua itu, bumi menjadi ringan dari beban-beban berat yang dikandungnya selama ini.
وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?” (QS. Al Zalzalah: 3).
Manusia bertanya-tanya keheranan. Mereka heran mengapa terjadi guncangan hebat dan gempat dahsyat padahal sebelumnya bumi tenang-tenang saja.
Manusia hidup nyaman di atasnya. Namun sekarang bumi berguncang hebat dan mengeluarkan semua isinya.
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا
Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, (QS. Al Zalzalah: 4)
Pertanyaan dan keheranan itu tidak berlangsung lama. Ia segera terjawab karena pada hari itu bumi menyampaikan beritanya. Yakni mengenai sebab keguncangan dahsyat tersebut.
Bumi juga memberitakan apa yang terjadi di atas permukaanya. Tentang perbuatan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sehubungan dengan ayat ini:
فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا أَنْ تَقُولَ عَمِلَ كَذَا وَكَذَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا
“Sesungguhnya berita bumi adalah bila ia mengemukakan persaksian terhadap setiap hamba laki-laki dan perempuan tentang apa yang telah dikerjakannya di atas permukaannya.
Bumi mengatakan bahwa Fulan telah mengerjakan anu dan anu di hari anu. Demikianlah yang dimaksud dengan beritanya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, menurut Tirmidzi hasan shahih).
Sebagian ulama mengatakan bahwa akhbaarahaa (أخبارها) tidak berarti bumi berbicara. Tetapi memberikan isyarat yang dengannya manusia tahu apa makna beritanya. Sebagaimana lampu merah memberitakan harus berhenti dan lampu hijau memberitakan harus jalan.
بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. (QS. Al Zalzalah: 5)
Bumi bisa menceritakan beritanya karena Allah-lah yang memerintahkan dan mengizinkannya. “Yakni Tuhannya telah berfirman kepada bumi ‘berbicaralah kamu’ maka bumi pun dapat berbicara,” kata Ibnu Abbas menjelaskan.
يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. (QS. Al Zalzalah: 6)
Kata yashdur (يصدر) artinya keluar dari satu tempat berkumpul, baik untuk kembali ke tempat semula maupun menuju tempat lain.
Ibnu Katsir menjelaskan, manusia kembali dari mauqif hisab (tempat penghisaban) dalam keadaan bercerai-berai dan bermacam-macam. Ada yang celaka, ada yang berbahagia. Yang celaka, karena melihat balasan amal mereka memasukkan ke neraka. Yang berbahagia, karena melihat balasan amal mereka memasukkan ke surga.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. Al Zalzalah: 7)
Kata dzarrah (ذرة) digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang terkecil. Semut kecil pada awal kehidupannya disebut dzarrah.
Biji sawi juga disebut dzarrah. Debu yang terlihat saat cahaya matahari menerobos melalui celah atau jendela juga disebut dzarrah.
Kata yarah (يره) berasal dari kata ra’a (رأى) yang artinya melihat. Awalnya adalah melihat dengan mata kepala. Namun kata ini juga berarti mengetahui.
Amal kebaikan sekecil apa pun, di akhirat nanti akan terlihat balasannya. Dan amal di sini tak hanya berupa perbuatan fisik tetapi juga pekerjaan hati termasuk niat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan umatnya untuk tidak menyepelekan amal kebaikan sekecil apa pun.
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
Jangan sekali-kali kamu meremehkan sesuatupun dari kebaikan meskipun hanya menyambut saudaramu dengan wajah yang berseri-seri. (HR. Muslim).
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
Hindarilah neraka, sekalipun dengan (menyedekahkan) sebutir kurma. (HR. Bukhari).
فَلْيَتَّقِيَنَّ أَحَدُكُمُ النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Maka hendaklah kalian menghindari neraka, sekalipun dengan (menyedekahkan) sebutir kurma. Jika tidak mampu, maka dengan mengucapkan kalimat thayibah. (HR. Bukhari).
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al Zalzalah: 8)
Demikian pula amal keburukan sekecil apa pun, di akhirat nanti akan terlihat balasannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan umatnya untuk tidak meremehkan dosa, meskipun itu dosa kecil.
يَا عَائِشَةُ إِيَّاكِ وَمُحَقَّرَاتِ الأَعْمَالِ فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ طَالِبًا
Hai Aisyah, jauhilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya kelak Allah akan menuntutnya. (HR. Ibnu Majah, Ad Darimi dan Ibnu Hibban)
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
Hindarilah dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila menumpuk pada diri seseorang, niscaya ia akan membinasakannya. (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Mengguncang hati
Sayyid Qutb menyebut surat ini mengguncang hati. Bagaimana tidak, bagi orang yang memahami isinya dan mengetahui kedalaman bahasanya, terbayang betapa dahsyat saat kiamat tiba.
Bumi berguncang sehebat-hebatnya dan mengeluarkan segala isinya. Lalu setelah manusia dibangkitkan dan dihisab, mereka berhamburan dalam berbagai kondisinya.
Ada yang menampakkan wajah-wajah ceria. Ada yang menampakkan wajah-wajah penuh derita. Pada hari itu semua manusia mengetahui balasan amalnya.
Sekecil apa pun amal itu. Baik sekecil debu maupun lebih kecil lagi, semua ada balasannya.
Maka mereka yang wajahnya ceria, karena melihat balasan amal kebaikannya yang membawa ke surga. Sedangkan mereka yang wajahnya penuh derita, karena melihat amal keburukannya yang menyeret ke neraka.
[Ind/Wld].