PERSIAPAN Haji Orang Biasa. Artikel ini ditulis oleh Gaf yang merupakan alumni haji pada tahun 2006. Berikut kisah perjalanan hajinya yang penuh inspirasi.
Sengaja saya sebut orang biasa. Karena kalau orang kaya atau pejabat kebanyakan berangkat haji dengan menggunakan fasilitas Haji plus (ONH plus) yang biayanya dua atau tiga kali lipat sehingga mendapatkan fasilitas yang bagus selama di Madinah, Mekah dan Arafah-Mina (Armina).
Saat saya berangkat haji tahun 2006, dalam rombongan ada teman yang profesinya sebagai pedagang kambing dan sapi. Beliau berangkat bersama ibu dan istrinya.
Saya niatkan betul haji ini sambil membimbing dan merawat ibunya. Adapun dagangan saya (kambing dan sapi) saya pasrahkan kepada Allah apapun hasilnya.
Saya siap neskipun pada akhirnya nanti rugi sekalipun… plong, begitulah pikirannya setelah berucap itu. Nggak ada beban!
Saat kami melakukan tarwiyah di Minna sebelum besoknya wukuf di Arafah, beliau sibuk cari pulsa karena adik dan karyawannya bolak balik nelpon karena kambing dan sapinya habis sementara permintaan masih terus mengalir.
Maka dari Mina dia menghubungi kawan sesama belantik untuk bantu menyediakan kambing dan sapi untuk pelanggannya…
Sehingga, saat dagangannya dipasrahkan kepada Allah, barang dagangannya terjual mencapai rekor yang belum pernah dicapainya.
Pada tahun 2011, saya menjadi jamaah haji abidin dari provinsi. Karenanya, dengan beberapa kawan sesama Abidin kami sering mengunjungi dan memantau pemondokan jamaah haji asal Lampung.
Suatu ketika, ada jamaah yang melaporkan kepada kami kalau di pemondokannya ada jamaah yang seperti ada gangguan kejiwaan, bukan gila ya.
Maka kami bergegas ke pemondokan tersebut tetapi yang dimaksud sudah dibawa ke rumah sakit.
Apa pasalnya?
Orang tersebut selalu gelisah memikirkan usaha panglongnya.
Dari dua kisah di atas, persiapan pertama bila kita akan berangkat haji adalah menyiapkan mental kita agar kita betul betul berserah diri kepada Allah dan memasrahkan yang ditinggal baik itu anak dan keluarga maupun usaha dan pekerjaannya kepada Allah.
Biar Allah yang menjaganya, karena Dia-lah yang memanggil kita datang ke rumah-Nya, menjadi tamu-Nya.
Baca Juga: Otoritas Saudi Tinjau Persiapan Haji di Masjid Nabawi dan Situs Lain di Madinah
Persiapan Haji Orang Biasa
Mengingat haji tahun ini persiapannya cukup sempit dan mendadak maka calhaj harus mandiri dalam belajar manasik selain manasik dari Kemenag.
Saat saya haji 2011, ada beberapa jamaah non KBIH, mengambil nafar ula sehingga lebih cepat sehari pulang ke Mekah dari Minna.
Saya sendiri mengambil nafar tsani. Tetapi saat saya keesokan harinya tiba di Mekah ada beberapa jamaah yang nafar ula belum melaksanakan tawaf haji sehingga ibadah hajinya belum selesai.
Mengapa belum tawaf haji?
Kami nggak tahu, katanya.
Karena kami berangkat mendadak sebagai pengganti calhaj yang tidak melunasi BPIH.
Jadi para calhaj mulai sekarang bisa mempelajari syarat dan rukun haji agar saat prosesi ibadah haji nanti tidak banyak menemui kendala.
Di samping itu, para calhaj juga perlu melakukan persiapan fisik karena dalam ibadah haji banyak aktivitas fisik seperti tawaf, sai, melempar jumrah dan lain lain.
Jarak pemondokan jamaah haji Indonesia rata rata di atas satu km dari masjidil haram.
Biasanya jamaah haji Indonesia perhari tiga atau empat kali pulang pergi untuk shalat di masjidil haram. Begitupun jarak antara tenda di Minna ketempat melempar jumrah.
Belum lagi jarak antara shafa dan Marwa yang sekitar 450 meter sekali jalan atau lebih dari 3 km saat melaksanakan ibadah Sai.
Oleh karena itu, sangat bermanfaat bila para calhaj mulai latihan jalan kaki sejauh 2 – 3 km per hari, biar tidak kaget saat beribadah haji nanti.
Tentunya tidak kalah pentingnya persiapan obat obatan yang biasa kita konsumsi termasuk multivitamin yang bisa membantu daya tahan tubuh kita di sana.
Waktu saya berangkat haji tahun 2006, bersama istri, membawa banyak makanan khas Indonesia yang sulit ditemukan di Mekah, seperti bumbu pecel, sambel terasi, kering tempe dan lain lain.
Dan ternyata, kata orang, justru makanan yang bukan khas daerah sanalah yang membuat kita mudah terkena batuk dan pilek. Entah kalau kata dokter…
Tetapi pada haji tahun 2011, saya coba membuktikan dengan lebih banyak mengonsumsi makanan daerah setempat, roti, sandwich, nasi kebuli, buah-buahan dan tentunya air zam zam yang tidak dingin.
Hasilnya, lebih sehat dan tidak batuk pilek. Mulai batuk pilek setelah saya tidak tahan godaan untuk makan bala bala (bakwan) dan ikan asin yang dijual di sekitar pemondokan.
Tetapi boleh jadi, ini juga ketentuan yang harus dijalani, bahwa selama musim haji tidak bisa dipungkiri semua akan batuk pilek pada waktunya, kecuali onta dan tiang listrik.
Sayangnya, persiapan yang ada, waktunya sangat pendek karena tanggal 4 Juni nanti sudah mulai berangkat kloter pertama Indonesia.
Kalau waktunya panjang seperti zaman normal, saya ingin menganjurkan para calhaj selain mempelajari seluk beluk manasik haji, juga membaca dan mempelajari buku sirah nabawiyah.
Mengapa?
Agar selain kita melaksanakan prosesi ibadah haji yang hanya enam hari kita bisa sekalian napak tilas perjuangan nabi dari mulai menerima wahyu di gua Hira jabal Nur,
berdakwah dengan jin di masjid Jin, perjalanan hijrah di gua Tsur, mengenang masuknya pasukan muslimin saat penaklukan Mekah yang sekarang pintu dari arah itu dinamai babul fatah, dan menjadi salah satu nama gerbang masjidil haram.
Begitupun saat ziarah ke Madinah. Ada Raudhah, makam nabi dan dua sahabat utamanya, kuburan Baqi’, bukit Uhud dan komplek pemakaman suhada Uhud beserta jabal ramyu tempat di mana pasukan panah ditempatkan saat perang Uhud dan lain-lain.
Semoga calhaj yang akan diberangkatkan tahun 2023 berkesempatan membacanya sehingga bisa merasakan kobaran api perjuangan nabi dan para sahabat dalam memperjuangkan Islam sampai akhirnya Islam sampai ke negeri kita.
Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq.[ind]