Oleh: Ustazah Nurhamidah, M.A.
ChanelMuslim.com – Menceraikan istri karena lebih mendengar dan mengikuti pendapat ibu dan keluarganya dibandingkan saya sebagai suaminya. Apa saya boleh menceraikan istri saya?
Pendapat mereka tidak berorientasi pada tujuan keluarga kami yang sudah disepakati bersama.
Jawaban: Bagi suami, pada hakikatnya, istri dan anak-anak adalah titipan Allah subhanahu wa taala. Perlakuan suami terhadap mereka akan dimintai pertanggungjawaban.
Baca Juga: Bolehkah Istri Meminta Suami Menceraikan Salah Satu Istrinya
Panduan dalam Menceraikan Istri
Dan Allah subhanahu wa taala sudah memberikan panduan untuk menjalani kehidupan berkeluarga baik dalam kondisi baik ataupun perceraian.
Setiap orang beriman baik suami atau istri punya kewajiban untuk saling menjaga diri dan keluarga dari api neraka. QS. 66: 6
Jika istri melakukan kesalahan dan kemaksiatan, suami punya kewajiban untuk saling mengingatkan dan mengembalikan istri ke jalan yang benar dengan berbagai tahapan opsinya, yaitu sebagai berikut.
Dalam QS. 6: 66, tugas suami istri adalah takwa: “yaitu memiliki rasa saling menjaga diri dan keluarganya dari api neraka”.
Karena itulah hal yang dasar kita lakukan adalah “kepedulian dengan mengingatkan agar kembali menjalankan tugasnya sebagai istri amanah melayani suami dengan cinta dan tulus ikhlas agar Allah subhanahu wa taala ridho dan berikan mawadah wa rahmah.
Hanya saja, egoisme perlu dikorbankan untuk cita-cita mulia ini.
Doa, karena tidak ada yang mengubah takdir kecuali doa. Hati milik Allah Subhanahu wa taala maka akrabkan kita dengan munajat kepada Allah subhanahu wa taala.
Pertanggungjawaban di akhirat akan ditanya sejauh mana ikhtiar melakukan dakwah dan saling menguatkan dalam kebaikan di rumah tangga.
Menceraikan Istri dan Konsekuensinya
Adapun cerai atau rujuk adalah pilihan masing-masing yang pastinya akan diminta pertanggungjawaban.
Sebab akibat pemicu pastilah ada tinggal bagaimana masing-masing memperbaiki kekurangan dan kesalahannya karena menikah berarti menyatukan dua karakter yang berbeda, bersabar atas kekurangan dan bersyukur atas kelebihan.
Jika pilihannya sepakat rujuk, berkomitmenlah untuk pernikahan lebih baik lagi. Namun, jika tetap cerai tanpa rujuk, harus memahami akibat perceraian.
Yaitu memang ada status mantan suami dan istri. Tapi sampai kapan pun tidak ada mantan anak.
Anak tidak boleh dipisahkan dari kedua orangtuanya. Ada hak anak untuk dinafkahi oleh ayahnya dan ada hak anak dididik oleh ibunya, walaupun bapak dan ibunya sudah berpisah karena perceraian. QS. 2: 232-233; QS. 65: 6-7
Banyak istighfar dan pahami masing-masing pasangan makna sakinah. Bisa jadi, ini adalah bisikan setan agar hilang sakinah yang menjadi kewajiban kita untuk mewujudkan sakinah dalam Alquran.
Perjuangan Membangun Keluarga Harmonis
Menggunakan kata-kata sakinah adalah perintah menunjukkan sebuah kewajiban yang bisa jadi melalui proses latihan untuk mewujudkannya.
Hadiah dari Allah subhanahu wa taala nanti dari perjuangan sakinahnya suami istri. Allah subhanahu wa taala jadikan cinta kasih dalam rumah tangga tersebut.
Untuk itu, pertanggungjawaban sebagai suami tidak hanya menunaikan nafkah tetapi juga membangun keluarga yang harmonis.
Masing-masing pasangan harus tahu beberapa prinsip yang diajarkan dalam Islam, yaitu
pernikahan di antaranya sebagai berikut.
Dimulai, dibangun dan diikat selamanya dengan ketakwaan. QS. 66 :6
Takwa yaitu kepedulian menjaga diri dan keluarga agar tidak ada yang masuk neraka tapi masuk surga bersama-sama. Tak tertinggal seorang pun di antara suami istri dan anak-anak.
Mengajak suami dan anak untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemaksiatan adalah karakter takwa yang mengikat selama hayat dikandung badan.
Itulah yang dilakukan Nabi Nuh dan Nabi Luth. Allah Subhanahu wa taala hanya melihat proses bukan hasil.
Egois dan cuek adalah musuh ketakwaan. Jadikan masalah di rumah tangga adalah ujian belajar bertakwa tidak egois dengan lari dari masalah.
Tidak boleh ada rahasia dalam kehidupan suami istri. Masa lalu harus sudah dikubur tapi masa depan harus bergandengan tangan. QS. 30:21.
Jangan Mengungkit Masa Lalu
Istri harus menjadi garda depan dalam asam manis kehidupan suami, begitupun sebaliknya.
Jangan jadi ” tukang sampah” bagi suami/istri, yaitu hanya melihat sampah-sampah (keburukan dan kekurangan) pasangan. Tapi bagaimana dibersihkan sehingga kita akan dapat pahala sabar dengan kekurangannya.
Jangan jadi ” pemulung” bagi pasangannya, yaitu mengungkit-ungkit masa lalu suami/ istri sehingga jadi potensi keretakan.
Biarkan masa lalu itu menjadi sebuah pelajaran, masa lalu tidak boleh merusak masa kini hingga masa depan.
Keterbukaan dan kesepakatan, itulah kuncinya.