Iktikaf bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Iktikaf merupakan salah satu kegiatan ibadah favorit yang dilakukan Rasulullah di bulan Ramadan.
Dalam beberapa riwayat diterangkan bahwa Rasulullah nenperbanyak iktikaf di bulan Ramadan, mengajak keluarganya, dan meningkatkan di sepuluh hari terakhir.
Dari Aisyah, “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa beriktikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadan, sehingga Allah mewafatkan beliau.” (HR. Bukhari Muslim).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Iktikaf adalah berdiam dirinya seseorang di dalam masjid dengan niat ibadah kepada Allah.
Seorang mu’takif (orang yang beriktikaf) harus menjaga kesucian dirinya.
Seorang yang junub (menanggung hadas besar) tidak diperbolehkan untuk beriktikaf di dalam masjid.
Tujuan iktikaf adalah memfokuskan diri untuk beribadah kepada Allah dengan menjalankan berbagai kegiatan kebaikan di dalam masjid.
Target yang ingin dicapai adalah kesucian jiwa dan kejernihan hati.
Selepas iktikaf, seseorang diharap mampu menghadapi berbagai godaan dan rintangan hidup dengan penuh kegigihan.
Baca juga: Kultum Ramadan Hari Kedua Puluh Satu, Memaksimalkan Ibadah Malam
Kultum Ramadan Hari Kedua Puluh Dua, Iktikaf Bersama Nabi
Selain itu juga mencapai keimanan yang mampu melahirkan jiwa empati terhadap berbagai penderitaan sesama.
Dan terakhir melahirkan kecerdasan berpikir yang selalu positive thinking dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.
Dengan target semacam itu, maka tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa ibadah ini menjadi simbol eksklusivisme Islam.
Tuduhan semacam itu tentu jauh dari kebenaran.
Karena dalam iktikaf tidak berarti seseorang dilarang bergaul dengan orang lain.
Bahkan dalam kondisi tertentu, seseorang diwajibkan untuk meninggalkan iktikaf, seperti ketika ada seseorang yang membutuhkan pertolongan segera.
Agar target ibadah iktikaf dapat dicapai secara maksimal sebagaimana telah disebutkan, seorang mu’takif harus menjaga adab-adab iktikaf.
Di antaranya adalah menjaga keikhlasan, menghindari gurauan yang berlebihan, membuat target-target ibadah selama iktikaf, dan memaksimalkan waktu untuk ibadah.
Dengan kata lain, iktikaf tidak boleh identik dengan malas-malasan atau pindah tempat tidur.
Dalam iktikaf, seseorang dituntut untuk meningkatkan amal ibadahnya, melebihi dari ketika ia di luar iktikaf.
Kegagalan yang terjadi dalam mencapai target iktikaf, sering disebabkan karena ketidaksiapan seseorang dan ketidaktahuannya terhadap adab-adab ini.
Pada dasarnya, seluruh perintah agama bertujuan untuk mendidik kita agar mampu menjadi saleh, baik secara individual maupun sosial.
Sumber: Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun – Dr. Hasan El Qudsy
[Sdz]