SAATNYA berduaan dengan Allah subhanahu wata’ala. Inilah malam-malam istimewa di mana Allah menanti kita.
Bulan suci Ramadan memasuki babak akhir. Ada sepuluh malam istimewa. Malam-malam yang diburu para sahabat, tabi’in, dan orang-orang soleh.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sejak disyariatkannya puasa Ramadan, tak pernah luput dari i’tikaf di sepuluh malam terakhir. Masjid menjadi begitu sesak. Para sahabat meneladani Rasulullah ‘menghidupkan’ malam-malam itu.
Mereka memburu malam ‘Lailatul Qadar’. Sebuah malam istimewa yang lebih baik dari seribu bulan.
Kalau kita beribadah di malam itu, sama nilainya dengan beribadah selama seribu bulan. Nilainya lebih dari 80 tahun. Padahal, usia kita saja tak sampai selama itu.
Sebegitu mulianya malam itu, malaikat yang tak terhitung jumlahnya memadati ruang langit bumi. Mereka turun sebagai ungkapan cinta Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Salamun hiya hatta mathla’il fajr. Sejahtera malam itu hingga fajar pun datang.
Di malam itu, Allah subhanahu wata’ala membuka pintu ampunan-Nya. Allah begitu dekat dengan hamba-hamba-Nya saat mereka bermunajat, meminta, dan memohon segala yang mereka mau.
Sungguh sebuah episode keindahan langit yang menyelimuti bumi. Malam yang memberkahi hati-hati hamba Allah yang larut dalam zikir dan ibadah. Andai mata manusia mampu menikmati durasi keindahan luar biasa itu.
Malam Qadar itu mulia karena Al-Qur’an. Karena di salah satu malam bulan Ramadan, Allah menurunkan Al-Qur’an ke langit dunia, untuk seterusnya disampaikan Malaikat Jibril kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara bertahap.
Hanya umat Nabi Muhammad yang menikmati keberkahan malam ini. Sebuah keistimewaan yang teramat mahal jika dilewatkan begitu saja.
Kini, semuanya kembali ke kita. Seperti itukah kita di saat malam sepuluh terakhir Ramadan ini: menyibukkan diri untuk ‘berduaan’ dengan Yang Maha Sayang, Allah subhanahu wata’ala.
Sayangnya, hijab duniawi kerap menampakkan pemandangan lain. Seolah-olah, ada yang lebih perlu dipenuhi. Ada yang lebih penting untuk diutamakan. Apalagi kalau bukan urusan ‘remeh-temeh’ dunia ini.
Ya Allah, Wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bimbing kami untuk menemui-Mu di malam mulia itu. Mudahkan kami untuk senantiasa dekat dan taat ibadah kepada-Mu, melebihi rasa dekat kami dengan urusan dunia kami. [Mh]