MERINDU Rumah-Mu, adalah tulisan Uttiek M. Panji Astuti, penulis buku Journey to the Light yang mengungkapkan kisah para ulama tentang Baitullah.
Ada satu kerinduan yang dirasakan secara “kolektif” oleh manusia, yakni rindu untuk kembali menginjakkan kaki ke Tanah Suci.
Mengapa manusia selalu merindukan Tanah Suci? Ada dua hal yang penyebabnya, yang pertama adalah dikabulkannya doa Nabi Ibrahim, sebagaimana tercantum dalam QS Ibrahim: 37.
“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”
Doa itu membuat sebagian manusia punya kecondongan hati ke Tanah Suci. Berikutnya, secara alami manusia selalu ingin bertemu dan mengunjungi yang dicintai.
Begitupun kecintaan pada rumah Allah, membuat manusia selalu berhasrat untuk kembali.
Namun, tak semua manusia ditakdirkan menginjakkan kaki di Tanah Suci hingga akhir hayatnya, sebagaimana beberapa ulama besar dari Andalusia.
baca juga: 8 Kesalahan dalam Shalat yang Mungkin Tidak Disadari Sering Dilakukan
Merindu Rumah-Mu
Tersebutlah Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm atau lebih dikenal dengan nama Ibn Hazm.
Seorang ahli fikih dan hadis sekaligus teolog, sejarawan, penyair, negarawan, akademisi dan politisi yang handal. Tak kurang dari 400 judul kitab telah ditulisnya.
Pada saat terjadi kerusuhan politik dalam masa pemerintahan Khalifah Hisyam II al-Mu’ayyad (1010-1013 M), Sang Khalifah dan keluarga Ibn Hazm terpaksa harus meninggalkan istana.
Pergolakan politik itu membuat situasi negara bergejolak, hingga tak memungkinkannya melakukan perjalanan ke Tanah Suci.
Ibn Jubair dari Granada dalam kitabnya menyebutkan bahwa pada masa itu lama perjalanan dari Cordoba ke Tanah Suci memerlukan waktu tujuh bulan lamanya.
View this post on Instagram
Kisah menarik terjadi pada Imam Abu Ishaq Ibrahim bin ‘Ali al-Syirazi.
Dalam kitabnya “Al Muhadzdzab”, ia mampu menuliskan secara rinci detil-detil ibadah haji, bahkan hingga tata letak Ka’bah dan tempat-tempat sekitarnya bisa dijelaskannya.
Padahal dalam kitab “Siyar A’lam an-Nubala“ karya Imam Imam adz-Dzahabi, disebutkan bahwa Imam Abu Ishaq Ibrahim bin ‘Ali al-Syirazi belum pernah pergi ke Tanah Suci.
Semoga Allah mudahkan kita semua untuk bisa bertamu ke rumah-Nya, menikmati jamuan terindah-Nya bersama orang-orang tercinta, bersimpuh di kaki Ka’bah, bermunajat di tempat-tempat yang mustajab.
Labbaik Allahumma labbaik.[ind]