ChanelMuslim.com – Artikulasi dan Baby Talking, Oleh: Widianingsih Idey Widia
“Tuh ada mbem, ngeng ngeng”, terdengar suara seorang nenek mengasuh cucunya di jalan samping rumah.
“Aih incess mama antiknya… Tayang tayang cuun duyu yaaa”, Momi muda cantik menggoda anak tiga tahunnya.
“Ih pinternya? Berapa tahun teh? Bicaranya jelas ya, ngerti banget informasi”, tanya seorang Ibu di rest area.
Saat ada yang bertanya, dia menjawab jelas apa yang ditanyakan. Usianya 19 bulan, setiap ada keinginan dia bicara, tangisan ada tapi jarang sekali. Saat orang lain sebut dia pintar, kenyataannya dia biasa saja. Dia sesuai tahapannya. Bicara jelas, jumlah kosakatanya sudah 100 lebih kosa kata yang dia mengerti maknanya.
Artikulasi dan Baby Talking
Beberapa ibu mengeluh anaknya belum bisa bicara jelas saat usianya dua tahun. Anaknya bicara tapi ibunya sendiri tidak mengerti apa yang anak bicarakan. Setelah anak tiga atau empat tahun orangtua baru menyadari anaknya memiliki masalah pada domain bahasa. Kalau sudah begini biasanya mencari seabrek alasan.
Ibu lupa saat mengandung bayi di dalam rahim, usia kehamilan 24 minggu organ pendengaran bayi sudah terbangun. Bayi bisa mendengar suara ibunya. Pada saat lahir mata bayi belum bisa melihat jelas namun telinga bayi sudah mendengar. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan agar Ayah bayi mengumandangkan adzan di telinga kanan dan iqomat di telinga kiri.
Saat bayi lahir, ibu bicara dengan artikulasi jelas walaupun bayi mengikuti dengan bahasanya. Kita tetap ucapkan kata-kata aslinya, Sayang, cantik, mobil dan lainnya. Supaya nanti saat dia bisa bicara dia akan keluarkan semua yang sudah kita simpan.
Jika kita tidak menyimpan kata-kata dengan artikulasi jelas. Saat anak agak besar kemudian bicara, dia mengeluarkan bahasa bayinya dan membuat orang di sekitarnya kebingungan. Reaksi kita malah menyalahkan anak dengan memarahi atau memukulnya. Ala mak, mak, bagaimana ini? Masa mau tarik tunai di ATM padahal nggak pernah nabung di Bank. Piye to? (ind)