USIA tujuh tahun merupakan usia yang menjadi tonggak perubahan seorang anak. Kak Eka Wardhana dari Rumah Pensil Publisher menjelaskan bahwa masih banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa usia 7 tahun adalah salah satu tonggak perubahan seorang anak.
Baca Juga: Jiwa Manusia Cenderung Suka pada Sesuatu yang Dilarang
Usia 7 Tahun, Usia yang Menjadi Tonggak Perubahan Seorang Anak
Dasarnya adalah hadis berikut ini:
Amru bin Syu’aib menceritakan dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Perintahkan anak-anakmu melakukan shalat (wajib) saat mereka berusia 7 tahun, dan pukullah mereka bila meninggalkannya saat mereka berusia 10 tahun.
Dan pisahkan tempat tidur mereka saat itu.” (HR Abu Daud dengan sanad yang baik)
Ayah dan Bunda, dalam Islam, di usia 7 tahun anak mulai memasuki masa mumayyiz. Fase mumayyiz ini dimulai dari usia 7 tahun sampai anak memasuki usia baligh (maksimal 15 tahun). Apa itu mumayyiz?
Mumayyiz adalah istilah buat anak yang sudah bisa melakukan beberapa hal secara mandiri (seperti makan, minum, memakai pakaian, pergi ke toilet dan sebagainya) serta mampu membedakan mana hal yang baik (bermanfaat untuk dirinya) dan buruk (membahayakan dirinya).
Di usia 7 tahun anak sudah boleh melakukan hal yang berhubungan dengan orang lain seperti jual beli, namun tetap harus dalam pengawasan orangtua karena pertumbuhan fisik dan otaknya masih terus berjalan dan belum sempurna.
Mulai usia 7 tahun sampai nanti ia baligh, anak belum dikenakan beban syariat, tetapi orangtua sudah harus mulai mengajarkan dan menganjurkannya. Seperti shalat, menutup aurat, shaum dan lainnya.
Usia 7 tahun sebagai tonggak baru kehidupan anak juga dibenarkan para ahli psikologi. Seorang ahli psikologi perkembangan bernama Jean Piaget menggolongkannya sebagai tahap operasional kongkret (cara berpikirnya mulai operasional dan kongkret). Piaget menyebut usia antara 7 atau 8 sampai usia 11 atau 12 tahun.
Piaget menyarankan bahwa untuk mengerti sebuah persoalan, anak harus diberi penjelasan yang kongkret karena di usia ini anak belum memahami hal yang abstrak.
Misalnya saat disuruh shalat, orangtua harus memberi teladan dengan mencontohkan bagaimana itu shalat yang dilakukan dengan tepat waktu. Bila hanya omong dan teori (tanpa contoh kongkret), anak usia 7 tahun ini tak akan mampu melaksanakannya dengan baik.
Jadi Ayah dan Bunda, di saat anak mulai menginjak usia 7 tahun, orangtua benar-benar harus memberi teladan bagaimana cara beribadah dengan baik, bagaimana cara berhubungan dengan orang lain (muamalah).
Bila saat anak menginjak usia 7 tahun orangtua mampu memberinya contoh nyata, maka anak akan berkembang sesuai harapan.
Bila tidak, masa ini akan terlewatkan sia-sia. Contohnya: bila anak usia remaja baru diajar dan diminta shalat, ia akan lebih sulit melakukannya dibanding saat dilakukan di usia 7 tahun.
So, jangan lewatkan si 7 tahun ini ya.
Salam Smart Parents! [ind/Cms]