ChanelMuslim.com – Bahaya-Bahaya Melupakan Alquran (Bag. 2) oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Sejak 14-15 abad lalu, Allah Ta’ala sudah menyebutkan akan datangnya masa umat Islam menjauh dari Alquran. Menjauh artinya tidak membacanya, mentabburinya, apalagi mengamalkannya. Inilah bahaya-bahaya melupakan Alquran (bagian 2).
3. Kesesatan yang jauh
Alqurann adalah huda lin naas, petunjuk bagi semua manusia. Maka, ketika manusia berpaling darinya tentu mereka berpaling dari panduan hidup sehingga mereka tersesat dan jauh tersesat.
Baca Juga: Bahaya-Bahaya Melupakan Alquran (Bag. 1)
Bahaya-Bahaya Melupakan Alquran (Bag. 2)
Allah Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Alquran) dan kepada apa yang diturunkan sebelummu?
Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa’, ayat 60)
Ayat ini menceritakan tentang tersesatnya manusia yang memakai Alquran dan As Sunnah tapi juga menggunakan petunjuk, ketetapan, dan hukum selain Alquran dan As Sunnah.
Mereka lebih memilih selain Alquran, dan Allah Ta’ala menyebutnya sebagai ketetapan Thaghut. Tapi mereka mengklaim telah ikut Alquran, Allah Ta’ala menyebut mereka tersesat. Ini menunjukkan mengikuti Alquran mesti tulus dan total.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan ayat ini:
هَذَا إِنْكَارٌ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى مَنْ يَدَّعِي الْإِيمَانَ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْأَنْبِيَاءِ الْأَقْدَمِينَ، وَهُوَ مع ذلك يريد أن يتحاكم فِي فَصْلِ الْخُصُومَاتِ إِلَى غَيْرِ كِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ، كَمَا ذُكِرَ فِي سَبَبِ نُزُولِ هَذِهِ الْآيَةِ أَنَّهَا فِي رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ ورجل من اليهود تخصاما، فَجَعَلَ الْيَهُودِيُّ يَقُولُ: بَيْنِي وَبَيْنَكَ مُحَمَّدٌ، وَذَاكَ يَقُولُ: بَيْنِي وَبَيْنَكَ كَعْبُ بْنُ الْأَشْرَفِ، وَقِيلَ: فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْمُنَافِقِينَ مِمَّنْ أَظْهَرُوا الْإِسْلَامَ، أَرَادُوا أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى حُكَّامِ الْجَاهِلِيَّةِ، وَقِيلَ غَيْرُ ذَلِكَ، وَالْآيَةُ أَعَمُّ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ، فَإِنَّهَا ذَامَّةٌ لِمَنْ عَدَلَ عَنِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ. وَتَحَاكَمُوا إِلَى مَا سِوَاهُمَا مِنَ الْبَاطِلِ، وَهُوَ الْمُرَادُ بِالطَّاغُوتِ هَاهُنَا، وَلِهَذَا قَالَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ إلىآخرها.
Ayat ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang mengklaim beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ (Alquran) dan apa yang diturunkan kepada para nabi terdahulu. Saat yang bersamaan, mereka ingin mendamaikan pertengkaran manusia tapi tidak menggunakan Alquran dan sunnah RasulNya, sebagaimana tertera di dalam sebab turunnya ayat ini.
Ayat ini turun tentang pertengkaran seorang laki-laki Anshar, dengan orang Yahudi. Si Yahudi berkata: “Antara saya dan kamu ada Muhammad.” Lalu laki-laki Anshar berkata: “Antara saya dan kamu ada Ka’ab bin Asyraf (tokoh Yahudi Madinah).”
Ada yang mengatakan, ayat ini tentang segolongan orang-orang munafiq yang menampakkan keislaman, tapi mereka hendak menetapkan perkara dengan hukum jahiliyah. Ada pula versi lainnya.
Ayat ini berlaku lebih umum dari semua itu. Ini merupakan kecaman bagi mereka yang mengadili dari Alquran dan As Sunnah, tapi juga menggunakan ketetapan selain keduanya dengan batil.
Inilah maksud berhukum dengan hukum Thaghut di ayat ini. Oleh karenanya, Allah berfirman: “Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Thaghut.”
(Tafsir Alquran Al ‘Azhim, 2/305)
Inilah yang membuat mereka tersesat, ketika tidak puas dengan Alquran, mereka tambahkan lagi dengan ketetapan dari sumber-sumber jahiliyah. Padahal semua itu mesti mereka ingkari, sebagaimana penekanan dalam ayat tersebut:
وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ
” .. padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu.”
Sebagian ahli tafsir generasi awal, memaknai hukum Thaghut dalam konteks ayat itu maksudnya hukum yang ditetapkan oleh tokoh Yahudi Madinah, Ka’ab bin Asyraf.
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah mengatakan:
والطاغوت: كعب بن الأشرف، قاله ابن عباس، ومجاهد، والضحاك، والربيع، ومقاتل
Thaghut yaitu Ka’ab bin Asyraf. Ini dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, Ar Rabi’, dan Muqatil.
(Zaadul Masiir, 1/426)
Namun, yang terjadi bukannya Thaghut ini diingkari justru malah diikuti. Akhirnya, syetan menyesatkan mereka dengan kesesatan yang begitu nyata.
Allah Ta’ala menutup ayat itu dengan:
وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.
Demikian. Wallahu a’lam. [ind]
(Bersambung)