BAGAIMANA hukumnya meruqyah bangunan toko? Saya mau berdagang, tetapi saudara selalu memberi saran yang katanya syariat dari Pak Haji.
Bahwa kita harus membaca doa, surat alfatihah, al falaq, dan annas yang ditiupkan ke air, trus nanti diciprat-cipratkan ke setiap pojok warungnya agar laris, apakah ini sudah termasuk perbuatan syirik Ustaz?
Mohon penjelasannya. (Sutikno Dhirjo, Bandung +62 817-323-xxx)
Baca Juga: Ruqyah Benda Mati, Bolehkah?
Meruqyah Bangunan Toko agar Laris
Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S., M.Ikom., menjelaskan, meruqyah dengan membaca ayat-ayat Al Quran ke air bukanlah syirik, itu salah satu cara ruqyah syar’iyyah.
Yaitu membaca ayat-ayat Al Quran, atau doa nabi, ke air lalu air itu diminum atau diusap ke yang sakit, atau disiram ke bangunan (rumah, toko) untuk perlindungan.
Hal ini berdasarkan hadis Shahih Bukhari, dalam Bab an Nafats fir Ruqyah’
فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفِثْ حِينَ يَسْتَيْقِظُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، وَيَتَعَوَّذْ مِنْ شَرِّهَا، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ
Jika kamu melihat sesuatu yg tidak disukai, maka hendaknya dia meludah saat terbangun sebanyak 3 kali, dan berlindung (kepada Allah) dari keburukannya maka itu tidak akan membahayakannya. (HR. Bukhari no. 5747)
Ini juga diriwayatkan dari sebagian salaf. Seperti Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu:
إذا عسر على المرأة ولدها تكتب هاتين الآيتين والكلمتين في صحيفة ثم تغسل وتسقى منها، وهي: بسم الله الرحمن الرحيم لا إله إلا الله العظيم الحليم الكريم، سبحان الله رب السموات ورب الارض ورب العرش العظيم ….
Jika seorang wanita kesulitan ketika melahirkan, maka Anda tulis dua ayat berikut secara lengkap di lembaran, kemudian masukkan ke dalam air dan kucurkan kepada dia, yaitu kalimat:
“Laa Ilaha Illallah Al Halimul Karim Subhanallahi Rabbil ‘Arsyil ‘Azhim Al Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin….”
(Tafsir Al Qurthubi, 16/222)
Hal ini dilakukan para salaf, di antaranya Imam Ahmad bin Hambal, seperti yang dikatakan Imam Ibnu Muflih Rahimahullah:
نقل عبدالله أنه رأى أباه يعوذ في الماء ويقرأ عليه ويشربه ، ويصب علىنفسه منه
Abdullah menyebutkan bahwa dia melihat ayahnya (yaitu Imam Ahmad bin Hambal) membacakan ta’awudz kepada air dan meminumnya dan menuangkan air itu kepada dirinya. (Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/441)
Kebolehan ruqyah melalui media air juga dikatakan oleh Imam asy Syafi’i, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qayyim, Imam Al Qurthubi, dan lainnya, serta pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, dan lainnya.
Dalam Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah:
فلا حرج في قراءة آيات الرقية على ماء ورش المنزل والحديقة بهذا الماء، والطريقة الصحيحة لذلك هي قراءة آيات السحر على ماء، وخصوصاً قول الله تعالى: قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُم بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللّهَ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ {يونس: 81}، ثم يرش الماء المقروء عليه في البيت والحديقة فيبطل السحر إن شاء الله.
Tidak masalah membacakan ayat-ayat ruqyah kepada air lalu air itu dipercikkan kepada rumah dan kebun.
Cara yang shahih adalah membacakan ayat-ayat ruqyah ke air, secara khusus adalah membacakan firman Allah Ta’ala:
“Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Yunus, Ayat 81)
Lalu, air yang dibacakan ruqyah tersebut dicipratkan ke rumah atau kebun, Insya Allah sihir itu lenyap.
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 56090)
Hanya saja, hal ini harus MEMENUHI BEBERAPA SYARAT, Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah mengatakan:
وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاء عَلَى جَوَاز الرُّقَى عِنْد اِجْتِمَاع ثَلَاثَة شُرُوط : أَنْ يَكُون بِكَلَامِ اللَّه تَعَالَى أَوْ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاته ، وَبِاللِّسَانِ الْعَرَبِيّ أَوْ بِمَا يُعْرَف مَعْنَاهُ مِنْ غَيْره ، وَأَنْ يَعْتَقِد أَنَّ الرُّقْيَة لَا تُؤْثَر بِذَاتِهَا بَلْ بِذَاتِ اللَّه تَعَالَى .
“Ulama telah ijma’ bolehnya ruqyah jika memenuhi tiga syarat berikut.
1. Menggunakan firman Allah Ta’ala atau dengan asma dan sifat-sifat-Nya.
2. Dengan lisan bahasa Arab atau dengan bahasa yang bisa diketahui maknanya selain bahasa Arab.
3. Meyakini bahwa ruqyah tidak mmberikan pengaruh dengan zatnya sendiri, tetapi Allah Ta’ala yang memberikan pengaruhnya.” (Fathul Bari, 10/195)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]