ChanelMuslim.com – Cara mengubah watak keturunan. Ustaz, saya mau bertanya, apakah watak keturunan bisa diubah dengan doa? Bagaimana kiat-kiatnya, misal ke anak, maksudnya sifat anak nurun dari ayahnya.
Cara Mengubah Watak Keturunan
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Jawaban: Umumnya dan biasanya, bagaimana orangtua, maka begitulah anak. Tapi, tidak selalu demikian.
Kasus anak yang shalih dari keluarga yang orang tuanya jahat, atau anak yang jahat dari orang tua yang shalih. Ini juga pernah ada, bahkan dialami keluarga para Nabi, seperti Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan anaknya, Kan’an.
Oleh karena itu yang diperlukan dalam membentuk karakter anak yang shalih adalah sebagai berikut.
Baca Juga: Mengapa Yahudi Disebut Berwatak Kera
Didiklah anak sejak Anda memilih suami atau istri
Semua teori pendidikan anak tidak akan efektif dan sia-sia jika dimainkan oleh orangtua yang tidak bisa menerapkannya.
Apa manfaat pedang tajam, di tangan orang yang tidak bisa membedakan mana pedang mana kayu?
Berikanlah nama yang baik-baik bagi anak agar itu menjadi doa dan syiar baginya
Berikan keteladanan dari orangtua kepada anaknya, di mana pun orangtua itu membersamai anaknya.
Didiklah anak dengan adab-adab Islam dan ilmu, yang utama adalah aqidah seperti ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, dan lainnya.
Doakan anak kita, misalnya:
رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ أَزْوَاجِنِا وَ ذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzuriyyatinaa qurrota a’yun
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan dari kalangan kami sebagai penenang hati.”
Juga doa:
رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Keshalihan orang tua memang belum tentu lantas bisa diwariskan ke anaknya. Kisah keluarga Nabi Nuh ‘alaihissalam bisa menjadi contoh. Akan tetapi, yang menjadi umumnya adalah orang tua yang shalih yang mampu menciptakan lingkungan yang shalih, akan dapat melahirkan anak-cucu yang shalih pula.
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Qs. Ath-Thur: 21)
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (w. 204 H). Kejeniusan dan keshalihan Iman asy-Syafi’i rahimahullah tidak mungkin tanpa pengaruh sentuhan ibunya (Fathimah al Azdiyah rahimahallah), yang diceritakan para sejarawan sebagai wanita yang qanitat (taat), ‘abidat (ahli ibadah), dan cerdas. Demikian, Sahabat Muslim, watak keturunan itu dapat diusahakan oleh orangtua, namun . Wallahu a’lam.[ind]