SAHABAT Muslim, berikut bacaan duduk tasyahud saat shalat beserta latin dan terjemahannya yang dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan.
Ada beberapa jalur periwayatan tentang bacaan duduk tasyahud.
Pertama. Dari jalur Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
AT-TAHIYYATUT LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN. ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH
Penghormatan, shalawat, dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi.
Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
(HR. Bukhari no. 6265, Muslim no. 402)
Kedua. Dari jalur Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
AT-TAHIYYATUT LILLAHI WASH-SHALAWAATUTH THAYYIBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN. ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH
Penghormatan, shalawat kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi.
Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. (HR. Abu Daud no. 971. Shahih)
Ketiga. Jalur Umar bin al Khathab Radhiallahu ‘Anhu
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ الزَّاكِيَاتُ لِلَّهِ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
ATTAHIYYAATU LILLAHI AZZAKIYAATU LILLAHI AT THAYYIBAAT ASHSHALAWAATU LILLAHI ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAH ASH-SHAALIHIIN. ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH
Segala penghormatan yang suci hanya milik Allah, shalawat yang baik hanya milik Allah. Keselamatan bagimu wahai Nabi dan Rahmat Allah dan barakah-Nya, keselamatan bagi kami dan Hamba Hamba Allah yang Shalih.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan -yang berhak diibadahi- selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.
(HR. Malik no. 204, shahih)
Ini dibaca saat tasyahud awal dan tasyahud akhir. Jika mau, maka baca semua versi dan itu lebih utama. Jika hanya salah satu, itu juga sudah cukup.
Baca Juga: Bacaan Ayat Kursi beserta Artinya
Bacaan Duduk Tasyahud saat Shalat Beserta Latin dan Terjemahannya
Kemudian, membaca shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini juga ada beberapa jalur.
Pertama. Dari Abu Humaid As Sa’idi Radhiallahu ‘Anhu, bahwa mereka (para sahabat) bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ فَقَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Rasulullah, bagaimana bershalawat kepadamu?”, Nabi menjawab:
“Katakanlah: Allahumma shalli ‘Ala Muhammad wa azwajihi wa dzurriyatihi kama shalaita ‘ala Ali Ibrahim wa baarik ‘ala Muhammadin wa azwajihi wa dzurriyatihi kama baarakta ‘ala Ali Ibrahim innaka hamiidum majid.” (HR. Bukhari No. 3189, 5999, Muslim No. 407)
Kedua. Dari Ka’ab bin Ujrah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shollaita ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majid.
Allahumma baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin kamaa baarakta ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majiid”
(Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia). (HR. Bukhari no. 3370)
Ketiga. Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu dengan kalimat shalawat yang agak berbeda, katanya:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَآلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَآلِ إِبْرَاهِيمَ
Allahumma shalli ‘ala Muhammad ‘abdika wa rasulika, kama shallaita ‘ala Ibrahim, wa baarik ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad, kama baarakta ‘ala Ibrahim wa Aali Ibrahim.”
(HR. Bukhari No. 4520)
Semua shalawat di atas adalah shalawat terbaik dan paling utama. Istilahnya shalawat Ibrahimiyah. Bagus jika kita bisa membaca semuanya, namun jika memilih salah satunya, itu sudah cukup.
Syaikh An Nawawi Al Bantani Rahimahullah mengatakan:
وأكملها الصلاة الإبراهيمية وهي أفضل الصيغ فيبر بها من حلف أنه يصلي بأفضلها اهـ.
Yang paling sempurna adalah shalawat Ibrahimiyyah yang merupakan shighat (bentuk kalimat) shalawat dalam shalat yang paling utama, maka semakin bertambah bagus jika orang yang shalat (dalam masalah ini) memakai shalawat yang paling utama.
(Kaasyifah as Sajaa, Hlm. 140)
Minimal membaca shalawat adalah Allahumma shalli ‘ala Muhammad, ini pun sudah sah.
Imam Abu Zariya an Nawawi Rahimahullah (bukan Syaikh An Nawawi yang di atas), berkata:
ﺃﻗﻞ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ، ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ( ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ) ﺃﻭ ( ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ) ﺃﻭ ( ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻟﻪ ) ، ﻭﻓﻲ ﻭﺟﻪ : ﻳﻜﻔﻲ ( ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ) ، ﻭﺃﻗﻞ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻵﻝ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ( ﻭﺁﻟﻪ ) ﻭﺃﻛﻤﻠﻬﺎ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ( ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ
ﻣﺤﻤﺪ ، ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝ ﻣﺤﻤﺪ ، ﻛﻤﺎ ﺻﻠﻴﺖ ﻋﻠﻰ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ، ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ، ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﻤﺪ ، ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝ ﻣﺤﻤﺪ ، ﻛﻤﺎ ﺑﺎﺭﻛﺖ ﻋﻠﻰ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ، ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻝ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ، ﺇﻧﻚ ﺣﻤﻴﺪ ﻣﺠﻴﺪ ) .
Minimal shalawat kepada Nabi adalah “Allahumma shalli ‘ala Muhammad”, atau “Shallallahu’ Ala Muhammad” atau “Shallallahu ‘Ala Rasulih”, dalam salah satu pendapat cukup membaca “Shallallahu’ Alaih”, sedangkan shalawat kepada keluarganya adalah membaca “wa aalihi”.
Ada pun yang sempurna adalah “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa’ ala aali Muhammad kamaa shalaita ‘ala Ibrahim wa’ ala aali Ibrahim, wa baarik ‘ala Muhammad wa’ ala aali Muhammad kamaa barakta ‘ala Ibrahim wa’ ala aali Ibrahim, innaka hamidum majid.”
(Raudhatuth Thalibin, 1/265)
Baca Juga: Bacaan-Bacaan Dzikir yang Memudahkan Terkabulnya Doa
Apa hukumnya membaca shalawat pada duduk tasyahud?
– Pada Tasyahud Awal
Pada tasyahud awal, umumnya fuqaha mengatakan tidak ada shalawat, kecuali menurut Imam asy Syafi’i yang mengatakan sunnah, bukan wajib, sebagaimana dalam qaul jadid (pendapat baru).
Ada pun dalam qaul qadim, Beliau juga mengatakan tidak ada tambahan shalawat di dalam bacaan duduk tasyahud awal.
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan:
وَهَذَا قد اخْتلف فِيهِ فَقَالَ الشَّافِعِي رَحمَه الله فِي الْأُم يصلى على النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فِي التَّشَهُّد الأول هَذَا هُوَ الْمَشْهُور من مذْهبه وَهُوَ الْجَدِيد لكنه يسْتَحبّ وَلَيْسَ بِوَاجِب وَقَالَ فِي الْقَدِيم لَا يزِيد على التَّشَهُّد وَهَذِه رِوَايَة الْمُزنِيّ عَنهُ وَبِهَذَا قَالَ احْمَد أَبُو حنيفَة وَمَالك وَغَيرهم
Hal ini diperselisihkan para ulama. Imam asy Syafi’i dalam Al Umm, menyatakan hendaknya bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di tasyahud awal.
Ini adalah pendapat yang masyhur dalam mazhabnya yaitu qaul jadid. Namun ini SUNNAH bukan wajib.
Ada pun dalam qaul qadim, tidak ada tambahan apa pun dalam bacaan tasyahud (hanya baca tahiyat saja, pen), sebagaimana kata Al Muzani dari Imam asy Syafi’i.
Ini juga pendapat Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad, serta lainnya.
(Jalaa’ul Afhaam, Hlm. 180)
Beliau berkata juga:
وَقَالَ الْآخرُونَ لَيْسَ التَّشَهُّد الأول بِمحل لذَلِك وَهُوَ الْقَدِيم من قولي الشَّافِعِي وَهُوَ الَّذِي صَححهُ كثير من أَصْحَابه لِأَن التَّشَهُّد الأول تخفيفه مَشْرُوع وَكَانَ النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم إِذا جلس فِيهِ كَأَنَّهُ على الرضف وَلم يثبت عَنهُ أَنه كَانَ يفعل ذَلِك فِيهِ وَلَا علمه للْأمة وَلَا يعرف أَن أحدا من الصَّحَابَة استحبه
Yang lainnya mengatakan, Tasyahud awal bukanlah tempat bershalawat sebagaimana pendapat Imam Asy Syafi’i dalam qaul qadim. Inilah yang dibenarkan oleh banyak para sahabatnya (Syafi’iyah).
Sebab, meringankan tasyahud awal itu hal yang disyariatkan. Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika duduk tasyahud awal begitu cepat seperti kepanasan.
Tidak ada riwayat shahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang hal itu. Beliau juga tidak mengajarkannya kepada umat. Tidak diketahui pula seorang sahabat pun yang menyunnahkan hal itu. (Ibid, hlm. 181)
– Pada tasyahud akhir
Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat:
Pertama. SUNNAH bershalawat di duduk tasyahud akhir.
Inilah pendapat Hanafiyah (Imam az Zaila’i, Tabyinul Haqaiq, 1/108. Imam al ‘Aini, Al Binayah, 2/274), Malikiyah (Imam Ibnu Abdil Bar, Al Kaafi, 1/205, Imam al Qarafi, Adz Dzakhirah, 2/218),
salah satu riwayat dari Imam Ahmad (Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 1/388), mazhab zhahiriyah (Imam Ibnu Hazm, Al Muhalla, 3/50),
dan ini adalah pendapat mayoritas ulama (Imam al Qurthubi, Al Jaami’ Liahkamil Quran, 14/235), bahkan Imam Ibnu Baththal mengutip dari Imam Ath Thabari dan Imam Ath Thahawi, bahwa telah ijma’ baik salaf dan khalaf, bahwa itu adalah sunnah. (Syarh Shahih al Bukhari, 2/447)
Kedua. WAJIB bershalawat saat duduk tasyahud akhir
Ini adalah pendapat para sahabat nabi seperti Ibnu Mas’ud, Abu Mas’ud al Badri, Ibnu Umar, serta para tabi’in seperti Abu Ja’far Muhammad bin Ali, Asy Sya’bi, dan Muqatil bin Hayyan.
(Imam Ibnul Qayyim, Jalaa’ul Afhaam, Hlm. 163)
Inilah pendapat Imam asy Syafi’i dan pengikutinya. (Imam an Nawawi, Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab, 3/465), juga Hambaliyah (Imam al Buhuti, Qassyaaf al Qinaa’, 1/388, Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 1/388),
sebagian Malikiyah (Imam Ibnul ‘Arabi, Ahkamul Quram, 3/623), juga Syaikh bin Baaz. (Majmu’ Fatawa, 3/291)
Maka, klaim yang mengatakan bahwa terjadi ijma’ ini adalah sunnah, bukan wajib, tidaklah benar.
Sahabat Muslim, itulah bacaan duduk tasyahud saat shalat. Yuk dihafalkan agar shalat kita sempurna. Semoga bermanfaat.[ind]