KETIKA agama jadi bahan becandaan, Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S. (Konsultan Ahli Syaria Consulting Center/ SCC) angkat bicara terkait hal tersebut.
Ada pertanyaan dari pembaca berikut ini.
Saya baru-baru ini mendalami agama Islam dan menekuninya seperti sholat 5 waktu ke masjid dan lain lain. Baru-baru ini, saya mengetahui menghina agama walaupun bercanda akan keluar dari Islam.
Pada saat itu, saya teringat beberapa tahun lalu, ketika sholat saya mungkin masih ada yang bolong dan masih malas sholat ke masjid dan saya pernah bercanda ketika main game dengan teman.
Ketika ada sesuatu mekanisme game seperti meledakkan bom saya mengucapkan takbir, Pak Ustaz, seolah-olah berjihad melawan musuh-musuh dalam game seperti menjadi teroris yang melabeli diri mereka beragama Islam padahal saya tahu betul itu bukan ajaran Islam.
Kedua, saya pernah memberi donasi seorang Youtuber. Pada saat itu, banyak penonton youtuber itu menggunakan nama-nama asli terus digabung dengan sesuatu yang ada di game contohnya udin viridicent.
Saat itu, saya lagi satu discord sama temen saya seperti teleponan gitu sama temen saya dan dia menyarankan saya untuk mencoba donasi pakai nama Muhamad Noblesse karena dulu saya mungkin kurang iman, Pak Ustaz, jadi nama itu saya anggap seperti nama temen, contohnya Muhammad Ilham begitu, cuma ilhamnya diganti dengan istilah di game, Pak Ustaz, tetapi saya cari tahu sekarang ‘noblesse’ artinya bangsawan dan tidaklah arti yang buruk.
Dalam melakukan dua hal tersebut, saya tidak ada niatan menghina, Pak Ustaz, hanya terbawa suasana dan saya tidak menyadari tindakan saya bisa jadi penghinaan atau tidak.
Dua hal di atas yang baru saya ingat, saya tidak tahu, mungkin saja saya pernah bercanda hal lain yang bisa jadi memungkinkan itu terjadinya penghinaan terhadap agama.
Saya sekarang waswas, Pak Ustaz, apakah dari beberapa tahun tersebut saya murtad dan bukan muslim. Pertanyaan saya Pak Ustaz:
1. Apakah yang saya lakukan itu penghinaan dan tanpa saya sadari saya murtad saat itu?
2. Apakah amalan saya hilang dan amalan saya selama ini tidak terhitung mulai saat itu?
3. Apa yang harus saya lakukan Pak Ustaz jika memang saya terhitung murtad saat itu, cukup bertaubat nasuha apa harus membaca syahadat ulang, karena saya di dalam sholat pada saat itu, saya juga membacanya walaupun bacaan syahadatnya berbeda dengan syahadat masuk Islam? Terima kasih, Pak Ustaz.
baca juga: Hukum Bertanya Agama kepada Google
Agama Jadi Becandaan, Ini Kata Ustaz
Jawaban Ustaz Farid Nu’man Hasan sebagai berikut.
Salah satu misi Rasulullah ﷺ adalah menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana hadisnya:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ ».
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
(HR. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra no. 21301)
Salah satu akhlak yang perlu diarahkan dan disempurnakan adalah akhlak saat bergurau.
Bergurau dengan menjadikan agama; Al Quran, Sunnah, Allah, Rasul, para sahabat, dan semua muatan Islam, sebagai bahan candaan adalah tidak dibenarkan bahkan salah satu bentuk kekufuran jika memang tujuannya ihanah (merendahkan agama).
Firman Allah ﷻ:
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”.
Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… (QS. At Taubah: 65-66).
Maka, jika Saudara penanya dahulu bergurau seperti yang diceritakan di atas; didasari oleh ketidaktahuan, tidak ada maksud menghina, murni error-nya anak-anak muda yang saat itu masih jauh dari agama, maka itu tentu tidak dinilai sebagai kekafiran atau murtad, namun tetap sebuah kesalahan besar.
Maka, bertobatlah kepada Allah ﷻ dengan cara;
– Segara tinggalkan perbuatan itu
-Menyesal atas kesalahan itu
– Bertekad tidak lagi mengulangi selamanya
Semoga Allah ﷻ memberikan jalan keselamatan kepada kita semua, sebagaimana sabdanya:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir berkata, Aku bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana supaya selamat? beliau menjawab:
1. Jagalah lisanmu
2. Hendaklah rumahmu membuatmu lapang
3. Tangisilah dosa dosamu.
(HR. At Tirmidzi no. 2406, hasan)
Demikian. Wallahu a’lam. Semoga penjelasan tersebut menginspirasi para Sahabat agar berhati-hati dalam berucap maupun bertindak terkait hal-hal keagamaan.[ind]