DALAM Alquran, Allah subhanahu wata’ala menyebut hubungan suami istri itu seperti libas atau busana. Dari istilah itu, suami istri adalah hubungan yang saling menghangatkan, yang saling menenangkan, dan yang saling melengkapi.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 187, Allah subhanahu wata’ala menyebut hubungan suami istri seumpama busana.
هُنَّ لِبَاسٞ لَّكُمۡ وَأَنتُمۡ لِبَاسٞ لَّهُنَّۗ
“Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian untuk kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka.”
Penggalan ayat ini berkenaan dengan bolehnya makan dan minum, hubungan suami istri di malam bulan Ramadan.
Menariknya, Allah menyebut istilah libas yang berarti pakaian atau busana untuk menggambarkan saling keterkaitan antara suami dan istri.
Baca Juga: Doa Suami Istri Mengharap Keberkahan Rumah Tangga
Suami Istri Itu Busana yang Saling Menghangatkan
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menafsirkan istilah ini dengan pemberi ketenangan: mereka itu pemberi ketenangan untuk kamu, dan kamu pemberi ketenangan untuk mereka.
Sementara, Rabi’ bin Anas radhiyallahu ‘anhu menafsirkan istilah ini dengan selimut: mereka itu selimut untuk kamu, dan kamu selimut untuk mereka. (Tafsir Ibnu Katsir)
Ketenangan
Hidup ini merupakan area untuk menghadapi berbagai ujian. Semua sisi kehidupan selalu bermuatan ujian. Baik dan buruk, enak dan susah, bahagia dan menderita; selalu bermuatan ujian. Golnya dua: sabar dan syukur.
Sabar adalah tetap istiqamah ketika ujian berbentuk sesuatu yang tidak mengenakkan. Dan, syukur merupakan istiqamah saat ujian hidup berbentuk sesuatu yang menyenangkan.
Dua sisi ini: enak dan susah, selalu bergilir menghiasi semua sisi kehidupan. Tak seorang pun manusia yang bisa lari dari dua sisi ini.
Saat itulah, dibutuhkan sebuah sarana untuk melahirkan ketenangan dari semua ujian itu.
Ketenangan itu tidak lahir dari satu sisi saja: istri atau suami. Melainkan, lahir dari dua sisi yang saling berkaitan satu sama lain: suami dan istri.
Karena itulah hubungan suami istri tidak semata-mata kebutuhan biologis saja. Melainkan juga meliputi pemenuhan kebutuhan jiwa.
Selimut
Selimut menunjukkan sarana yang bisa memunculkan kehangatan di saat dingin. Selimut juga berarti pelindung tubuh agar istirahat bisa lebih nyaman.
Kemewahan ini Allah anugerahkan untuk manusia agar istirahat mereka jauh lebih aman dan nyaman.
Perumpamaan hubungan suami istri sebagai selimut menunjukkan bahwa tidak ada rahasia di antara mereka berdua. Rahasia keduanya tersekat dalam selimut itu sendiri yang satu sama lain sudah saling tahu dan paham.
Selimut juga menunjukkan saling memberikan perlindungan terhadap kekurangan masing-masing. Manusia tidak bisa lepas dari salah dan khilaf.
Tidak bisa luput dari berbagai kekurangan, baik fisik maupun psikis. Di situlah, peran suami istri.
Ketika seorang suami berada dalam posisi terhuyung ketika melakoni hidup di luar rumah, ia butuh ketenangan dan perlindungan saat tiba di rumah.
Dan itu ia dapatkan dari keberadaan seorang istri. Begitu pun sebaliknya.
Ketenangan dan kehangatan dari hubungan suami istri ini menjadikan perjalanan hidup yang mendaki dan berat menjadi landai dan ringan.
Tidak seorang pun yang bisa memberikan ketenangan dan kehangatan dari seorang suami kecuali istrinya. Begitu pun sebaliknya. [Mh/ind]