ChanelMuslim.com- Dunia makin tua, zaman kian dekat dengan berakhir. Namun, perselingkuhan di akhir zaman ini tidak berarti makin kuno. Justru, potensi terjadinya jauh lebih besar. Hanya dengan pencet tombol satu jari pun, perselingkuhan bisa terjadi kapan pun dan di mana pun. Na’udzubillah.
Jika bicara soal selingkuh, orang zaman dulu mungkin patut bersyukur. Saat itu belum ada ponsel, apalagi WA, kamera, email, FB, dan segala turunannya. Jangankan semua alat canggih itu, berpandangan antara laki dan perempuan saja susahnya bukan main.
Karena pada masa itu, yang biasa keluar rumah hanya laki-laki. Sementara yang wanita sibuk di rumah. Mulai urusan rumah, urusan anak-anak, soal masak, dan lainnya. Untuk urusan yang terkesan sederhana itu saja, jam sibuknya justru lebih banyak dari kerja di luar rumah.
Jadi, wanita zaman itu, boro-boro bisa larak-lirik cowok, keluar rumah saja nggak kepikiran. Kalau pun ke pasar, mereka didampingi suami, kakak atau adik, dan seringnya orang tua.
Kalau dilihat dari sudut pandang itu, sepertinya firman Allah tentang larangan mendekati zina jauh lebih berat di zaman seperti sekarang ini di banding zaman pada saat ayat itu turun.
Karena di zaman itu selain belum ada alat komunikasi canggih seperti ponsel, sarana untuk ketemuan pun nyaris nggak ada. Saat itu belum ada mall, pasar sangat jauh sehingga laki-lakilah yang paling pas untuk ke pasar.
Pendek kata, segala potensi dan rangsangan terjadinya selingkuh terlalu kecil di zaman baheula. Mungkin, setan juga mengalami kesulitan untuk membuka peluang terjadinya hal itu. Alat komunikasi nggak ada, rumah saling berjauhan, pasar sangat jauh, dan lain-lain.
Di zaman itu, kalau ada wanita berjalan dengan laki-laki kemungkinannya ada dua: ia bersama mahramnya, atau ia wanita pelacur alias wanita tidak normal.
Perhatikanlah dengan zaman saat ini. Sudah orang-orangnya kian jauh dari kesalehan, sarana dan lingkungannya begitu sangat mendukung terjadinya perselingkuhan. Jadi, baik software dan hardwarenya sama-sama saling mendukung. Laa haula wala quwwata illa billah.
Aurat Terbuka di Mana-mana
Tak usah membandingkan dengan zaman Nabi dan sahabat yang wanitanya tidak terlihat kecuali hanya matanya saja, di zaman kakek nenek kita pun wanita jarang terlihat di tempat umum. Interaksi antara keduanya begitu ketat. Kalau tidak bertamu, laki-laki tak bisa melihat wanita, begitu pun sebaliknya.
Kini, selain sarana yang sangat mudah melihat aurat, lingkungan pun begitu terbuka lebar. Nonton tivi lihat aurat, buka ponsel lihat aurat, berangkat kerja lihat aurat, ke kampus banyak aurat, ke pasar apalagi. Mau pasar tradisional, apalagi yang moderen.
Inilah zaman di mana setan tidak perlu repot-repot menggoda manusia untuk selingkuh. Karena semua sisi kehidupan saat ini nyaris membuka lebar segala potensi terjadinya selingkuh.
Selingkuh sebenarnya terjadi ketika istri atau suami tidak menjadi satu-satunya pandangan yang menarik terhadap rangsangan lawan jenis. Kalau Nabi pernah menasihati, jika ada wanita yang menggodamu segeralah menemui istrimu agar hasrat itu bisa tercurah kepada istri.
Kini, keadaan itu sudah terbalik. Setan seperti menasihati, kalau ada masalah dengan istri atau suami, segeralah keluar rumah atau buka ponsel, karena di sana banyak pilihan mudah. Naudzubillah.
Dengan kata lain, menundukkan pandangan di zaman dulu dengan sekarang sangat jauh berbeda. Di zaman dulu, menundukkan pandangan begitu mudah karena kasusnya sangat kecil. Tapi di zaman kini, nyaris tak ada pandangan selain godaan lawan jenis. Kalau mau nunduk, bisa-bisa nabrak sana-sini. Karena, godaan dari pandangan lawan jenis itu nyaris ada di semua arah.
Bahkan, sebegitu dahsyatnya godaan di zaman ini, virus selingkuh itu jauh lebih berat dari virus covid-19 yang mematikan seperti saat ini. Karena virus covid bisa ditangkal dengan sedikit keluar rumah. Tapi virus selingkuh tak ada pengaruhnya, mau sedikit keluar rumah atau tidak keluar sama sekali pun bisa terjadi.
Karena itu, menundukkan pandangan saja belum cukup. Tapi juga harus menghijab hati kita dari segala godaan itu. Pertebal hijab dengan selalu dekat dengan Allah subhanahu wata’ala. Karena dengan hati yang bersih dan dipenuhi keagungan Allah, segala potensi buruk dari naluri biologis jasad ini bisa teredam efektif. (Mh)