ChanelMuslim.com – Jika hidup menuruti kemauan nafsu saja, raga kita tidak akan sanggup. Ia akan selalu kehausan. Suatu hari seorang teman lama bertandang. Surprise juga, karena lama tak ada kabar dari dia setelah sempat meminjam uang pada kita. Lama dia bercerita, ternyata hidupnya sedang susah karena terlilit utang yang lumayan besar. Rumah dan mobil akhirnya harus dia jual untuk membayar utang-utang itu.
Kali lain, saat sedang kumpul bersama teman-teman sekampus seorang teman malah mengeluh sedang kesulitan keuangan. Padahal secara kasat mata hidupnya sudah enak, punya rumah yang nyaman, mobil yang bagus dan karir yang baik. Setiap saat selalu bercerita tentang hal yang sama, kesulitan ekonomi dan cicilan yang tidak pernah selesai.
Tidak jarang orang-orang yang terlihat hidupnya lebih baik mengeluhkan kehidupannya kepada orang-orang yang secara pandangan mata tidak lebih dari dia. Bahkan mungkin lebih susah tapi daya juangnya lebih besar. Terbukti dari tidak adanya keluhan sedikit pun tentang kesusahannya.
Gaya hidup itu menjerat. Semakin diikuti semakin tak terpenuhi. Baru-baru ini viral meme tentang ibu yang tergabung dalam perkumpulan orangtua murid dengan tuntutan gaya hidup yang serba seragam. Setiap pertemuan harus dengan dress code dan di resto atau kafe tertentu. Belum lagi persoalan trend tempat makan, tas, sepatu dan perlengkapan sekolah anak lainnya. Sepertinya jika tidak mengikuti trend di lingkungan, kita akan menjadi orang yang aneh dan tidak popular. Jika dihitung yang besar dari gaya hidup itu bukan fungsi dan manfaatnya tapi biayanya.
Apa dampaknya dari gaya hidup yang terlihat mentereng tapi mengkhawatirkan itu. Ini seperti gunung es. Terlihat cantik dari kejauhan tapi di dalamnya menyimpan bahaya besar. Persis seperti saat kapal Titanic menghantam gunung es. Hancur berkeping-keping.
Banyak keluarga yang akhirnya harus memulai dari nol lagi karena segala harta yang tersimpan ditarik oleh leasing atau bank karena tidak sanggup lagi membayar cicilan. Atau terpaksa dijual karena tidak sanggup membiayai perawatannya. Atau terpaksa dijual karena utang menumpuk.
Jadi saat kita bertandang ke rumah teman yang luas, indah dan car portnya luas, jangan langsung terpesona. Bisa jadi dia kan bercerita jika rumahnya itu sewaktu-waktu bukan lagi miliknya karena telah menjadi jaminan bank untuk segala utang-utangnya. Jika begini, sayur asam dan ikan asin yang kita beli dari tukang sayur akan terasa lebih nikmat jika kita bandingkan dengan sirloin steak yang dibeli dengan menggesek kartu kredit. Mari evaluasi gaya hidup kita. Cukupkan diri kita dengan rezeki yang halal. Dan selamatkan hidup kita dengan perbanyak sedekah. (MAY)