SAYA membaca berita seorang polwan yang tega membakar suaminya. Saya paham betul bagaimana perasaan sang istri saat harus memutar otak dengan gaji yang ada harus mencukupi semua kebutuhan keluarga.
Dan saya juga mengerti begitu marahnya sang istri, gaji yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama untuk keperluan 3 orang anak yang masih batita, malah digunakan untuk main judi online oleh suaminya.
Yang mau saya tanyakan bagaimana kita bisa mengontrol emosi saat kita sedang marah kepada suami.
Saya sendiri kalau marah sama suami juga terlintas pikiran di luar nalar seperti menyakiti diri sendiri, misalnya ingin menggores pergelangan tangan dengan pisau hingga berdarah-darah, ingin pergi naik motor biar ditabrak kereta atau truk, ingin loncat dari gedung tinggi dll.
Bagaimana agar kita bisa mengontrol diri agar tidak melakukan perbuatan buruk dan bagaimana saat kita bertengkar dengan suami, tidak berdampak buruk bagi keluarga?
baca juga:
Pelajaran dari Polwan yang Membakar Suaminya
Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha menjawab persoalan ini sebagai berikut.
Ada dua pertanyaan, pertama, bagaimana cara kita mengontrol diri saat kita marah.
Pertanyaan kedua, bagaimana agar pertengkaran keluarga, antara suami istri atau orang tua dengan anak tidak berdampak buruk bagi keluarga.
Sobat sekalian, sebelum saya menjawab kedua pertanyaan itu, kita belajar dulu yuk proses bagaimana seseorang bisa melakukan tindakan buruk bagi dirinya atau kepada orang lain saat sedang marah.
Sobat sekalian dalam diri manusia, ada 3 bisikan yaitu bisikan nafsu, bisikan setan dan bisikan hati/bisikan malaikat yang bersumber dari ilham Illahi.
Semua keinginan itu adalah nafsu misalnya ingin makan, ingin membeli baju baru termasuk mohon maaf ingin berhubungan suami istri. Jadi nilai nafsu itu netral.
Lalu bisikan setan itu adalah segala keinginan yang menjurus pada perbuatan dosa. Nah, yang paling bahaya adalah ketika nafsu ditunggangi oleh bisikan setan.
Lalu suara hati adalah bisikan yang menjaga diri kita dari perbuatan dosa. Misalnya nafsu mengatakan lagi butuh uang, lalu bisikan setan mengatakan,
“Udah ambil saja uang masjid, kamu kan jadi bendahara masjid, kalau kamu ambil dikit juga enggak bakalan orang tahu”.
Ini adalah bisikan setan yang menjerumuskan manusia pada perbuatan dosa. Lalu suara hati berkata:
“Jangan, itu perbuatan dosa jangan dilakukan, nanti Allah marah lho sama kamu, nanti kamu akan dapat musibah lho”.
Itulah suara hati yang mengontrol manusia untuk senantiasa berbuat baik dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan tercela.
Sobat, saat kita dalam kondisi tenang dan stabil (tidak dalam keadaan emosi/marah) hati kita masih berfungsi normal.
Kita selalu dikontrol oleh hati untuk tidak melakukan perbuatan jahat dan dosa.
Hatilah yang mengontrol dan membisikan kepada diri kita untuk senantiasa berbuat baik dan mendorong diri kita untuk dekat dengan Allah.
Tapi ada dua kondisi di mana hati itu sudah tidak berfungsi lagi untuk mengingatkan diri kita.
Pertama adalah perbuatan buruk yang terus diulang sehingga menjadi kebiasaan. Kondisi yang kedua adalah saat dalam kondisi marah.
Sobat, saat kondisi marah, hati tiba-tiba terkunci. Hati sulit sekali membisikkan hal-hal yang baik kepada diri kita karena hati ini ibarat sebuah cermin.
Saat kita muhasabah diri atau dalam kondisi yang tenang cermin hati ini begitu berfungsi memantulkan kondisi diri kita sehingga kita bisa melihat kesalahan, keburukan dan dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
Sebaliknya hati akan berubah menjadi cermin yang kusam/buram sehingga kita tidak bisa memantulkan bayangan diri kita.
Cermin hati tidak akan mampu memberitahu dampak buruk atas perbuatan yang kita lakukan saat kita dalam kondisi emosi dan marah.
Kalau hati sudah terkunci, siapa yang bebas mempengaruhi manusia, betul bisikan setanlah yang menjadi dominan.
Jadi saat marah itu, setan berdansa riang, bernyanyi senang sebab orang marah sangat mudah sekali dikontrol untuk melakukan perbuatan yang tidak baik dan dosa.
Di sisi lain, hati terkunci, tidak bisa memberi input yang benar dan baik bagi manusia.
Maka di saat marah itu, manusia dikontrol penuh oleh setan, sedangkan suara hati yang menjadi suara kebenaran dan kebaikan itu nyaris tidak berfungsi.
Bisa kita lihat fenomena saat orang marah bisa menyakiti dirinya bahkan sampai bunuh diri, bisa juga menyakiti orang lain dengan kata-katanya, main fisik sampai begitu tega membunuh orang lain.
Jadi saat sedang marah, jangan membuat keputusan apapun itu tunggu sampai emosinya reda, sehingga hati kembali berfungsi normal lalu buatlah keputusan.
Ingatlah saat kita marah, yang mengontrol penuh diri kita adalah setan. Setanlah yang membisikkan kepada diri kita untuk melakukan tindakan-tindakan di luar nalar seperti yang tadi ibu katakan,
misalnya ingin menggores pergelangan tangan hingga meninggal, ingin bunuh diri saja dengan menabrakkan diri ke kereta atau loncat dari gedung yang tinggi.
Atau saat jengkel dan marah kepada orang lain, setan membisikan untuk berbuat dzolim kepada orang yang mereka benci mulai dari ghibah, memfitnah, menyakiti secara fisik misalnya memukul, menendang, sampai pada menghilangkan nyawa orang lain.
Siapa yang memberi tahu untuk melakukan semua itu, siapa lagi kalau bukan setan. Setanlah yang gencar sekali mendorong manusia untuk membunuh dirinya sendiri agar tujuannya tercapai.
Apa tujuan setan, tujuannya adalah agar manusia menemani mereka tinggal abadi di neraka.
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”. (QS. Al A’raf: 16-18).[ind]