DARI akad menuju harmoni ditulis oleh Cahyadi Takariawan seorang Konselor Ketahanan Keluarga dan pendiri Wonderful Family Institute.
Saya selalu meyakini bahwa semua hal dalam hidup berumah tangga itu bisa dipelajari.
Ada sebab-sebab yang bisa dipelajari dan dijelaskan secara akdemik, mengapa sebuah keluarga bisa harmonis dan bahagia.
Ada pula sebab-sebab yang bisa dijelaskan secara akademik, mengapa sebuah keluarga lebih sering mengalami benturan, konflik dan pertengkaran dari hari ke hari.
Hingga akhirnya banyak yang memilih untuk bercerai.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Tidak sulit memahami laki-laki, tidak sulit memahami perempuan.
Tidak sulit memahami karakter suami, tidak sulit memahami karakter istri.
Sepanjang kedua belah pihak saling membuka diri untuk terus belajar dan mengerti, mencari informasi, selalu berusaha memahami.
Sangat banyak buku dan kepustakaan untuk bisa dipelajari, sebagai pondasi memahami siapa suami dan siapa istri.
Yang sulit adalah fase membuka diri.
Dari Akad Menuju Harmoni
Baca juga: Nasihat untuk Pengantin
Ego yang sama-sama tinggi membuat suami dan istri selalu menciptakan jarak, enggan melakukan hal terbaik untuk pasangan.
Saling membuat syarat untuk hadirnya cinta, “Aku mau berubah, jika kamu pun berubah. Sayangnya aku tidak melihat kamu mau berubah, maka akupun tidak mau berubah. Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkan kamu kalau kamu tidak meminta maaf kepada aku.”
Itulah yang sering terjadi, saling menciptakan jarak, saling membuat syarat.
Akhirnya tercipta jarak, semakin lama semakin jauh.
Jika suami dan istri berhasil membuka diri untuk mengerti, memahami, menerima dan berubah bersama-sama pasangan menuju kondisi yang lebih baik, maka harapan penyatuan sangat terbuka lebar.
Jika saling menutup diri, saling menuduh, saling melukai, saling menghukum, saling mencela, saling mengkritik, saling menyalahkan, saling menyerang, saling mendiamkan, saling menjauh, maka selamanya mereka tidak akan pernah mengalami penyatuan hati dan jiwa.
Saling membuka diri, saling mengerti, saling memahami, saling memberi yang terbaik, itulah kunci untuk selalu menjaga kebahagiaan dan keharmonisan keluarga.
Semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah. Aamiin.[Sdz]