ChanelMuslim.com- Rumah tangga bisa goyah bukan hanya karena cobaan. Tapi juga godaan. Seolah ada yang lebih baik dari yang di rumah.
Ketika ikatan suami istri diikat dengan akad suci, tak ada siapa pun yang lebih baik dari dia. Itulah yang disebut dengan sakinah. Sebuah ketenangan, kepuasan, kenyamanan dengan pasangan yang telah Allah jodohkan.
Masalahnya, hidup ini tidak flat. Tidak datar. Ada waktu yang menggeser kesempurnaan menjadi serba kekurangan. Ada “taman bunga” di luar sana yang begitu terawat daripada yang di rumah. Ada kejenuhan yang menghembuskan pencarian rasa yang berbeda. Dan seterusnya.
Tidak ada yang lebih besar potensi tergodanya, antara suami atau istri. Karena dua-duanya memiliki rasa, dua-duanya memiliki hati yang tak berhenti untuk selalu bolak-balik, dan dua-duanya makhluk normal yang bisa tergoda dengan lawan jenis.
Potensi tergoda ini tidak selalu karena yang menggoda jauh lebih baik atau cantik dari yang di rumah. Ada faktor lain yang jauh lebih rawan dari itu. Yaitu, kondisi intensif yang menyuburkan terjalinnya panah-panah liar cinta.
Bisa karena sering berdua. Bisa karena seringnya terjadi jalinan komunikasi yang nyaris tanpa batas. Bisa karena seringnya beradu pandangan. Dan lainnya.
Jalinan intensif inilah yang menyuburkan segala kesempatan menjadi momen terbaik. Kalau ini yang terjadi, tinggal tunggu momentum saja. Dan berikutnya, hal yang tidak diinginkan secara syariat boleh jadi akan terjadi.
Potensi Godaan dari Wanita Bisa Lebih Besar
Soal subjek yang tertarik, baik istri maupun suami, memang memiliki peluang yang hampir sama. Tapi soal objek, potensi godaan dari wanita bisa jadi lebih besar.
Artinya, tanpa aktif dan sengaja menggoda pun, wanita berpeluang menjadi objek yang lebih menggoda daripada pria. Karena secara alami, semua yang terlihat dari wanita menjadi hiasan yang melambungkan seribu satu godaan untuk pria.
Mungkin seperti itulah ketika Alquran Surah Annur ayat 30 dan 31 mengurai tentang itu. Ketika pria diminta untuk menundukkan pandangan, diminta juga untuk menjaga kehormatan. Tapi ketika wanita juga diminta untuk menundukkan pandangan, bukan sekadar kehormatannya yang juga dijaga, tapi tentang daya tariknya yang tertempel alami dalam fisiknya.
Itu ketika objek godaan bersikap pasif. Bayangkan jika objek itu menjadi aktif. Bahkan super aktif. Tentu potensi terjalinnya ikatan gelap jauh lebih besar lagi.
Puaskanlah Diri bahwa Ia yang Terbaik
Godaan adalah sisi luar yang berpotensi memunculkan asmara liar. Tapi sisi dalam juga tak kalah besarnya sebagai potensi penyelewengan itu terjadi. Sisi dalam adalah kemesraan yang melekat kuat terhadap pasangan yang sahih.
Jalinan yang kuat ini lahir sebagai akumulasi dari suburnya kemesraan yang menghias jalinan cinta suami istri selama ini. Jadi, bukan hanya slogan bahwa ia yang terbaik. Tapi kenyataannya, dalam praktek sehari-harinya, ia sebenarnya memang kurang mesra dengan pasangannya.
Pertanyaannya, darimana kemesraan lahir? Kemesraan merupakan akumulasi dari sikap saling ridha dari istri kepada suami, dan begitu sebaliknya. Ridha merupakan kata yang melampaui cinta.
Kalau cinta bisa lahir hanya karena daya tarik fisik, tapi ridha jauh dari itu. Ia menerima apa adanya. Baik dan buruknya, lebih dan kurangnya, positif dan negatifnya, dan seterusnya. Hal itu terjadi karena ia ridha dengan yang jauh lebih tinggi dari hubungan itu. Yaitu, ridha dengan jodoh yang telah dipilihkan Allah Subhanahu Wata’ala.
Ridha seperti ini begitu mengakar kuat. Bahkan terpagari dengan dua sikap mulia: syukur dan sabar. Syukur dengan hal yang membahagiakan dari hubungan itu. Dan sabar dengan hal yang tidak mengenakkan dari hubungan itu. Baik syukur maupun sabar, memiliki nilai tinggi di sisi Allah Subhanahu Wata’ala.
Itulah sebabnya, orang yang memiliki iman tinggi, sangat kecil berpotensi tergoda dengan “dunia luar”. Dan orang yang terombang-ambing dengan buaian dunia, akan terus menjadi bulan-bulanan berbagai godaan. Kalau tidak ada yang menggoda, bahkan ia sendiri yang menjadi aktif menggoda. Na’udzubillah.
Itulah cinta sejati. Yaitu ketika cinta disandarkan pada yang lebih tinggi: ridha dengan pilihan Allah. Ridha untuk selalu bersama dalam kepungan intrik-intrik kehidupan dunia yang memang selalu menggoda. (Mh)