ChanelMuslim.com – Balasan sedekah. Sedekah tidak bikin harta berkurang. Justru akan bertambah. Percaya? Tentu percaya. Tapi lika-likunya bergantung pada tebal tipis iman kita.
Sebut saja ibu berjilbab itu bernama Mpok Minah. Baru saja ia mendapat pelajaran di pengajian bahwa sedekah tidak mengurangi harta. Justru, akan menambah harta.
Keyakinan ini yang membuat Mpok Minah menghitung-hitung berapa yang akan ia dapat jika ia bersedekah sekian dan sekian. Tapi masalahnya, duit di dompet Mpok Minah tergolong cekak, alias pas-pasan.
Baru saja ia dapat kabar tentang sahabatnya yang tiba-tiba menjanda. Suami sahabatnya itu meninggal mendadak karena covid. Semua berduka. Termasuk, Mpok Minah.
Ia kasihan dengan sahabatnya. Cuma pedagang gorengan, dan anak-anaknya masih kecil. Mpok Minah tergerak ikut sedekah.
Ia melirik dompetnya. Jumlahnya tinggal 500 ribu. Sementara, gajian suami masih sepuluh hari lagi. Kalau ia sedekahkan separuh, ia bingung apa bisa cukup sampai hari gajian itu. Sementara kalau ia cuma sedekah 50 ribu, kayaknya nggak pantas juga.
Dalam gamang itu, Mpok Minah ingat dengan pelajaran tentang sedekah. Sedekah tidak mengurangi harta, justru akan bertambah. Lha, kalau ia sedekah banyakan, berarti nambahnya kan juga lebih banyak.
“Bismillah,” batin Mpok Minah untuk memastikan bahwa ia akan bersedekah 250 ribu rupiah. Uang pun sudah ia sampaikan.
Ah, lega rasanya bagi Mpok Minah bisa melawan bisikan setan. Ia yakin, tak lama lagi uang balasan dari Allah yang berlipat itu akan datang. Tapi, entah kapan dan dari mana.
Dua hari berlalu, tapi balasan sedekahnya belum juga datang. Ia bingung. Karena, uang belanjanya tinggal 150 ribu. Itu artinya hanya cukup untuk belanja 3 hari kedepan. Sementara gajian suami masih 8 hari lagi.
“Ah, kapan dan dari mana ya, balasan itu datang?” lagi-lagi batin Mpok Minah galau.
“Assalamu’alaikum,” suara seseorang dari halaman rumah Mpok Minah.
Mpok Minah melongok dari balik jendela. Ah, Bu Rt. “Waduh, balasan itu mungkin datang dari Bu Rt,” ujar batin Mpok Minah yang menggiringnya begitu bersemangat membuka pintu.
Sambil menuju pagar, Mpok Minah berkhayal, “Apa balasan itu datang dari bantuan Bansos ya? Setahunya, Bansos kali ini bukan sembako, tapi uang tunai.”
Setelah saling beramah tamah, Bu Rt mengatakan, “Mpok maaf ya. Ada pengurangan penerima Bansos di Rt kita. Bukan saya yang ngurangi, tapi dari sononya. Dan, nama Mpok Minah nggak termasuk yang nerima.”
Deg. Khayalan Mpok Minah tiba-tiba buyar. Dalam hati, ia agak ngedumel. Kirain balasannya datang, eh, malah tambah berkurang.
Baca Juga: Senyum itu Sedekah
Balasan Sedekah Mpok Minah
Saat mengendarai sepeda motor menuju pasar, Mpok Minah masih membatin soal balasan sedekah itu. Kapan dan dari mana ya balasan berlipat itu? Apa saat saya di motor ini. Tapi gimana caranya. Apa mungkin ada mobil yang nyerempetnya, trus si pengendara ganti rugi hingga jutaan rupiah. Yah, tapi kan nggak enak juga kalau luka-luka.
Tiba-tiba, sebuah mobil memberikan isyarat agar Mpok Minah menghentikan kendaraannya. Ah, rupanya tanpa nyerempet, balasan itu akan datang. Lagi-lagi Mpok Minah berkhayal.
Setelah ia berhenti, seorang bapak keluar dari mobil. “Maaf Ibu, saya ingatkan agar Ibu fokus kalau mengendarai motor. Lampu sennya jangan nyala terus. Itu bisa membahayakan ibu sendiri,” ucap si bapak sambil masuk lagi kedalam mobil. Mobil itu pun berlalu begitu saja.
Mpok Minah lagi-lagi down. Bukannya rezeki nomplok yang ia dapat, malah omelan yang menyakitkan. “Ya Allah, kapan balasan sedekah itu datang?” batin Mpok Minah sudah mulai berontak.
Hari-hari pun berlalu. Dan, gajian suami masih 5 hari lagi. Tapi, duit Mpok Minah sudah habis. Ia pun bingung mau berbuat apa. Sementara kalau ia cerita ke suami, ia khawatir akan mengurangi nilai ikhlas sedekahnya. Tapi kalau ia tidak cerita, pakai duit apa ia bisa belanja.
Duh, pusing tujuh keliling. Mpok Minah memeriksa laci, kantong baju, dan dompet-dompet yang pernah ia pakai. Kali aja ada uang nyelip di tempat-tempat itu.
Tapi, pencarian tak membuahkan hasil. Semuanya kosong. Tak ada uang nyelip, 5 ribu rupiah sekali pun. Ya Allah, gimana suami dan anak-anakku makan hari ini.
Tiba-tiba ada suara dari balik pagar, “Assalamu’alaikum!” Mpok Minah melongok dari balik jendela. Yah, Bu Rt lagi. Paling-paling ngingetin buat suami jadwal ronda.
Dengan langkah gontai, Mpok Minah menemui Bu Rt. “Mpok, ini saya bawakan pepes ikan mas dan lalapnya. Kalau nggak enak, jangan dibuang ya,” ujar Bu Rt sambil memberikan sebuah bungkusan.
“Alhamdulillah, makasih Bu Rt,” ucap Mpok Minah mulai menampakkan harap.
Setelah di dalam, Mpok Minah meriksa bungkusan itu. Ada tiga pepes ikan mas dan lalap. Kok, cuma itu ya. Kirain ada amplopnya. Kalau ditaksir, total pepes dan lalap itu di kisaran 100 ribu. Masih jauh dari jumlah yang ia sedekahkan.
Berarti, balasan sedekah itu belum juga datang. Batin Mpok Minah lagi-lagi mengusik.
Tapi syukurnya, ia, suami, dan anak-anaknya bisa makan normal. Bahkan bisa buat dua hari. Ternyata, pepes buatan Bu Rt lezat banget. Suara hati Mpok Minah memberikan semangat.
Esoknya, ia bingung lagi. Masih ada tiga hari lagi. Dengan cara apa ia bisa belanja. Sepertinya, ia mulai capek dengan keajaiban.
Namun, keajaiban lain datang. Suami Mpok Minah pulang dengan semangat berbeda. Jarang ia seperti itu. Biasanya dengan langkah lunglai setelah turun dari motor. Ah, rupanya suami Mpok Minah membawa bungkusan.
“Bu, alhamdulillah abang dapat jatah ayam bakar lebih,” ucap suami Mpok Minah sambil menyerahkan tiga bungkusan. Ia cerita, kantornya merayakan ulang tahun bos. Karena beberapa temannya nggak suka ayam, suami Mpok Minah dapat kelimpahan jatah.
“Alhamdulillah Bu, bisa buat tiga hari makan ayam guling,” ujar Suami Mpok Minah lagi. “Alhamdulillah,” balas Mpok Minah dengan wajah mulai ceria.
Dalam hati, Mpok Minah menghitung-hitung harga ayam bakar utuh itu. Satu bungkus itu ia taksir sekitar 50 ribu. Berarti, ia dapat hadiah 150 ribu.
Mpok Minah menggabungkan dengan hadiah dari Bu Rt. “Berarti totalnya 250 ribu. Kok impas ya. Katanya dibalas berlipat?” ujar Mpok Minah dalam hati.
Namun, kegundahan itu sejenak terbayar dengan sajian ayam bakar istimewa ala restoran. Suaminya bahagia. Anak-anak senang. Dan, Mpok Minah pun gembira.
Hingga dua hari berlalu, Mpok Minah dan keluarga masih belum bosan dengan hidangan ayam bakar. Dihangatkan lagi dan lagi.
Begitu asyiknya dengan hidangan ayam bakar, Mpok Minah dan suami lupa memasukkan motor mereka ke dalam rumah. Padahal, daerah rumahnya begitu rawan pencurian motor. Mereka pun tertidur pulas hingga terbangun di subuh itu.
“Mpok Minah! Mpok Minah!” suara riuh terdengar di pagi buta itu. Mpok Minah dan suami buru-buru bangun dan keluar melihat apa yang terjadi.
Terlihat puluhan orang sedang menggandeng dua orang yang sudah terikat tali rapia. “Ada apa ini, Bapak-bapak?” ucap Mpok Minah yang diikuti suaminya.
“Kami memergoki dua orang ini sudah hampir berhasil mencuri dua motor Mpok Minah,” jelas mereka. Dua pencuri itu pun dibawa ke pos ronda.
Saat itu, Mpok Minah terhenyak. Kegundahannya tentang balasan sedekah selama beberapa hari ini mulai terjawab. Rupanya, Allah membalas sedekah Mpok Minah tidak dengan uang tunai. Melainkan dengan selamatnya motor Mpok Minah dan suami dari tangan pencuri.
Mpok Minah mulai menghitung-hitung. Motor ia dan suami masih tergolong baru. Kalau ditotal, nilainya bisa 25 juta rupiah. Itu berarti, 100 kali lipat dari nilai sedekah yang ia berikan.
“Ya Allah, alhamdulillah. Maafkan hambaMu yang picik ini. Maafkan, duhai Rabbi…,” ucap Mpok Minah tetap masih dalam hati. (Mh)