ChanelMuslim.com – Tafsir surat ath-Thariq yang kita bahas kali ini menjelaskan tentang tanda kekuasaan Allah. “Demi langit yang mengandung hujan. Dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan”. (QS.86: 11-12)
Oleh: Ustaz Dr. H. Saiful Bahri, M.A.
Kemudian Allah kembali bersumpah dengan langit. Jika di awal surat ini langit dihubungkan dengan kegelapan dan bintang yang menerangi dan menghiasnya, maka pada ayat ini, Allah menggandengkan langit dengan bumi. Menggandengkan langit dengan hujan serta bumi dengan tumbuh-tumbuhan.
Dikatakan raj’i sebagai hujan karena air hujan pada dasarnya berasal dari bumi dan akan dikembalikan ke bumi ke tempat asalnya untuk mengairi tumbuhan yang bermacam- macam.
Siapakah yang sanggup mengembalikan air ke bumi dengan bentuk yang tidak menyakitkan bagi manusia.
Air itu dijatuhkan ke bumi dan dikemballikan setelah berproses dengan bentuk tetesan-tetesan air yang kecil yang datang dalam jumlah yang berbeda sesuai kadarnya.
Ada kalanya sedikit dan hanya menjadi gerimis ada kalanya banyak dan deras menjelma menjadi air yang melimpah.
Hasan al-Bashry mengatakan bahwa hujan disebut raj’i karena kembali dari langit dengan membawa rizki, padahal tadinya berasal dari bumi berupa air saja.
Adapun Ibnu Zaid menafsirkan raj’i dengan bulan, matahari dan bintang-bintang yang memiliki orbit tempat kembali mereka.
Dan dari air yang sama itu kemudian ketika sampai di bumi berubah menjadi tumbuhan yang bermacam- macam.
Dinamakan ash-shad’u karena aslinya terbelah. Biji-bijian dan benih yang tadinya di dalam tanah kemudian muncul dengan membelah tanah di atasnya, meskipun tak semua tumbuhan berasal dari dalam tanah.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 65, Anggota Tubuh yang Bersaksi
Tafsir Surat ath-Thariq Tanda Kekuasaan Allah
Tanda-tanda kekuasaan Allah tersebut, langit dan bumi serta sebagian fenomena yang diungkap dalam ayat ini digunakan Allah bersumpah.
Semata untuk meneguhkan hakikat al-Qur’an yang didustakan oleh orang-orang kafir saat diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
“Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau”. (QS. 86: 13-14)
Al-Qur’an tidaklah seperti yang mereka tuduhkan. Bukan gurauan atau mitos sebagaimana klaim mereka. Al-Qur’an adalah kalam suci yang diturunkan sebagai pembeda antara kebenaran dan kebatilan.
Di dalamnya termuat kaidah dan risalah serta ajaran yang mengajak kepada kebenaran serta konsekuensinya.
Juga memuat rambu-rambu dan batas-batas yang menyelamatkan manusia dari kerugian abadi dan kesengsaraan.
Namun, sayang orang-orang kafir tersebut “… merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya” (QS. 86: 15). Tidak tahukah mereka bahwa Allah pun “… membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya” (QS. 86: 16).
Dan makar serta rencana yang disiapkan Allah tentu jauh lebih sempurna.
Baik untuk membalas kesabaran dan keteguhan kaum beriman ataupun untuk membalas kezhaliman orang-orang kafir tersebut, termasuk menghalangi kemudharatan dan menahan kemanfaatan bagi suatu kaum.
Maka, kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Muhammad Shallalllahu alaihi a wa sallam untuk bersabar.
“Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.” (QS. 86: 17).
Janganlah kau sibukkan diri dengan membalas dendam kelakuan mereka atau memikirkan terlalu dalam ejekan dan hinaan mereka.
Tangguhkan sebentar. Biarlah Allah yang mengurusi mereka. Allah yang serba maha lebih tahu bagaimana memperlakukan mereka, baik di dunia maupun menyediakan tempat yang sangat menyeramkan untuk mereka di akhirat, kelak.
Kata ruwaida (sebentar) mengindikasikan bahwa seberapa lama seseorang hidup di dunia tidaklah memakan waktu yang lama karena kehidupan dunia tidaklah bisa dibandingkan dengan masa yang sangat panjang dengan kehidupan di akhirat yang hanya diketahui oleh Allah saja.
Asal kata ruwaidan, diambil dari angin yang bertiup dengan tiupan yang lemah([6]).
Baca Juga: Tafsir Surat Ath-Thariq Pengetuk pada Malam Hari
Penutup Tafsir Surat Ath-Thariq
Semoga setiap malam kita bisa mengingatkan diri kita bahwa kegelapan malam itu yang menjadikannya adalah Allah. Dan seseorang mungkin akan diselimuti kegelapan di alam kuburnya bila tak ada cahaya yang diberikan Allah.
Semoga hati-hati kita menjadi terketuk setiap malam sehingga bisa mempersiapkan dengan baik hari perjumpaan dengan ajal kita.
Dengan harapan hidup yang sebentar ini berakhir dengan sempurna, meraih kemenangan hakiki. Yaitu dengan mendapat jaminan keamanan dari Allah Yang Perkasa. Amin.[ind]