BAGAIMANA cara menghadirkan ketenteraman hati karena masa lalu yang kelam? Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. membahas mengenai hal ini.
Masa lalu yang buruk dan kelam sering digunakan setan untuk membuat seseorang selalu dalam kesedihan dan kecemasan hingga hidupnya selalu dibayang-bayangi rasa pesisimisme, ketidaktenangan dan tidak punya harapan.
Setan tahu jika seseorang selalu dalam keadaan sedih dan cemas maka dia tidak bisa berfikir untuk bangkit memperbaiki diri dan meninggalkan masa lalunya.
Orang beriman bisa menghalau rasa pesimis dan cemas ini dengan mengingat ayat-ayat Allah yang menyatakan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa dan menerima taubat hamba-Nya:
غَا فِرِ الذَّنْبِۢ وَقَا بِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ الْعِقَا بِ ذِى الطَّوْلِ ۗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ اِلَيْهِ الْمَصِيْرُ
“Yang mengampuni dosa dan menerima tobat dan keras hukuman-Nya; yang memiliki karunia. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah (semua makhluk) kembali.” (Ghafir: 3)
Allah Maha mengetahui bahwa setan terus-menerus melemahkan semangat manusia untuk bangkit memperbaiki diri dan meninggalkan masa lalu yang kelam.
Baca juga: Cara Menghadirkan Ketenteraman Hati dalam Surat Ar Ra’d Ayat 28
Cara Menghadirkan Ketenteraman Hati
Karena itu, Allah mengulang-ulang dan banyak sekali menyebut sifat-Nya “Maha Pengampun dan Maha Penyayang” di dalam al-Quran agar orang-orang yang punya masa lalu yang kelam tidak kehilangan harapan untuk mendapat ampunan Allah dan bertaubat kepada-Nya.
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan kisah tentang pembunuh seratus orang yang kemudian bertobat lalu tobatnya diterima Allah,
setelah dipersengketakan oleh malaikat azab dan malaikat rahmat apakah taubatnya diterima atau tidak karena dia meninggal dunia dalam perjalanan menuju kampung pertaubatan.
“Pada zaman dahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang alim yang banyak ilmunya.
“Lalu ditunjukkan kepada seorang rahib dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia berterus terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah taubatnya itu masih diterima?
Rahib itu menjawab; ‘Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.’ Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya.
Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak.
Kepada orang alim tersebut, laki-laki itu berkata; ‘Saya telah membunuh seratus orang dan apakah taubat saya masih diterima? ‘
Orang alim itu menjawab; ‘Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.’
Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia.
Lalu malaikat rahmat dan azab saling berbantahan. Malaikat rahmat berkata; ‘Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.’
Malaikat azab membantah; ‘Tetapi, bukankah ia belum berbuat baik sama sekali.’ Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu.
Maka keduanya meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang terbaik.
Orang tersebut berkata; ‘Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah keputusannya.’
Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa orang laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya.
Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat rahmat.’ Qatadah berkata;
‘Al Hasan berkata; ‘Seseorang telah berkata pada kami bahwasanya laki-laki itu meninggal dunia dalam kondisi jatuh terlungkup.’ (Muslim 4967)
Kisah ini disampaikan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepada umatnya agar orang-yang punya masa lalu yang kelam, sebesar apa pun dosanya, tidak kehilangan harapan untuk bangkit bertaubat kepada Allah dan mendapat ampunannya.
Juga agar ia tidak dihantui masa lalu yang terus membuatnya cemas dan tidak bisa bangkit meninggalkannya.
Bahkan Allah menyampaikan motivasi dan harapan yang sangat dahsyat kepada orang yang punya masa lalu yang kelam.
Allah tidak hanya mengampuni dosa-dosanya tetapi juga mengubah dosa-dosanya itu menjadi pahala kebaikan melalui taubatnya tersebut. Firman Allah:
اِلَّا مَنْ تَا بَ وَاٰ مَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًـا فَاُ ولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan: 70).[ind]