ChanelMuslim.com – Ketika Langit Terbelah – Tadabbur Surat al-Infithar (Bag-1), Oleh: Ustadz Dr. H. Saiful Bahri, M.A
Mukaddimah: Kepemilikan yang Sempurna
Surat al-Infithar diturunkan di kota Makkah setelah surat an-Nâzi’ât.
Tak jauh berbeda dengan surat-surat sebelumnya, surat ini memuat dan menjelaskan kondisi alam saat terjadinya hari kiamat dan mengupas keadaan manusia yang tidak mampu dan tak tahu berterimakasih sedikit pun kepada Dzat Yang Maha Pemurah.
Baca Juga: Cahaya di atas Cahaya
Ketika Langit Terbelah – Tadabbur Surat al-Infithar (Bag-1)
Ia mendurhakai-Nya, kafir terhadap ajaran-Nya, serta mendustakan kebenaran hari kiamat. Bahkan ia mengajak sebanyak-banyak manusia untuk berbuat seperti dirinya.
Nantinya, di hari penentuan itu semua akan menjadi gamblang. Ada dua golongan besar yang masing-masing akan menuju tempat akhirnya, sesuai amal perbuatannya.
Pada hari itu semua titah dan kekuasaan hanya milik Allah semata. Siapapun orangnya takkan mampu menolong orang lain atau bahkan dirinya sendiri.
Semuanya hanya bisa menunggu keputusan terakhir yang akan diberikan Allah untuk mereka. Keputusan yang seadil-adilnya.
Hari Kiamat: Keniscayaan Hancurnya Alam Semesta.
“Apabila langit terbelah. Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. Dan apabila lautan menjadikan meluap. Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar” (QS. 82: 1-4).
Langit yang batas luasnya hanya diketahui Allah pada hari kiamat akan dihancurkan. Demikian juga bintang-bintang yang dijadikan penghias langit, yang jumlahnya juga hanya diketahui Allah akan berjatuhan ke bumi.
Dan air laut yang telah memanas akan bergejolak karena goncangan yang sangat dahsyat dan kemudian batas-batasnya menjadi sirna dan bercampurlah semua yang ada di dalamnya.
Hal-hal tersebut benar-benar terjadi saat itu.
Dan pada saat hari kebangkitan datang, semua orang takkan mampu bersembunyi di manapun juga.
Karena semua yang mati akan dibangkitkan oleh Dzat yang mampu menghidupkan yang mati dan mengubah yang tak ada menjadi ada.
Inilah takwilan pembongkaran kuburan yang relevan dengan susunan kata-kata sebelumnya. Kata yang digunakan untuk mengekspresikan kebangkitan kali ini adalah “bu’tsirat” yang berarti pembongkaran. Aslinya berasal dari “al-ba’tsarah” yaitu membuat tanah berantakan karena ada sesuatu di bawahnya yang dikeluarkan.
Ini berarti menggabungkan antara menyatukan ruh dan jasad kemudian mengeluarkannya dari kuburan masing-masing dengan cara yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
“Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya” (QS. 82: 5)
Semua orang saat itu sudah merasa apa saja yang telah ia perbuat dari amal-amal kebaikan atau sebaliknya perbuatan-perbuatan jahat, serta apa-apa saja yang ia lalaikan dan tunda-tunda dari pekerjaan baik.
Ibnu Abbas, demikian juga Ibnu Mas’ud dan Qatadah memberikan penafsiran yang spesifik. Manusia akan menyesal saat itu, karena ia tahu apa-apa yang telah ia kerjakan terdapat banyak perbuatan yang tidak baik. Serta ia melalaikan serta suka menunda-nunda untuk berbuat baik dan bertaubat.
(Bersambung bag 2)