TAUBATNYA orang-orang yang labil dalam Surat At-Taubah ayat 102 dijelaskan oleh Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. berikut ini.
Firman Allah:
وَاٰ خَرُوْنَ اعْتَرَفُوْا بِذُنُوْبِهِمْ خَلَطُوْا عَمَلًا صَا لِحًـا وَّاٰخَرَ سَيِّئًا ۗ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّتُوْبَ عَلَيْهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan (ada pula) orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk.
Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 102)
Mereka ini masih belum memiliki keteguhan iman dan sikap sehingga mudah terombang-ambingkan situasi. Masih suka mencampur amal saleh dengan dosa. Mungkin rajin shalat tapi masih doyan juga maksiat.
Mereka berbuat demikian bukan karenan kekafiran dan kemunafikan tetapi karena lemah iman dan pemahaman sehingga mudah terbawa arus keburukan.
Baca Juga: Taubatnya Orang-orang Musyrik dalam Surat At-Taubah
Taubatnya Orang-orang yang Labil dalam Surat At-Taubah
Imam Turmudzi menyebutkan sikap yang menggambarkan kondisi labil ini dalam riwayat berikut:
لاَ تَكُونُوا إِمَّعَةً، تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاؤوا فَلاَ تَظْلِمُوا. ثم قال: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ، لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ هَذَا الوَجْهِ.
“Janganlah kamu menjadi orang yang tidak punya pendirian. Kamu mengatakan, ‘Jika orang-orang baik maka kami baik, tetapi jika mereka berbuat zalim maka kami juga ikut berbuat zalim’.
Tetapi kuatkanlah dirimu; jika orang-orang baik maka kamu harus baik dan jika mereka berbuat buruk maka janganlah kamu ikut berbuat zalim”.
Kemudian Imam Turmudzi berkata: Hadis ini hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan ini.
Kondisi labil ini sangat berbahaya karena dikhawatirkan berujung dengan keburukan sebagaimana fenomena yang disebutkan dalam ayat lain:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا ثُمَّ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا ثُمَّ ازْدَا دُوْا كُفْرًا لَّمْ يَكُنِ اللّٰهُ لِيَـغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَـهْدِيَهُمْ سَبِيْلًا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman (lagi), kemudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya, maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) menunjukkan kepada mereka jalan (yang lurus).” (QS. An-Nisa’: 137)
Karena itu, orang ini harus segera bertaubat dari kondisi labil dan berusaha meneguhkan keimanan dan kesalehannya dengan meninggalkan berbagai keburukan, kemaksiatan dan kemungkaran.
Kemudian Allah memotivasi semua hamba-Nya untuk bertaubat:
اَلَمْ يَعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَا دِهٖ وَيَأْخُذُ الصَّدَقٰتِ وَ اَنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّا بُ الرَّحِيْمُ
“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(nya), dan bahwa Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang?” (QS. At-Taubah: 104)
Mereka ini harus dibantu dalam menguatkan keimanan dan meningkatkan pemahaman agar tidak menjadi korban penyesatan dan maraknya kemungkaran.
Mereka sudah punya “modal” untuk bertaubat yaitu, “mengakui dosa-dosa mereka”. Karena di antara syarat taubat adalah mengakui dan menyesali dosa, meninggalkan dosa dan bertekad tidak mengulanginya.
Tipe ini mengingatkan kita semua bahwa iman yang labil dan pemahaman yang lemah tentang Islam belum cukup menjadi energi dan kekuatan pendorong untuk meninggalkan perbuatan yang buruk.
Bisa jadi golongan ini banyak jumlahnya di masyarakat.
Tugas orang-orang saleh dan para dai untuk membantu mereka menguatkan kesalehan mereka sampai mampu meninggalkan perbuatan yang buruk dan terbebas dari “mencampuradukkan perbuatan baik dengan perbuatan buruk”.[ind]
(Bersambung)