MELIHAT surga dalam satu ayat yaitu dalam Surat Al-Insan ayat 20. Ustaz K.H. Iman Santoso, Lc., M.E.I. menjelaskan sebagai berikut.
Allah Subhanahu wa taala berfirman:
{ وَإِذَا رَأَیۡتَ ثَمَّ رَأَیۡتَ نَعِیمࣰا وَمُلۡكࣰا كَبِیرًا }
“Dan apabila kamu melihat di sanak (di surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar”. (Al-Insan 20)
Surat Al-Insan ini, sesuai namanya, menjelaskan tentang rihlatul Insan (perjalanan hidup manusia). Dari mulai diciptakan sampai akhir kesudahannya.
Akhir kesudahan manusia cuma dua tempat, surga atau neraka.
Demikian pentingnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selalu membaca surat As-Sajdah dan surat al-Insan dalam setiap sholat Shubuh di hari Jumat.
Allah menceritakan kenikmatan surga di surat ini. Di satu ayat, ayat 20. Ayat yang menggambarkan surga secara garis besar dan lengkap.
Di surga semuanya adalah kenikmatan dan kerajaan yang besar. Penghuni surga itu menjadi raja atau ratu yang memiliki kerajaan besar yang penuh dengan kenikmatan.
Baca Juga: Macam Kenikmatan Surga
Surga dalam Surat Al Insan Ayat 20
Kenikmatan fisik dan maknawi secara puncak akan dirasakan oleh semua penghuni surga. Kenikmatan fisik seperti fisik yang kuat, selalu sehat dan besar seperti Nabi Adam alaihis salam,
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ ، وَالَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً ، لَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَتْفُلُونَ ، أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ ، وَمَجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ ، وَأَزْوَاجُهُمُ الْحُورُ الْعِينُ ، أَخْلَاقُهُمْ عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ عَلَى صُورَةِ أَبِيهِمْ آدَمَ سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ
“Sesungguhnya golongan pertama yang masuk surga wujudnya seperti bulan di malam purnama, golongan selanjutnya wujudnya seperti bintang paling terang di langit,
mereka tidak kencing, tidak berak, tidak ingusan dan tidak meludah, sisir mereka emas, keringat mereka minyak kesturi, tempat bara api mereka kayu wangi, istri-istri mereka bidadari,
postur mereka sama seperti wujud ayah mereka, Adam, enampuluh dzira’ (sekitar 30 m) di langit.” (HR Muslim)
Puncak dari kenikmatan fisik di surga adalah dia sebagai raja/ratu yang memiliki istana dan kerajaan yang besar, dengan seluruh sarana sebagai raja dan ratu,
istana yang mewah, segala bentuk makanan yang lezat, kendaraan yang mewah, pembantu dan pengawal dll.
Bayangkanlah kerajaan di dunia dengan segala kemewahaan dan keindahannya, maka tidak ada bandingannya dengan kerajaan di surga.
Dikatakan pada penghuni surga yang paling akhir,
“Apakah engkau ridho, engkau seperti raja di dunia? Dia berkata, Saya ridho, ya Rabb.
Allah berfirman, “ Engkau mendapatkan berlipat-lipat”.
Berkata yang kelima, “ Aku ridha ya Rabb”.
Allah berfirman, “ Ini untukmu sepuluh kali lipat seperti ini, bagimu apa saja yang engkau suka dan yang menyenangkan pandanganmu.” (HR Muslim)
Sedangkan kenikmatan maknawi, bahwa di surga kekal selamanya, tidak ada kesedihan, keluh kesah, sakit, takut dan khawatir.
Bertemu dengan orang yang dicintai dari para nabi, salafu sholeh dan orang yang beriman dari keluarganya.
Dan puncak kenikamatan maknawi adalah melihat Allah Ta’ala langsung.
Oleh karena itu, nasihat saya untuk diri sendiri, keluarga dan anda semua, jika di dunia belum beruntung secara materi, masih sulit, miskin, sakit, menderita, marjinal, terusir,
terpenjara dan banyak dizhalimi, bersabarlah dan tetaplah istiqomah dalam Islam dan dakwah, karena ketika seorang dimasukan ke surga hilang semua penderitaan di dunia.
Sebaliknya, jika kamu beruntung di dunia, memiliki harta yang banyak, kedudukan yang tinggi dll, maka jadikan sebagai sarana ibadah, khidmah dan syukur.
Jangan sampai kenikmatan dunia menghambat untuk meraih kenikmatan di akhirat, di surga. Wallahu a’lam.[ind]