ChanelMuslim.com – Surat Al-Kahfi ayat 25 menerangkan berapa lama waktu para pemuda sudah berada di gua. Hal yang membuat kita terkagum dengan kekuasaan Allah adalah walau mereka sudah berada selama ratusan tahun di dalam gua, tetapi Allah bisa membangkitkan mereka.
Baca Juga: Tafsir Al-Kahfi Ayat 23 dan 24, Katakanlah Insya Allah
Surat Al-Kahfi Ayat 25 dan 26, Berapa Lama Para Pemuda Tinggal di Gua
وَلَبِثُواْ فِي كَهۡفِهِمۡ ثَلَٰثَ مِاْئَةٖ سِنِينَ وَٱزۡدَادُواْ تِسۡعٗا
“Dan mereka tinggal di gua mereka selama tiga ratus tahun ditambah Sembilan (tahun).”
Dikutip dari channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa masa tinggal para pemuda itu dalam gua adalah 300 tahun secara perhitungan Syamsiyah dan tambahan 9 tahun dalam perhitungan Qomariyyah.
Karena setiap seratus tahun ada selisih 3 tahun tambahan perhitungan Qomariyyah dibandingkan Syamsiyyah
قُلِ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثُواْۖ لَهُۥ غَيۡبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَبۡصِرۡ بِهِۦ وَأَسۡمِعۡۚ مَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِيّٖ وَلَا يُشۡرِكُ فِي حُكۡمِهِۦٓ أَحَدٗا
“Katakanlah: Allah Paling Mengetahui tentang berapa lama mereka tinggal. Allah sajalah Yang Mengetahui hal yang ghaib di langit dan bumi. Sungguh demikian kuatnya PenglihatanNya dan PendengaranNya.
Tidak ada selain Allah sebagai Wali (Pelindung/ Penolong) dan tidak ada satu pihakpun yang (bisa menentukan/merubah) hukumNya.” (Q.S. Al-Kahfi: 26)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, jika engkau ditanya tentang berapa lama masa para pemuda itu tinggal di gua sedangkan engkau tidak mengetahui ilmunya, katakanlah bahwa Allah Yang Lebih Mengetahui tentang berapa lama mereka tinggal
Pada ayat ini disebutkan: Lahuu ghoybus samaawaati wal-Ardl (hanya milik Allah sajalah pengetahuan terhadap yang ghaib di langit dan di bumi).
Dalam ayat yang lain Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ…
“Katakanlah: Tidak ada siapapun yang mengetahui hal yang ghaib di langit dan di bumi kecuali Allah… “(Q.S anNaml: 65).
Termasuk hal yang ghaib adalah pengetahuan tentang apa yang akan terjadi di masa datang. Karena itu, barangsiapa yang mengaku mengetahui hal yang akan terjadi di masa akan datang, maka ia kafir (faidah penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin).
Mendatangi dukun atau sekedar bertanya hal ghaib via sms atau software tertentu, itu akan mengakibatkan sholatnya tidak diterima selama 40 malam. Jika ia mempercayainya, maka ia kafir.
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi ‘Arraaf, kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima sholatnya 40 malam.” (H.R Muslim).
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Barangsiapa yang mendatangi Kaahin atau ‘Arraaf, kemudian membenarkan ucapannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shollallahu alaihi wasallam.” (H.R Ahmad, Abu Dawud).
Baca Juga: Surat Al-Kahfi Ayat 22, Jumlah Ashabul Kahfi
Semua Tidak Luput dari Penglihatan Allah
Pada ayat ini Allah menyatakan: Abshir bihi wa asmi’ (sungguh sangat tajam penglihatan Allah dan pendengaranNya).
Penglihatan Allah sangat tajam menembus segala dimensi bahkan hal-hal yang sangat kecil sekali, tidak luput dari penglihatan Allah. Allah Maha Melihat dengan jelas gerakan seekor semut hitam di atas batu hitam di kegelapan malam yang sangat pekat.
Pendengaran Allah juga sangat tajam. Saat datang seorang wanita mengadukan keadaan suaminya kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Aisyah radhiyallahu anha berada di kamar di dekat percakapan itu.
Namun, Aisyah tidak bisa mendengar beberapa kata dalam percakapan itu. Namun, ternyata Allah turunkan surat Al-Mujaadilah dari ayat pertama yang menjelaskan hukum tentang hal itu secara rinci.
Menunjukkan bahwa Allah Yang Berada di atas Arsy Maha Mendengar dengan detail semua percakapan tersebut, sedangkan Aisyah yang berada di dekatnya, tidak bisa mendengar dengan jelas sebagian kata.
Demikian juga dengan bisik-bisik antar orang, atau bahkan hal yang terbesit dalam hati dan pikiran seseorang, Allah Maha Mendengar dan Mengetahuinya.
Hal ini memberikan faedah kepada kita agar jangan berucap atau berbuat hal yang mengundang kemurkaan Allah, karena Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Namun, kelemahan pada iman kita tidak membuat kita demikian. Butuh untuk diingatkan dan diberi nasihat kembali (Faedah penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin).
Dalam ayat ini dinyatakan: maa lahum min duunihi min waliyyin (Tidak ada satu pihakpun selain Allah yang menjadi Wali bagi mereka). Allah adalah Wali bagi setiap makhluknya baik orang beriman atau kafir.
Hal ini adalah perwalian secara umum. Allahlah yang memberikan rezeki kepada mereka, mengatur kehidupan mereka.
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ (61) ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ (62)
“Dan Dialah al-Qoohir di atas hamba-hambaNya dan Allah mengirim untuk mereka (Malaikat) penjaga. Hingga ketika datang kematian, ia diwafatkan oleh utusan Kami dalam keadaan mereka tidak menyianyiakan (perintah).
Kemudian, mereka (orang yang diwafatkan itu) dikembalikan kepada Wali mereka yang haq. Ingatlah hanya milik Dialah semata hukum dan Dialah Yang Paling Cepat PerhitunganNya (Q.S al-An-‘aam: 61-62).
Sedangkan perwalian yang khusus, adalah untuk orang-orang beriman saja. Allah memberikan kepada mereka taufiqk kepada ilmu dan amal saleh. (Faidah penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin).
Dalam ayat ini dinyatakan: Walaa yusyriku fii hukmihi ahadaan (tidak ada satu pihakpun yang berserikat dalam hukumNya). Hal ini mencakup hukum Kauniy maupun syar’i. [Cms]