ChanelMuslim.com – Pada Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember, istilah audism dan linguicism menjadi ramai diperbincangkan. Banyak netizen yang mulai mengkampanyekan stop audism dan linguism.
Baca Juga: Ojek Difa jadi Bukti bahwa Disabilitas juga Bisa Berkendara
Mengenal Istilah Audism dan Mengapa Kita Harus Menghindarinya
Hal ini disebabkan perbuatan dari Menteri Sosial Republik Indonesia, Tri Rismaharini yang memaksa seorang anak tunarungu untuk berbicara.
Aksi tersebutlah yang bisa dibilang termasuk ke dalam audism dan linguism. Menurut Tom Humphrism, audism adalah bentuk pemikiran seseorang yang menganggap orang yang dapat mendengar lebih superior dibanding orang tuli.
Sementara linguicism adalah pandangan menganggap orang yang memakai bahasa Indonesia lebih pintar daripada orang yang menggunakan bahasa isyarat.
Contoh audism ada banyak sekali. Misal, anggapan tuli tidak bisa jadi guru, pilot, dan banyak pekerjaan lainnya. Tuli tidak bisa berkendara, tidak bisa kuliah, tidak punya masa depan, dan lain sebagainya.
Kalau mau dilihat, padahal justru anggapan-anggapan di atas sudah mulai terpatahkan karena banyak tuli yang berhasil melakukan itu semua.
Aktivis Tuli, Surya Sahetapy dalam postingan akun instagramnya, menjelaskan penyebab audism adalah karena sistem pendidikan dan sosial yang memisahkan tuli-HoH dan non disabilitas dalam kehidupan.
Kebanyakan orang non tuli baru memahami tuli dan belajar bahasa isyarat pada usia dewasa.
Penyebabnya adalah tidak ada guru tuli-HoH yang mengajarkan bahasa isyarat di sekolah umum dan tidak ada pertukaran pelajar di antara sekolah tuli-HoH dan umum.
Dalam postingan lainnya, Surya juga menjelaskan bahwa tidak semua anak bisa bicara.
Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, PT Indonesia Power Bersama Rumah Zakat Bahagiakan Anak-Anak Disabilitas
Faktor Bicara Berdasarkan Tingkat Pendengaran
Faktor bicara didasarkan terhadap tingkatan pendengaran mereka. Surya pun menyarankan Bu Risma yang seharusnya tidak memaksa anak itu berbicara, tetapi lebih berusaha untuk memahami mereka.
Bu Risma bisa berkata, “Nak mau sampaikan apa? Boleh tulis, boleh pakai bahasa isyarat, boleh berbicara dan lain-lain. Biar Ibu yang belajar memahamimu.”
Dalam kampanye stop audism, juga ditegaskan bahwa bahasa isyarat adalah cara memaksimalkan ciptaan Tuhan, seperti tangan dan mata.
Oleh sebab itu, tidak ada alasan mengatakan bahwa para disabilitas tidak berusaha memaksimalkan ciptaan Allah.
Sebab, Allah tidak hanya menciptakan mulut untuk berbicara, tetapi juga menciptakan mata serta tangan untuk berkomunikasi.
Allah pun juga menciptakan hati untuk kita saling menyayangi satu sama lain sesama manusia dan mengasihi siapa saja. Tidak sebatas orang non disabilitas, tetapi juga semua manusia tanpa memandang fisik atau pandangan negatif lainnya.
Mari jauhi anggapan-anggapan audism dan mulailah menghentikan diskriminasi serta tebarkan kasih sayang dan dukungan yang terbaik. [Cms]