K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan beberapa karakter para pembina umat yang harus dimiliki dan menjadi motivasi setiap mukmin agar berusaha menginternalisasikan dalam dirinya.
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari Mengenal Karakter Para Pembina
4- Seorang pembina harus berusaha keras mengembangkan diri dan kemampuan-kemampuannya
Agar bisa menunaikan tugas-tugasnya dengan baik dan meningkatkan kapabilitasnya dalam melakukan pembinaan.
Di antaranya dengan memiliki berbagai kecakapan utama yang diperlukan seperti kecakapan dalam membuat perencanaan pembinaan, problem solving, penyampaian, dialog, pemungsian berbagai potensi, penanaman nilai, pelurusan perilaku dan lainnya.
Seorang pembina juga harus menguasai kurikulum pembinaan sesuai tahapan pembinaan yang dilakukan, cara mempraktikkan kurikulum untuk mewujudkan sasaran-sasarannya, dan cara menggunakan berbagai sarana pembinaan yang beragam.
Untuk menyempurnakan jati diri pembina, seorang pembina harus mengetahui tipe-tipe kepribadian dan cara berinteraksi dengan masing-masing kepribadian tersebut.
Di samping harus menguasai berbagai bidang aktivitas dakwah yang ada agar bisa mengarahkan saudara-saudaranya, masing-masing sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
5- Seorang pembina harus berusaha keras mewujudkan dan memperdalam nilai-nilai pembinaan (mu’ayasyah tarbawiyah) di tengah kehidupan saudara-saudaranya.
Baik pada tingkat individual atau sosial.
Sosialisasi ini, dengan kedua tingkatannya, berperan besar dalam mewujudkan pilar-pilar “keluarga dakwah” berupa ta’aruf, tafahum dan takaful.
Di samping menguatkan ikatan-ikatan hati dan kesatuan perasaan di kalangan anggota keluarga dakwah, dan menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan pembinaan.
Karena mu’ayasyah ini memberikan kesempatan kepada seorang pembina untuk mengenali saudara-saudaranya dari dekat.
Dengan mengenali berbagai kemampuan dan potensi mereka, seorang Pembina bisa mengarahkan dan memfungsikannya dengan baik.
Dengan mengenali berbagai masalah dan kesulitan mereka, seorang pembina bisa berusaha membantu bersama-sama mencarikan solusinya.
Agar mu’ayasyah (praktek nilai-nilai pembinaan) ini bisa mewujudkan tujuannya berupa keterbukaan yang terukur dan interaksi pembinaan yang terencana, maka berbagai sarana, aktivitas dan cara-caranya harus beragam.
Karakter Para Pembina Umat
Saat itulah, seorang Pembina bisa melihat saudara-saudaranya dalam berbagai lingkungan dan suasana pembinaan yang beragam sehingga dengan demikian pembinaan dan arahan-arahan yang diberikan berdasarkan pada kehidupan nyata.
Karena itu, bisa disimpulkan bahwa “mu’ayasyah yang mendalam merupakan dasar pembinaan yang benar”.
6- Menekankan pembinaan terhadap saudara-saudaranya pada aspek keimanan dan ibadah, dengan membersihkan jiwa mereka melalui berbagai ketaatan dan penghambaan kepada Allah.
Di samping membina mereka untuk selalu ikhlas kepada Allah, bertujuan baik dalam setiap perkataan dan perbuatan, tanpa berharap keuntungan, gelar, kedudukan, jabatan dan kepentingan duniawi lainnya.
Setelah menanamkan suasana keimanan dan ibadah di kalangan saudara-sauadaranya ini, seorang pembina bisa membangkitkan semangat jihad dan berkorban dengan jiwa, harta, tenaga dan waktu di jalan Allah.
Di samping memotivasi mereka terus-menerus untuk melakukan transaksi menguntungkan bersama Allah:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” (at-Taubah: 111)
Kemudian memperdalam semangat tajarrud (totalitas) mereka terhadap dakwah dan pemikiran Islam mereka yang murni.
Karena pengorbanan, jihad dan tajarrud (totalitas) memerlukan jiwa keprajuritan (jundiyah) maka dia harus membina saudara-saudaranya untuk siap mendengar dan taat dalam suka dan tidak suka, dalam keadaan lapang dan sempit, tentu dalam urusan yang tidak bermaksiat.
Juga membiasakan mereka untuk selalu cermat dalam menunaikan setiap tugas dan kewajiban yang diberikan.
7- Seorang pembina harus banyak memerhatikan penanaman nilai-nilai persaudaraan dan cinta karena Allah di kalangan saudara-saudaranya di ranah kehidupan nyata bukan teori.
Karena di dalam persaudaraan ada rahasia kekuatan.
Ia juga harus menguatkan prinsip tsiqah (percaya) di dalam jiwa mereka dalam menapaki jalan dakwah. Khususnya tsiqah kepada pemimpin, tsiqah terhadap manhaj, tsiqah terhadap pertolongan Allah kepada agama ini.
Ia juga harus menanamkan rasa optimis terhadap dukungan Allah dan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
Di samping menjelaskan secara terang karakter jalan dakwah dan menegaskan bahwa dakwah ini memerlukan keteguhan dalam menghadapi berbagai ujian, hambatan, fitnah, godaan dan cobaan, di masa lapang dan sulit.
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (al-Anbiya’: 35)
Seorang pembina juga berkewajiban menjelaskan kepada saudara-saudaranya tentang berbagai penyimpangan pemikiran dan pergerakan yang dilakukan sebagian pihak, agar saudara-saudaranya terhindar darinya.
Terutama karena penyimpangan biasanya bermula dari sesuatu yang sederhana atau kecil kemudian makin membesar seiring perjalanan waktu.[ind]
(Bersambung)