BUZZER dan Influencer menanggung dosa para follower? Ustaz Aunur Rafiq Saleh menjelaskan mengenai hal ini yaitu sebagai berikut.
لِيَحْمِلُوْۤا اَوْزَا رَهُمْ كَا مِلَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِ ۙ وَمِنْ اَوْزَا رِ الَّذِيْنَ يُضِلُّوْنَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ اَ لَا سَآءَ مَا يَزِرُوْنَ
“(ucapan mereka) menyebabkan mereka pada hari Kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan).
Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu.” (QS. An-Nahl: 25)
وَلَيَحْمِلُنَّ اَ ثْقَا لَهُمْ وَاَ ثْقَا لًا مَّعَ اَثْقَا لِهِمْ وَلَـيُسْـئَـلُنَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ عَمَّا كَا نُوْا يَفْتَرُوْنَ
“Dan mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka sendiri, dan dosa-dosa yang lain bersama dosa mereka, dan pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan yang selalu mereka ada-adakan.”
(QS. Al-‘Ankabut: 13)
Dua ayat ini patut direnungkan secara mendalam karena memperingatkan orang-orang yang tidak berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan atau sikap yang menyebabkan kesesatan orang lain lalu harus ikut menanggung dosa kesesatan tersebut karena menjadi sebab kesesatan jutaan orang yang berhasil disesatkan dan dipengaruhinya.
Baca Juga: Ini Pandangan MUI Tentang Maraknya Buzzer
Dosa Buzzer, Influencer, dan Follower
Seorang influencer yang mempromosikan keburukan, kerusakan moral, kebencian terhadap Islam lalu mendapat jutaan follower maka dosa jutaan followernya tersebut juga bisa menjadi tambahan dosa sang influencer karena dialah yang menjadi sebab bagi dosa jutaan followernya.
Para influencer dan buzzer keburukan dan kebobrokan moral harus merenungkan dua ayat di atas secara serius bila tidak ingin menanggung dosa-dosa followernya,
dan tidak hanya berfikir tentang kesenangan menjadi orang terkenal berikut milyaran uang yang bisa ditangguknya hanya dengan membuat konten-konten di medsos tanpa memikirkan resiko akhirat yang harus dihadapinya.
Era medsos yang memunculkan fenomena buzzer dan influencer ini ikut membantu memahami fenomena yang disebutkan kedua ayat di atas.
Mungkin sebelum era medsos ini sebagian orang masih agak sulit mencari contoh kasusnya.
Sebagian orang mengira bertambahnya jumlah follower merupakan bukti kesuksesan sang influencer tetapi tanpa disadari bahwa hal tersebut juga bisa berarti bertambanya jumlah korban penyesatan dan bertambahnya dosa para penyesat, jika sang influencer menyebarkan kesesatan.
Di sisi lain, para followers harus cerdas dan selektif dalam mengikuti sesuatu atau seseorang. Karena segala sesuatu harus dipertanggungjawabkan secara individual di akhirat.
Jangan mengikuti sesuatu atau seseorang hanya berdasarkan popularitas semata.
Sebagai muslim, harus melihat segala sesuatu dari perspektif Islam. Jangan sampai terjadi “pertengkaran terlambat” dengan influencer atau bahkan kutukan terlambat terhadap influencer sebagaimana diceritakan Allah di dalam beberapa ayat:
قَا لُوْا بَلْ اَنْتُمْ ۗ لَا مَرْحَبًۢـا بِكُمْ ۗ اَنْتُمْ قَدَّمْتُمُوْهُ لَنَا ۚ فَبِئْسَ الْقَرَا رُ
“(Para pengikut mereka menjawab), Sebenarnya kamulah yang (lebih pantas) tidak menerima ucapan selamat datang, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka itulah seburuk-buruk tempat menetap.” (QS. Sad: 60)
وَقَا لُوْا رَبَّنَاۤ اِنَّاۤ اَطَعْنَا سَا دَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَاَ ضَلُّوْنَا السَّبِيْلَاۡ
“Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Ahzab: 67)
رَبَّنَاۤ اٰتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَا بِ وَا لْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيْرًا
“Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 68)
Sahabat Muslim, era medsos saat ini semoga tidak menjebak kita dalam kesesatan dan kemaksiatan tanpa kita sadari. Tetap berhati-hati dalam membuat konten dan menjadi follower yang cerdas.[ind]