TANGGA-tangga kesuksesan seorang muslim menunjukkan bahwa kesuksesan merupakan jalan panjang, mendaki dan berat. Hal ini dapat dilihat dalam Surat Al-Ashr, dijelaskan oleh K.H. Iman Santoso, Lc., M.E.I.
Allah Subhanahu wa taala berfirman:
{ وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِی خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلصَّبۡرِ }
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”.
Imam As-Syafi’i mengomentari surat Al-Ashr,
“Kalau manusia memahami (mentadaburi) surat Al-Ashr maka cukuplah bagi mereka”. Dalam ungkapan yang lain, “Jika hanya turun surat ini untuk manusia, cukuplah bagi mereka”.
Surat pendek yang komprehensif menyampaikan tanda dan tangga kesuksesan.
Dan surat ini didahului oleh pentingnya waktu, bahwa kesuksesan dibatasi oleh waktu, dan kesempatan itu hanya di dunia.
Karena dunia adalah tempat dan waktu untuk beramal, sedangkan hasil dan balasannya di akhirat.
Kesuksesan yang komprehensif mencakup kebahagiaan, termasuk juga kemenangan dalam perjuangan dan kesuksesan abadi di dunia dan akhirat.
Sedangkan tangga menunjukkan bahwa kesuksesan merupakan jalan panjang, mendaki dan berat. Jalan yang harus ditempuh secara bertahap dan terus menerus.
Nilai, konsekuensi, risiko dan hasilnya tentu sejalan dengan kesuksesan itu sendiri .
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia menyebutkan semua tangga itu.
Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang disebutkan oleh ibunda ‘Aisyah radhiyallahu anha, bahwa akhlak beliau adalah Al-Qur’an, telah melalui tangga-tangga itu dengan sempurna.
Secara garis besar, tangga kesuksesan itu ada 5, yaitu sebagai berikut.
Baca Juga: Lakukan Terapi Doa, Kiat Sukses Mencari Pasangan
5 Tangga-tangga Kesuksesan Seorang Muslim
1. Iman
Tangga pertama yang harus dipenuhi oleh setiap manusia yang ingin sukses adalah tangga iman.
Allah Subhanahu wa taala telah menyebutkan tangga ini pada orang yang beriman dan dengan kelengkapan sifat mereka pada surat Al-Mu’minun 1- 11. Ayat pertama menyebutkan:
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
“Sungguh telah beruntung atau sukses orang-orang yang beriman”
Imam Hasan Al-Banna menyebutkan, “Jika terdapat mukmin yang benar, maka tersedia bersamanya sarana kesuksesan”.
2. Ilmu
Ilmu adalah tangga kedua untuk meraih kesuksesan. Allah Subhanahu wa taala berfirman:
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ
“…niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS Al-Mujadalah 11).
Jelas sekali bahwa untuk meraih kesuksesan dan ketinggian derajat diperlukan minimal dua sarana yaitu iman dan ilmu.
Manusia terbagi menjadi 4, dalam hal ini, yang paling rendah tidak beriman dan tidak berilmu, di atasnya ada yang berilmu tapi tidak beriman, di atasnya lagi beriman tapi tidak berilmu.
Dan yang paling sempurna derajatnya adalah yang beriman dan berilmu.
Puncak ketinggian pencapaian ilmu adalah derajat ijtihad, orangnya disebut ulama mujtahidin.
3. Amal Shalih
Inilah tangga kesuksesan yang ketiga. Dalam banyak ayat orang yang sukses secara komprehensif, mereka yang beriman dan beramal shalih, di antaranya:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا
“Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal”. (QS Al-Kahfi 107).
Amal shalih yang maksud di sini seluruh amal yang dilakukan secara ihsan yaitu yang memenuhi syarat.
Amal yang dilakukan secara ikhlas karena Allah dan benar sesuai sunnah Rasul Shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana ungkapan Fudhail bin Iyadh ketika menafsirkan ayat:
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ
“Allah Dzat Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya.” (QS Al-Mulk 2).
Amal yang ihsan berarti yang dilandasi kesadaran yang tinggi karena Allah mengawasi setiap amal yang dilakukan.
Biasa disebut dengan istilah kerja ikhlas, kerja cerdas (benar sesuai ilmu), kerja keras (mujahadah), dan kerja tuntas (itqon).
Puncak ketinggian pencapaian amal adalah mujahadah dan ihsan, orangnya disebut muhsinin.
{ وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ }
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al-Ankabuut 69).
4. Komitmen dalam Kebenaran
Komitmen dalam kebenaran ini mencakup komitemen dalam kebenaran berkata, beramal dan bersikap. Allah berfirman:
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barang siapa menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman. Dan barangsiapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir”. (QS Al Kahfi 29)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda pada Abu Dzar Al-Ghifari:
قلِ الحقَّ ، ولَو كانَ مُرًّا
“Katakan yang benar walaupun pahit”. (HR Ibnu Hibban)
Banyak orang yang beramal shalih, yaitu beramal yang benar, tetapi tidak berani berkata benar, bersikap benar dan menyampaikan kebenaran.
Oleh karena itu, tangga kesuksesan itu berat dan tinggi hanya bisa ditempuh oleh penerus para nabi dan rasul, yaitu para ulama, para dai dan para mubaligh.
Puncak derajat pada tahapan ini adalah jihad, orang yang berdakwah menyampaikan kebenaran dan berjuang fi sabilillah, maka dapat sampai ke tingkat jihad dan orangnya disebut mujahidin.
5. Sabar
Sabar dalam segala hal, yaitu sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi ujian dan fitnah.
Kesabaran adalah tangga tertinggi manusia untuk meraih kesuksesan yang telah dilalui oleh para nabi dan rasul, khususnya nabi-nabi besar yang dalam ulul azmi, yaitu Nabi Nuh alaihissalam, Nabi Ibrahim alaihissalam, Nabi Musa alaihissalam, Nabi Isa alaihissalam dan Nabi Muhamad Shallallahu alaihi wa sallam.
Allah berfirman:
فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ
مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسۡتَعۡجِل لَّهُمۡۚ
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah kamu meminta azab disegerakan untuk mereka”. (QS-Al-Ahqaf 35).
Sehingga ketinggian derajat sabar terkadang disatukan dengan ketinggian derajat jihad.
{ وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ أَخۡبَارَكُمۡ }
“Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu”. (QS Muhammad 31).
Itulah tangga demi tangga kesuksesan, semoga kita bisa menempuhnya. Pepatah Arab menyebutkan
من صبر ظفر
Siapa yang sabar niscaya akan sukses. Wallahu a’lam.[ind]