• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Jumat, 13 Juni, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Quran Hadis

4 Bukti Mencintai Kebaikan

November 18, 2024
in Quran Hadis, Unggulan
4 Bukti Mencintai Kebaikan

4 Bukti Mencintai Kebaikan (foto: pixabay)

107
SHARES
823
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

ChanelMuslim.com – Ustaz Abu Muslim Ari Wahyudi menulis tentang 4 bukti kamu mencintai kebaikan untuk sesama. Bagaimana cinta kepada kebaikan itu terlihat dari perilaku kamu.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

4 Bukti Mencintai Kebaikan

Baca Juga: Al-A’raf 156: Memohon Kebaikan Di Dunia dan Akhirat

1. Perasaan Senasib Sepenanggungan

Imam Ibnu Daqiq al-’Ied rahimahullah berkata,

“Sebagian ulama mengatakan: Di dalam hadits ini terdapat kandungan fikih/ilmu bahwasanya seorang mukmin dengan orang mukmin yang lain laksana satu jiwa, maka semestinya dia mencintai baginya apa yang dicintainya bagi dirinya, karena pada dasarnya mereka berdua adalah satu jiwa yang sama.

Hal itu sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain, “Orang-orang yang beriman itu seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh mengeluh kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakitnya dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586).” (lihat ad-Durrah as-Salafiyah Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hal. 119)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hanya saja orang-orang beriman itulah yang bersaudara.” (QS. al-Hujurat: 10). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian dari mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain.” (QS. at-Taubah: 31)

2. Mencintai Kebaikan untuk Semua

Syaikh Yahya al-Hajuri hafizhahullah berkata,

“Sesungguhnya tidak sempurna keimanan salah seorang kaum muslimin sampai dia mencintai kebaikan dunia dan akhirat bagi saudaranya sesama muslim sebagaimana halnya dia menyukai hal itu bagi dirinya.

Dan kebaikan di sini lebih luas daripada sekadar kebaikan dunia dan akhirat.

Sebab orang yang menyimpan perasaan hasad/dengki terhadap orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya, maka itu artinya keimanan orang itu lemah berdasarkan dalil hadits ini,

“Tidak beriman salah seorang diantara kalian.” Artinya tidak sempurna keimanannya.” (lihat Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hlm. 103)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Yang lebih tepat ialah menafsirkan persaudaraan di dalam hadits ini dengan persaudaraan yang bersifat umum, sehingga ia mencakup saudara yang kafir maupun yang muslim.

Maka dia mencintai bagi saudaranya yang kafir apa yang dicintainya bagi dirinya sendiri yaitu supaya dia masuk ke dalam Islam.

Sebagaimana dia juga mencintai bagi saudaranya yang muslim untuk tetap istiqomah di atas Islam. Oleh sebab itu, mendoakan hidayah bagi orang kafir adalah sesuatu yang dianjurkan.

Penafian iman di dalam hadits ini maksudnya adalah penafian iman yang sempurna dari orang yang tidak mencintai bagi saudaranya apa yang dia cintai bagi dirinya.”

(lihat ad-Durrah as-Salafiyah Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hlm. 118)

3. Dakwah Sebagai Bukti Kecintaan

Syaikh Yahya al-Hajuri hafizhahullah berkata, “Ini artinya, menyampaikan kebaikan kepada umat manusia adalah termasuk keimanan.

Janganlah ada yang mengira bahwasanya apa yang dilakukan oleh seseorang dengan mendakwahi orang menuju Allah atau mengajarkan ilmu -apabila dia jujur dengan amalnya untuk Allah- bahwasanya hal itu akan lenyap begitu saja sia-sia, bahkan meskipun tidak ada seorang pun yang menerima dakwahmu.

Sebab kamu tetap akan mendapatkan pahala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apa pun yang kalian kerjakan berupa kebaikan maka Allah mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 197).

Sebagian para nabi ‘alaihimus salam sebagaimana diceritakan di dalam Shahihain dari hadits Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu; ada di antara mereka yang dakwahnya diterima oleh orang-orang, dan sebagian mereka tidak ada yang menerima dakwahnya kecuali satu orang saja, bahkan sebagian lagi tidak ada seorang pun yang menerima dakwahnya.”

(lihat Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hlm. 105)

4. Rendah Hati dan Tidak Hasad

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata,

“Hadits ini menunjukkan bahwasanya seorang mukmin akan merasa susah dengan apa yang membuat susah saudara mukmin yang lain dan dia menginginkan kebaikan bagi saudaranya yang beriman itu sebagaimana apa yang dia inginkan bagi dirinya.

Ini semua hanya bisa terlahir dari hati yang bersih dari sifat curang, perasaan dengki, dan hasad. Karena sifat hasad itu akan membuat orang yang hasad tidak senang apabila ada orang lain yang melampaui dirinya dalam kebaikan atau menyamai dirinya dalam hal itu.

Karena dia lebih suka menonjolkan dirinya sendiri di tengah-tengah manusia dengan keutamaan-keutamaannya dan memiliki itu semuanya seorang diri.

Padahal, keimanan menuntut sesuatu yang bertentangan dengan sikap semacam itu.

Orang yang imannya benar pasti akan menyukai apabila semua orang beriman juga ikut serta merasakan kebaikan yang dianugerahkan Allah kepada dirinya tanpa sedikit pun mengurangi apa yang ada padanya.”

(lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hlm. 163)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Itulah negeri akhirat yang Kami peruntukkan bagi orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi (kesombongan) dan tidak pula menghendaki kerusakan (kemaksiatan).” (QS. al-Qashash: 83)

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata,

“Sebagian ulama salaf berkata: Tawadhu’ atau sifat rendah hati itu adalah engkau menerima kebenaran dari siapa pun yang datang membawanya, meskipun dia adalah anak kecil.

Barangsiapa yang menerima kebenaran dari siapa pun yang membawanya entah itu anak kecil atau orang tua, entah itu orang yang dia cintai atau tidak dia cintai, maka dia adalah orang yang tawadhu’.

Dan barangsiapa yang enggan menerima kebenaran karena merasa dirinya lebih besar/lebih hebat daripada pembawanya maka dia adalah orang yang menyombongkan diri.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hlm. 164)

Baca Juga: Membalas Kebaikan dengan Kebaikan

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata,

“Para ulama berbeda pandangan mengenai definisi hasad. Sebagian mengatakan bahwa hasad adalah berangan-angan agar suatu nikmat yang ada pada orang lain menjadi hilang.

Sebagian yang lain berpendapat bahwa hasad adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain. Inilah yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.

Beliau mengatakan: Apabila seorang hamba membenci nikmat yang Allah berikan kepada orang lain maka dia telah hasad kepadanya, meskipun dia tidak mengangankan nikmat itu lenyap.”

(lihat Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, hlm. 164)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka menyimpan perasaan dengki terhadap orang-orang atas apa yang Allah berikan kepada mereka dari keutamaan-Nya?” (QS. an-Nisaa’: 54).

Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami lah yang membagi-bagi di antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (QS. az-Zukhruf: 32).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allahlah yang mengutamakan sebagian kalian di atas sebagian yang lain dalam hal rizki.” (QS. an-Nahl: 71)

Wallahul muwaffiq. Semoga artikel 4 bukti kamu mencintai kebaikan ini bermanfaat.[ind]

sumber: Muslim.or.id

Tags: 4 Bukti Mencintai Kebaikan
Previous Post

Perancang Busana Jepang Buat Hijab dengan Percikan Inspirasi Tak Terduga

Next Post

Empat Siswa JIBBS Wakili Jawa Barat dalam Kejuaraan Nasional Panahan Tradisional

Next Post
Empat Siswa JIBBS Wakili Jawa Barat dalam Kejuaraan Nasional Panahan Tradisional

Empat Siswa JIBBS Wakili Jawa Barat dalam Kejuaraan Nasional Panahan Tradisional

Golput dalam Islam

Golput dalam Islam

Hukum Bertanya Agama kepada Google

Hukum Bertanya Agama kepada Google

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga