ChanelMuslim.com – Saat proses ta’aruf kita biasa menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan calon pasangan. Hal ini dilakukan untuk menemukan kesamaan tujuan dalam pernikahan.
Proses ta’aruf bisa dikatakan adalah proses meneliti, menganalisis, mengenali dan mencermati karakteristik, sifat, kebiasaan dan semua hal yang patut ditanyakan.
Namun, tidak serta-merta semua pertanyaan mengenai calon pasangan pantas, layak, atau relevan ditanyakan.
Baca Juga: 10 Pertanyaan Ta’aruf tentang Aktivitas Ruhaniyah, Fikriyah dan Jasadiyah
Jangan Tanyakan Hal-Hal Ini Saat Ta’aruf!
Ada beberapa pertanyaan di bawah ini yang lebih baik atau bahkan harus dihindari saat proses ta’aruf:
Bertanya mengenai masa lalu
Tidak semua orang memiliki masa lalu yang baik, ada masa kelam yang telah ia kubur dalam-dalam. Mungkin karena masa lalu tersebut membuatnya trauma, beban atau aib bagi dirinya.
Pertanyaan-pertanyaan berupa:
Kamu dulu narkoba ya? kamu dulu suka mabok ya? atau kamu dulu biasa ke lokalisasi ya? dll
tidak relevan dan tidak pantas untuk ditanyakan, karena kamu akan menikahinya di masa depan bukan di masa lalu.
Apalagi jika diketahui bahwa ia telah bertaubat dan berusaha mengubur masa lalunya yang kelam.
Bertanya mengenai pernah atau tidak berpacaran
Pacaran disini memiliki banyak makna, sebagian orang memahami pacaran hanya sebatas berjalan berdua atau bahkan hanya chatting melalui media sosial.
Ada juga yang memahami pacaran sebagai hubungan yang pasti melakukan kontak fisik antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada pengertian yang baku mengenai pacaran.
Jika calon pasangan telah memutuskan untuk ta’aruf denganmu, artinya ia sedang tidak ingin berpacaran. Urusan apakah sebelumnya ia pernah berpacaran atau tidak, bukanlah lagi menjadi hal yang patut kita tanyakan dalam proses ta’aruf.
Bertanya mengenai mantan pacar
Jika memang kamu ternyata telah mengetahui bahwa calon pasangan pernah berpacaran. Jangan berusaha menguliknya, karena hal ini berkaitan dengan perasaan calon pasangan.
Yang terpenting adalah komitmen calon pasangan untuk menjalani kehidupan tanpa beban masa lalu. Juga komitmen untuk menjalani kehidupan pernikahan dengan sepenuh hati dan perasaan.
Biarkan masing-masing dari kamu ataupun calon pasangan menyelasaikan masa lalunya.
Dikutip dari tulisan Cahyadi Takariwan, “Asumsi yang sangat mendasar dari proses ta’aruf adalah seorang laki-laki dan perempuan sudah berniat membangun hubungan hingga menuju pernikahan.
Ta’aruf dilakukan dalam rangka mendapatkan kecocokan dan kemantapan hati. Bukan dalam rangka membanding-bandingkan antara person yang tengah menjalani ta’aruf dengan para mantan.”
Bertanya mengenai keperawanan atau keperjakaan
Pertanyaan yang berkiatan dengan keperawanan dan keperjakaan adalah pertanyaan paling sensitif dan tidak relevan.
Apalagi jika pertanyan tersebut ditanyakan kepada perempuan baik-baik atau laki-laki baik-baik.
Hal-hal sensitif tersebut sudah seharunya dikubur dalam-dalam dengan melakukan taubat nasuhah.
Tidak selayaknya orang lain mengetahui masa lalu kelam tersebut, jika memang pernah melakukan perbuatan yang dilarang itu.
Perlu diingatkan kembali, kamu akan menikahi masa depan calon pasangan. Tanyakanlah hal-hal yang pantas dan relevan untuk kehidupan pernikahan. [Ln]