MAHAR dalam pernikahan bukan sekedar harta yang diberikan pihak suami kepada istri. Mahar juga bukan ajang untuk menaikkan gengsi seorang laki-laki, bukan pula sebagai harga dari wanita.
Pensyariatan mahar telah diatur dalam Islam yang menunjukkan bahwa ada hikmah dibaliknya. Syiat datang untuk kemaslahatan umat Islam, maka mustahil ia merendahkan nilai-nilai kemanusiaany itu sendiri.
Oleh karena itu, hikmah yang terdapat pada mahar sebagian besar untuk mengangkat derajat wanita. Berikut ini dilansir dari nikah.jannah hikmah adanya mahar dalam pernikahan menurut syariat Islam:
Mahar Menunjukkan Kemuliaan Wanita
Proses khitbah lazimnya adalah laki-laki yang mendatangi rumah wanita. Karena wanita yang dicari laki-laki, bukan laki-laki yang dicari wanita. Laki-laki yang berusaha untuk mendapatkan wanita meski harus berkorban harta.
Baca Juga: Harga Mahar dalam Islam
Hikmah Mahar dalam Pernikahan
Sebagai Bentuk Cinta dan Kasih Sayang Seorang Suami
Maskawin atau mahar sifatnya adalah pemberian, hadiah, atau hibah yang oleh Al-Qur’an diistilahkan dengan nihlah, yaitu pemberian dengan penuh kerelaan. Mahar bukan sebagai harga dari seorang wanita.
Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 4
“Dan berilah mahar kepada wanita-wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.”
Menunjukkan Kesungguhan Laki-Laki kepada Seorang Wanita
Menikah dan berumah tangga bukan main-main dan perkara yang bisa dipermainkan. Bila seandainya perkawinan mengalami perceraian maka sang suami tidak boleh mengembalikan maharnya kembali.
Kecuali jika dalam pernikahan tersebut belum terjadi hubungan suami istri. Maka sang suamu bisa meminta separuh harta maskawin. Hal ini menunjukkan adanya penghormatan yang tinggi terhadap pernikahan, termasuk wanita. Hubungan biologis bukanlah tujuan utamanya.
Tanggung Jawab Seorang Suami
Mahar menunjukkan tanggung jawab seorang suami dalah kehidupan rumah tangga dengan memberikan nafkah, karena laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga.
Dalam surah An-Nisa ayat 34 disebutkan, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…” [Ln]