GAMAPHOBIA merujuk pada suatu kondisi kejiwaan seseorang atas ketakutannya untuk berkomitmen dalam pernikahan. Ini terjadi akibat dari perceraian orangtuanya ataupun masa lalu yang menyakitkan baik di masa kecil maupun saat telah dewasa.
Tingkat ketakutan yang tumbuh dalam jiwa seseorang yang mengalami gamaphobia ini sangatlah kuat, ia berpikir bahwa komitmen jangka panjang bahkan seumur hidup dalam pernikahan adalah sesuatu yang mustahil.
Baca Juga: Food Neophobia, Ketakutan Mencoba Makanan Baru Pada Anak-Anak
Gamaphobia, Takut Berkomitmen dalam Pernikahan dan Cara Mengatasinya
Dikutip dari Alodokter, seorang gamophobia juga akan menunjukkan beberapa gejala psikis yang terjadi secara konsisten, di antaranya:
- Merasa cemas yang berlebihan dan tidak terkontrol saat memikirkan tentang komitmen dan masa depan hubungan yang sedang dijalani
- Menghindari semua pembicaraan mengenai pernikahan
- Selalu memikirkan tentang kehancuran suatu hubungan
- Merasa tertekan ketika menjalin hubungan
- Mengakhiri hubungan yang baik karena kebutuhan untuk “melarikan diri”
- Menghindari hubungan yang serius dan lebih memilih hubungan tanpa status atau dikenal dengan istilah situationship
Selain itu, dengan memikirkan tentang komitmen dan pernikahan saja, seorang gamophobia mungkin untuk mengalami gejala fisik, seperti:
- Jantung berdebar-debar
- Berkeringat
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Pusing
- Mual
Sahabat Muslim, ketakutan seperti ini harus segera diatasi. Mulailah untuk melakukan terapi diri sendiri dengan mengenali alasan dibalik ketakutan yang kamu alami.
Kedua, mulai belajar ilmu tentang pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Dengan memperdalam ilmu tersebut kamu bisa mengetahui penyebab retaknya sebuah hubungan rumah tangga serta cara mengatasinya dan mencegahnya.
Ketiga, jika kamu masih sulit mengatasi phobia sudah cukup parah kamu bisa berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater yang telah berpengalaman.
Mereka akan berusaha untuk menggali alasan dibalik ketakutanmu untuk komitmen dalam rumah tangga serta membantu mencari solusinya dengan memberikan konseling, psikoterapi maupun terapi perilaku kognitif.
Terakhir, jangan lupa untuk meminta dukungan dari orang terdekatmu agar kecemasan dalam jiwamu segera teratasi. [Ln]