AGAR menikah selalu indah ditulis oleh Cahyadi Takariawan, seorang Konselor Keluarga dan Founder Wonderful Family Institute.
“Akhirnya saya menyadari bahwa menikah itu tidak seindah yang dibayangkan para wanita lajang,” ujar seorang istri.
“Ternyata menikah itu penuh dengan masalah. Dulu saya membayangkan menikah itu penuh keindahan. Ternyata tidak,” lanjutnya.
Benar-benar kisah sedih. Menikah hampir sepuluh tahun tidak merasakan keindahannya.
Padahal, indah dan tidaknya pernikahan, tergantung kalian berdua dalam menjalaninya.
Coba perhatikan. Menurut kalian, apakah mawar menjadi tidak indah karena memiliki duri? Menurut kalian, apakah langit menjadi tidak indah karena ada mendung?
Menurut kalian, apakah laut menjadi tidak indah karena memiliki ombak? Menurut kalian, apakah keluarga menjadi tidak indah karena memiliki masalah?
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Jika demikian, dimanakah letak selera keindahan kalian?
Cahyadi juga memberi nasihat untuk berusaha menjadi seseorang yang diharapkan pasangan.
Setelah menikah, semestinya kita menjadi pribadi yang diharapkan pasangan.
Seorang lelaki ketika sudah menikah hendaknya menjadi suami seperti harapan istri.
Seorang perempuan ketika sudah menikah hendaknya menjadi istri seperti harapan suami.
Tidak bisa seseorang ‘ngotot’ menjadi dirinya sendiri, tidak mau berubah menyesuaikan diri dengan harapan pasangan.
Karena suami istri adalah pasangan yang saling berpengaruh satu dengan yang lainnya, saling terhubung satu dengan yang lainnya sepanjang waktu.
Agar Menikah Selalu Indah
Baca juga: Tiga Level Adaptasi Suami Istri
View this post on Instagram
Mereka berdua bukan lagi pribadi merdeka yang boleh melakukan segala sesuatu sesuai keinginan pribadinya saja.
Hendanya saling menyesuaikan diri. Bisa menikmati selera pasangannya, bisa menyesuaikan dengan selera pasangan, walau tidak berarti mematikan selera diri sendiri.
Selera pribadi, keinginan pribadi, tentu saja tetap ada.
Namun tidak bisa memaksakan diri untuk memenuhi selera pribadi dan keinginan pribadi tersebut, ketika ternyata hal itu membuat tidak nyaman bagi pasangan.
Inilah makna pernikahan dan berumah tangga.
Suami dan istri perlahan meninggalkan hal-hal yang bercorak sangat pribadi, dengan menyesuaikan harapan serta keinginan pasangan.
Masing-masing tidak bisa lagi bersikukuh dengan keinginan dan selera pribadi, karena harus mentolerir pasangan.
Harus memperhatikan kenyamanan pasangan. Harus menjaga perasaan pasangan.
Setelah menikah, benar-benar anda tidak bisa lagi menjadi diri anda sendiri secara sepenuhnya.
Anda harus menenggang perasaan pasangan anda. Semua demi kebahagiaan, keharmonisan dan keutuhan keluarga.[Sdz]