KISAH Tommy sang jenius ini memberikan pelajaran tentang pentingnya peran ibu dalam mendidikan anak dan setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing.
Di Ohio Amerika Serikat, pada tanggal 11 Februari 1847 lahirlah seorang anak bernama panggilan Tommy.
Dia lahir dengan kemampuan biasa-biasa saja, tidak memiliki kecerdasan khusus seperti anak-anak lainnya.
Saat belajar di sekolah, Tommy tidak mampu untuk mengikuti pendidikan yang diajarkan di sekolahnya. Oleh sebab itu, Tommy selalu mendapatkan nilai buruk dan mengecewakan.
Sangat bodohnya anak ini dalam pandangan pihak sekolah sehingga para guru memilih untuk ‘angkat tangan’ dalam usaha mendidik Tommy.
Pada suatu hari, guru sekolah Tommy memanggil Tommy dan memberikan sepucuk surat kepadanya. Guru tersebut berpesan:
”Jangan buka surat ini di perjalanan, berikan kepada ibumu”.
baca juga: Afirmasi Positif untuk Ayah Bunda dalam Parenting
Tommy Sang Jenius
Tommy kecil dengan gembira membawa surat itu pulang dan memberikan kepada ibunya. Menerima surat itu, ibu Tommy membacanya dan lalu menangis.
Sambil berurai air mata, dia membaca surat itu dengan suara keras:
“Putra Anda seorang jenius. Sekolah ini terlalu kecil untuk menampungnya dan tidak memiliki guru yang cakap untuk mendidiknya. Untuk itu, agar Anda mendidiknya sendiri,” ujar sang Ibu dengan suara lantang.
Ibu Tommy kemudian berkata kepada Tommy:
“Kamu anak yang jenius, Nak, sekolah belum cukup baik untuk mendidik anak yang hebat seperti kamu. Mulai saat ini, ibu yang akan mendidik kamu.”
Sejak saat itu, Tommy menjalani pendidikan di rumah. Dengan demikian, Tommy pun belajar dengan bebas dan leluasa di rumahnya tanpa harus memikirkan nilai pelajaran yang harus dicapainya.
Di rumah, Tommy pun melahap buku-buku ilmiah dewasa.
Satu karakter luar biasa yang dimiliki Tommy adalah keingintahuannya yang luar biasa besar ditambah sifat dasarnya yang pantang menyerah menghadapi apapun.
Karena ini, Tommy pun melakukan eksperimen-eksperimen hebat.
Sebelum memasuki usia sekolah, Tommy sudah berhasil membedah hewan-hewan, hal ini karena keinginantahuannya yang besar terhadap hewan-hewan di sekitarnya.
Pada usia 12 tahun, Tommy sudah memiliki laboratorium kimia kecil di ruang bawah tanah rumah ayahnya.
Setahun kemudian dia berhasil membuat telegraf yang sekalipun bentuk dan modelnya sederhana dan primitif tapi sudah bisa berfungsi.
Kisah homeschooler di usianya yang masih belia, Tommy sudah bekerja dan mencari uang sendiri dengan berjualan koran di kereta api selama beberapa tahun.
Kemudian Tommy bekerja sebagai operator telegraf, kemudian Tommy pun naik menjadi kepala mesin telegraf di Amerika.
Saat usia Tommy 32 tahun, dunia tidak lagi gelap gulita ketika malam hari. Tommy yang dianggap bodoh waktu kecil itu berhasil menciptakan bohlam lampu pijar, yang mengubah wajah dunia selamanya….
Jauh setelah Ibunya wafat dan Tommy telah menjadi tokoh penemu ternama. Suatu hari di rumah, dia melihat-lihat barang lama keluarganya….
Tiba-tiba dia melihat kertas surat terlipat di laci sebuah meja. Dia membuka dan membaca isinya:
“Putra Anda anak yang bodoh. Kami tidak mengizinkan anak Anda bersekolah lagi di sekolah ini.”
Demikianlah isi surat sesungguhnya yang dibawa dan diberikan Tommy kepada ibunya, dahulu waktu sepulang sekolah.
Tommy pun menangis berjam-jam setelah membaca surat itu.
Dia kemudian menulis di buku diary-nya:
“SAYA THOMAS ALFA EDISON, ADALAH SEORANG ANAK YANG BODOH, YANG KARENA SEORANG IBU YANG LUAR BIASA, MAMPU MENJADI SEORANG JENIUS PADA ABAD KEHIDUPANNYA“
Jika saat ini, Anda sedang menikmati lampu yang terang, ingatlah bahwa itu bukan karena seorang Thomas Alfa Edison….
Akan tetap,i justru karena jasa seorang Ibu yang melihat kelebihan anaknya dengan cara yang berbeda…. yaitu mata kasih orangtua.
Peran IBU sangat luar biasa dalam mendidik anak…. Karena kasih sayangnya tidak cuma mampu menerangi mati hati anaknya, namun juga mampu menerangi dunia.
Sahabat terbaik itu IBU, yang selalu ada dalam suka maupun duka…. Setia menemanimu, apapun keadaanmu.
Cerita ini sangat baik diceritakan menjelang Hari Ibu pada bulan Desember ini, Sahabat, untuk mengenang kebaikan para ibu dan memotivasi para ibu dalam mendidik anak.[ind]