CERITA tali kekang gajah ini bisa jadi sering dilakukan oleh para orangtua yang berakibat pada ketakutan anak terhadap sesuatu.
Yuk, kita simak kisah dan hikmah yang disampaikan oleh pendiri Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini berikut.
Suatu hari seorang laki-laki berjalan melintasi perkebunan dimana di dalam perkebunan tersebut terdapat sebuah tempat pelatihan untuk gajah-gajah liar agar mudah dijinakkan dan digunakan membantu keperluan perkebunan.
Baca Juga: Kebahagiaan-kebahagiaan Sederhana Anak Gaza
Tali Kekang Gajah dan Ketakutan Anak
Tampak seekor gajah besar, gagah dan kuat yang berdiri tegak tanpa bergerak sedikitpun, padahal dia hanya diikat oleh seutas tali kecil yang melingkar pada salah satu kaki depannya dan terikat pada sebuah tonggak kecil.
Tidak tampak kandang besi atau rantai baja yang mengikatnya. Jelas sekali bahwa jika si gajah berniat melepaskan diri maka dengan amat mudahnya ia akan segera terlepas dan lari. Tapi entah mengapa hal itu tidak dilakukannya.
Laki-laki tersebut penasaran dan melihat sekitar menghampiri pawang sekaligus pelatih gajah tersebut dan bertanya, “Mengapa gajah sebesar itu hanya berdiri saja dan tidak berusaha melarikan diri padahal talinya sekecil itu?” jawab pelatih gajah tersebut,
“Ketika gajah tersebut masih kecil kami sudah mengikatnya dengan tali tersebut, dan kami menggunakan tali yang seukuran itu sampai dia sedewasa dan sebesar ini. Cukup bagi gajah untuk yakin bahwa karena tali tersebut maka dia tidak bisa melarikan diri, sehingga sampai sekarang dia tidak berusaha melepaskan diri dari tali tersebut.”
Laki-laki tersebut heran dan menggumam, “Hewan sebesar itu yang bisa melarikan diri dan lepas dari tali kapan saja, tapi tidak melakukannya hanya karena dia percaya bahwa tali yang mengikatnya tidak memungkinkan dia melarikan diri, dan karenanya dia tetap berada di sini sampai sekarang?”
Ada hikmah yang bisa diambil dari cerita di atas. Mungkin cerita gajah itu juga terjadi pada diri kita lho. Coba ingat, ketika kita masih kecil dulu, kita sering ditakut-takuti pada sesuatu yang sebenarnya tidak alasan untuk takut. Misalnya ada orang tua yang melarang anaknya membawa uang.
Baca Juga: Ketakutan Para Malaikat
Orangtua Selalu Memberikan Rasa Takut pada Anak
Orang tua itu selalu memberikan rasa takut saat anak ini membawa uang. Apa yang terjadi, saat anak itu tumbuh semakin remaja ia membawa uang dengan memegang kertas dahulu sehingga tangannya tidak bersentuhan langsung dengan uang. Ah… masak itu terjadi? Iya benar itu benar-benar terjadi.
Ada yang takut dengan cicak sampai berteriak-teriak histeris saat melihat cicak. Ada yang takut dengan kecoa hingga menangis sejadi-jadinya padahal ia sudah punya anak lho, laki pula.
Masih banyak cerita-cerita seperti itu. Cerita-cerita yang menakutkan di waktu kecil yang sampai sekarang terus saja diyakini. Padahal tidak ada alasan untuk takut.
Nah, ada juga orang tua yang selalu berkata hal-hal yang memandulkan dan meruntuhkan mental misalnya kamu bodoh, tolol, tidak berguna, nakal, menyusahkan, dan lain sebagainya.
Kata-kata itu terus tertanam kuat dalam jiwa dan pikiran anak dan pada akhirnya kata-kata itu terjadi pada kehidupannya.
You are what you think. Anda akan menjadi sesuai dengan apa yang Anda pikirkan. Jika seseorang selalu dijejali kata-kata bodoh maka pikirannya akan meyakini bahwa ia adalah orang bodoh dan dia akan benar-benar menjadi bodoh.
Baca Juga: Cara Keluarga Mengatasi Perasaan Takut dan Galau
Ayo, Berpikir Positif
Untuk itu, ayo senantiasa berpikir positif. Terus saja berpikir yang baik tentang diri sendiri. Maka kita akan sesuai dengan apa yang terus kita pikirkan.
Jika kita berpikir baik maka kita akan menjadi baik, sebaliknya jika kita berpikir buruk maka keburukan itu akan benar-benar menimpa kita.
Lalu, jika kita berpikir sebatas pada diri sendiri, kita hanya untuk diri kita sendiri. Kemudian, jika kita berpikir untuk keluarga, keberadaan kita akan bermanfaat bagi keluarga.
Selain itu, jika kita berpikir lingkungan kantor atau masyakarat, keberadaan kita akan bermanfaat bagi lingkungan kantor dan masyarakat.
Dan, jika kita berpikir sampai pada kebaikan negara dan bangsa maka keberadaan kita akan bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Jadi yang bisa kita simpulkan adalah ayo mulai saat ini kita selalu berkata positif agar membentuk kepribadian positif kepada anak kita.
Insya Allah kata positif yang selalu kita katakan hari ini menjadikan kehebatan anak kita di masa depannya.[ind]