KRITERIA keberhasilan murid tidak hanya pada pencapaian akademis. Melainkan juga pada perbaikan perilaku. Inilah dua sayap kriteria keberhasilan murid, yaitu akademis dan perilaku.
Hak Sekolah
Setiap sekolah memiliki aturan sendiri tentang kriteria keberhasilan murid, baik pencapaian maupun perbaikan perilaku. Dan hal tersebut merupakan hak sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan mutu murid.
Jika murid tak mampu memenuhi kriteria akademis dan perilaku, maka sekolah berhak menentukan apakah murid bisa naik kelas atau tidak.
Tentunya, setelah sekolah berusaha memberikan hak murid untuk mendapatkan jatah pendidikan tambahan. Seperti, pelajaran tambahan untuk mengejar kekurangan akademis. Dan konseling untuk memperbaiki perilaku murid.
Peran Orang Tua
Lembaga pendidikan seperti sekolah tidak seperti bengkel kendaraan di mana konsumen menitipkan kendaraan untuk diperbaiki. Setelah selesai, kendaraan itu diambil dengan pembayaran yang disepakati.
Pendidikan pada hakikatnya tugas orang tua. Bukan sekolah. Peran sekolah hanya sebagai mitra untuk memudahkan peran orang tua dalam mendidik anak.
Begitu pun jika murid mengalami kendala, baik di akademis maupun perilaku, peran orang tua tidak boleh asal. Justru, orang tualah yang lebih aktif membantu sekolah agar murid tidak terkendala masalah akademis dan perilaku.
Jangan karena sudah merasa membayar ‘mahal’, orang tua hanya ingin terima ‘beres’. Tidak peduli apa masalahnya, bagaimana prosesnya, yang penting anaknya sukses.
Baca juga: Siswi SMA JISc Jakarta Islamic School Tunaikan Tugas Menjadi Paskibraka DKI Jakarta 2025
Ketika Anak Nakal tidak Naik Kelas
Tidak naik kelas bukan hanya karena murid tidak mampu memenuhi standar pencapaian akademis. Tidak memenuhi standar perilaku pun bisa menyebabkan murid tidak naik kelas.
Sebelumnya, pihak sekolah sudah berusaha untuk melakukan pembinaan perilaku. Mulai dari BP atau biro konseling, terapi, konsultasi dengan orang tua dan seterusnya.
Jika segala upaya tersebut tidak membuahkan hasil, maka sekolah akan rapat khusus melalui dewan guru. Rapat ini sebagai evaluasi dan pengambilan keputusan apakah murid yang bersangkutan naik atau tidak naik kelas.
Meski keputusan diambil dengan berat hati, keputusan tidak naik kelas memang menjadi pilihan sulit yang harus diambil. Harus diambil bukan karena sebagai hukuman, tapi sebagai peluang kedua untuk pembinaan.
Nakal karena Pengaruh Lingkungan
Lingkungan punya pengaruh besar terhadap perilaku murid. Bisa karena pengaruh lingkungan di dalam rumah, lingkungan bermain di luar sekolah, juga lingkungan sekolah seperti interaksi dengan teman sekolah.
Anak yang terhinggapi perilaku buruk atau nakal adalah karena pengaruh tiga lingkungan itu. Bisa karena di rumah, di luar sekolah, dan di sekolah.
Yang menarik, jika murid tidak naik kelas pada tahun pertama di sekolah, maka besar kemungkinan karena pengaruh buruk dari lingkungan luar sekolah. Bisa lingkungan di rumah seperti pola asuh dan lainnya atau karena lingkungan pergaulan di luar sekolah.
Di sinilah peran orang tua tidak bisa dianggap remeh. Orang tua harus introspeksi apa yang salah dengan lingkungan anaknya. Jangan serta merta langsung menyalahkan pihak sekolah.
Dalam kasus tertentu, ada murid yang piawai memainkan peran baik dan buruk. Misalnya, jika di depan orang tua ia berperilaku baik dan ketika di luar pengawasan orang tua ia menunjukkan watak aslinya yang buruk, termasuk ketika berada di sekolah.
Sekali lagi, di sinilah pentingnya kerja sama orang tua dan guru. Orang tua harus aktif bukan hanya menuntut hak dari sekolah, tapi juga membantu sekolah demi perbaikan untuk anaknya sendiri. [Mh]