KETELADANAN kunci sukses pendidikan. Dalam proses pendidikan anak ada beberapa hal yang seharusnya kita lakukan sebagai orang tua.
Mendidik mereka tak cukup menyampaikan materi yang kita baca tapi kita pun melaksanakannya.
Keteladanan Kunci Sukses Pendidikan
Oleh: Ustadzah Rochma Yulika
Kita tentunya sudah tahu bahwa kunci pendidikan adalah keteladanan. Dengan mengambil referensi dari buku Tarbiyatul Aulad karya Ustaz Abdullah Nashih Ulwan ada beberapa hal yang harus kita cermati sebagai orang tua.
Lisanul Hal afshahu min lisanul Maqaal
Bahwa keteladanan dari perilaku orang tua jauh lebih manjur bila dibandingkan dengan ucapan saja. Semisal kita suruh anak shalat dengan meneriaki akan merasa kesulitan meskipun suara kita sudah mengeras bahkan dengan membentak sekalipun. Mengapa tidak kita lakukan dengan kita berwudhu dan mengajak shalat bersama. Mengusapnya, menyentuhnya sebagai bentuk dari ajakan.
Attarbiyah bil muta’ah
Kita harus mendidik dengan pengawasan. Kita tidak hanya melepas begitu saja sekiranya anak kita sudah sekolah di tempat yang baik. Belum sepenuhnya karena pendidikan yang utama adalah tanggung jawab utama dipikulkan pada pundak orang tua. Maka wajiblah kita mengawasi mereka.
At Tarbiyah Bin Nashihah
Mendidik dengan nasihat. Mendidik anak dengan kalimat-kalimat berhikmah untuk membentuk pribadi yang shalih. Kita ajak mereka berdialog penuh kenyamanan. Sikap tubuh dan bahasa lisan mampu membentuk kepribadian mereka. Maka hiasi hari-hari dengan saling berbincang tentang kebaikan.
Baca Juga: Dakwah dengan Keteladanan
At Tarbiyah bil ‘aadah
Mendidik anak dengan kebiasaan. Hal yang baik bisa kita contohkan. Orang tua itu potret pertama bagi anak. Apa yang dilakukan oleh mereka para orang tua di rumah dan kebiasaannya itulah yang akan ditiru.
Bahkan semangat mengikuti agenda dakwah menjadi contoh juga bagi anak-anak kita. Dan tentunya masih banyak lagi adat kebiasaan di rumah yang ditiru oleh anak-anak kita.
At Tarbiyah bil hadiah wa Uqubah
Mendidik dengan hadiah, penghargaan dan iqab atau hukuman. Tentu saja hadiah bukan sembarang hadiah.
Hadiah bisa berupa pujian yang membangun rasa percaya dirinya. Atau bisa juga dengan barang-barang sederhana yang bagi mereka cukup membahagiakan.
Menyenangkan anak tidak harus mahal. Bahkan membangun suasana kebersamaan dengan jalan-jalan atau makan di luar bersama juga bisa.
Untuk hukuman juga bukan serta merta berupa tindakan yang berat. Tapi lebih pada yang sifatnya mendidik agar mereka semakin memahami kaidah yang menjadi ketentuan agama ini.
Selain itu, juga perlu alasan yang bijak untuk disampaikan kepada anak-anak tentang hukuman yang diberikan agar mereka mengerti.
Seperti halnya Luqman Al Hakim berkata: “Jangan menyekutukan Allah, karena itu sebuah kezaliman yang besar.
Seperti inilah proses pendidikan anak yang kita harapkan bisa meneruskan perjuangan dakwah ini.[ind]
Sumber: Tarbiyatul Aulad, Abdullah Nashih Ulwan