USTAZ Satria Hadi Lubis menjelaskan tentang kegundahan seorang ayah.
Menjelang ajalnya, lelaki tua itu merasa gundah dan gelisah.
Air matanya mengalir membayangkan hisab yang akan diterimanya kelak.
Tak henti-hentinya ia berzikir dengan suara bergetar diliputi rasa takut dan harap bahwa ia telah menjalankan amanah kehidupan ini dengan baik.
Ada satu yang masih mengganjalnya yang membuatnya begitu gundah untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
Lelaki tua yang sepanjang hidupnya selalu berjuang membela kebenaran ini kemudian mengumpulkan anak-anaknya.
Lalu terjadilah dialog yang Allah abadikan di dalam surah al Baqarah ayat 133:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Lelaki tua itu adalah Nabi Yaqub ‘Alaihi Salam.
Kegundahan beliau bukan karena masa depan materi anak-anaknya, tapi masa depan iman dan tauhid anak-anaknya.
Subhanallah, inilah kegundahan seorang ayah di sepanjang zaman yang paham apa makna warisan sesungguhnya.
Bukan harta atau materi yang perlu dikuatirkan sebagai warisan (legacy) untuk masa depan anak-anaknya, tapi iman dan tauhid.
Kegundahan Nabi Yaqub ‘Alaihi Salam adalah kegundahan setiap ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
Kegundahan yang membuat seorang ayah berdoa siang dan malam serta menangis di sepertiga malam memikirkan kondisi iman anak-anaknya.
Gelisah, apakah ia sudah menjadi ayah yang benar. Apakah upayanya sudah maksimal untuk mendidik anak-anaknya.
Kegundahan Seorang Ayah
Ia takut anak-anaknya akan menyeretnya ke neraka, karena belum maksimal mendidik anak-anaknya.
Kegundahan seorang ayah yang hanya bisa dijawab dengan iman dan tauhid dari anak-anaknya.
Kegundahan yang hanya bisa dijawab dengan perbuatan saleh anak-anaknya, baik ketika sang ayah masih hidup maupun sesudah meninggal.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, prestasi seabreg anaknya berwujud gelar, jabatan, populeritas dan kekayaan belum cukup membuatnya tenang, jika anaknya jauh dari iman dan tauhid.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, kebaikan dan kecintaan anak-anak kepadanya di masa tua belum cukup membuatnya tenang jika anaknya jauh dari iman dan tauhid.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bukan warisan harta benda yang membuatnya kuatir menelantarkan anak-anaknya sepeninggalnya, tapi warisan iman dan tauhid.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bukan balas jasa materi yang ia harapkan dari anak-anaknya.
Baca juga: Mengajak Anak untuk Belajar Islam ketika Ibu dan Ayah Berbeda Keyakinan
Tapi doa dari anak yang sholih. Baik ketika ia masih hidup, maupun sesudah lama meninggal.
Ia yakin doa anak-anaknya akan mengurangi siksa kuburnya.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidurnya menjadi tidak nyenyak karena di kepalanya terus terngiang-ngiang ayat Allah berikut:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kebahagiaan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. 4 ayat 9).
Wahai anak-anak di manapun kalian berada, jika engkau memang mencintai ayahmu, buatlah ia tenang dan bangga dengan iman dan tauhidmu.
Bukan oleh prestasi semu, yang hanya menipumu dan menipu ayahmu.
Bukan oleh prestasi semu yang tidak berguna di hari keabadian (akhirat), bagimu dan bagi ayahmu.[Sdz]