MENGGUNAKAN konsekuensi logis dan alami kepada anak harus dengan bijak karena anak-anak memiliki kemampuan untuk memahami bahwa konsekuensi mengikuti setiap tindakan.
Oleh karena itu, membiarkan mereka mengalami konsekuensi yang alami dan logis dari setiap tindakannya adalah salah satu cara terbaik untuk mengajarkan tanggung jawab.
Namun, orang tua sering kali menemukan diri mereka kehilangan ide dan kehilangan kesempatan baik untuk mendisiplinkan anak-anak mereka.
Konsekuensi merupakan pengganti yang bagus untuk metode pendisiplinan tradisional. Berikut ini cara yang dapat digunakan secara maksimal:
1.Tidak Perlu Peringatan atau Hukuman Berulang
Tidak perlu mengancam anak atau menghukum mereka untuk perilaku tertentu saat menggunakan konsekuensi alami atau logis.
Anda tidak perlu memberikan pernyataan semacam, “Jika Anda tidak melakukannya sekarang, saya akan …”, anak pada akhirnya akan memahami bahwa tindakan “X” mengarah ke konsekuensi “Y”.
Baca Juga: Konsekuensi Hijrahnya Seseorang
Cara Menggunakan Konsekuensi Logis dan Alami dengan Bijak Kepada Anak
Untuk konsekuensi logis, kita dapat membuat daftar untuk mengingatkan mereka.
Misalnya, konsekuensi logis dari kebohongan tentang menyelesaikan tugas adalah bahwa mereka harus menambah waktu belajar di waktu lain dan memberikan laporan terperinci tentang semua yang telah dilakukan.
2. Mengingatkan Anak-Anak tentang Pilihannya
Saat mengubah perilaku anak, yang terbaik adalah menawarkan beberapa pilihan sebagai konsekuensinya. Pastikan kita menawarkan mereka pilihan yang bisa dijalani dan tidak menyakitinya secara emosional.
Daripada memberikan ancaman, seperti “Berhentilah menendang adikmu atau kamu tidak usah ikut makan donat!”
Terangkan kepada anak bahwa dia harus duduk dan berpikir dengan tenang tentang perilakunya.
Konsekuensi logis untuk memukul kemudian menjadi menempatkan dirinya pada posisi saudaranya untuk memahami bagaimana rasanya ditendang.
Dan ketika dia siap untuk berprilaku baik, dia bisa bergabung dengan keluarga lagi.
3. Tetap Teguh dan Konsisten
Penting untuk tetap teguh dengan konsekuensi logis kita, tidak peduli seberapa sering anak mengungkapkan kemarahan, kebencian, atau mencoba membuat kita merasa bersalah.
Ingatkan dia bahwa konsekuensi atas segala tindakannya itu adalah keputusan yang final dan itu adalah pilihan yang dia buat.
Memberikan pengecualian bahkan jika itu hanya sekali memungkinkan anak menggunakannya di lain waktu untuk berusaha lebih keras untuk tidak melakukannya.
Oleh karena itu, pengecualian tidak mungkin dilakukan untuk melaksanakan konsekuensi logis dalam keadaan tersebut, tetaplah konsisten.
4. Konsekuensi Harus Sesuai dengan Perilaku
Ketika bicara konsekuensi, penting bahwa konsekuensi tersebut sesuai dengan kesalahannya untuk memberikan pelajaran.
Tidak masuk akal untuk memberikan hukuman biasa seperti memotong makanan penutup jika anak tidak membereskan mainannya setelah waktu bermainnya habis.
Konsekuensi yang tepat adalah dia tidak akan mendapatkan mainan itu sampai keesokan harinya jika dia tidak membersihkannya sendiri.
Konsekuensi logis dari tidak mendengarkan instruksi orangtua untuk tidak bermain basket di dalam rumah adalah bahwa bola akan disita sebelum anak memasuki rumah, dan dia hanya mendapatkannya ketika dia siap bermain di luar.
5. Jangan Cerewet tentang Kejadian Lalu
Hindari mengucapkan kalimat seperti “Kamu tidak pernah mendengarkan aku”, “Kamu akan selalu lupa”, alih-alih gunakan penguatan yang lebih positif seperti “Kerja bagus membersihkan dirimu sendiri”.
Hargailah mereka ketika mereka melakukan sesuatu yang benar dan hindari kritik sebanyak mungkin.
Anak-anak merespons penghargaan dengan lebih baik daripada mengomel. Biarkan kegagalan masa lalu mereka berlalu dan fokus pada saat ini dan masa depan yang akan datang.
6. Dimanapun Mungkin, Biarkan Anak Memutuskan Konsekuensinya
Ini bisa menjadi teknik yang sangat efektif karena anak-anak lebih cenderung berpartisipasi dalam keputusan yang mereka buat. Oleh karena itu, jika memungkinkan, biarkan anak memutuskan apa konsekuensinya. Ini akan memastikan dia akan menghadapi konsekuensi ketika dia gagal untuk menjalaninya.
Seringkali terjadi bahwa anak-anak dapat memberikan konsekuensi yang lebih baik daripada orangtua ketika diberi kesempatan. Jadi, libatkan si kecil dalam pengambilan keputusan.
[My/Ln]