BAHAGIA bukan tujuan akhir.
Dijelaskan oleh Ustadz Cahyadi Takariawan mengenai konsep bahagia sesungguhnya.
Dalam hidup berumah tangga, bahagia bukanlah tujuan akhir. Jika menjadi tujuan akhir, maka manusia akan melakukan apapun dengan segala cara, demi mencapai tujuan akhir tersebut.
Seperti gambaran sebuah perjalanan atau travelling, jika bahagia itu dijadikan sebagai tujuan akhir yang hendak dicapai dari perjalanan itu, maka orang tidak peduli dengan kondisi perjalanan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mungkin seseorang akan mengebut sengebut-ngebutnya, berkendara dengan ugal-ugalan, menyerobot, mencuri marka jalan, dan tindakan apapun demi cepat mencapai tujuan.
Bahagia, adalah sebuah kondisi atau keadaan, dan bukan merupakan tujuan.
Dalam sebuah travelling, kita bisa merasakan kebahagiaan di sepanjang perjalanan.
Baca juga: Ingin Pernikahan Kamu Bahagia Selamanya? Ini 4 Faktor Pembentuk Kebahagiaan Keluarga
Bahagia Bukan Tujuan Akhir
Tidak harus menunggu sampai di tujuan, untuk mendapatkan kebahagiaan.
Jika seseorang bepergian dari Jakarta menuju Surabaya, tidak perlu menunggu tiba di Surabaya untuk bahagia.
Kita bisa berbahagia sejak masih di Jakarta.
Kita bisa berbahagia selama dalam perjalanan. Kita bisa berbahagia di tengah kemacetan.
Kita bisa berbahagia saat istirahat di rest area.
Kita bisa berbahagia ketika sudah tiba di Surabaya.
Tak ada yang perlu ditunggu untuk bisa bahagia. Tak perlu ada yang dipersyaratkan untuk bahagia.
Menikmati perjalanan, kerikil demi kerikil, batu demi batu dan rintangan demi rintangan akan menjadikan diri dan keluarga kokoh bersama.
Bahwa sesungguhnya kehidupan memang tempat berlelah-lelah, memang tempatnya untuk mengumpulkan banyak investasi di kehidupan setelahnya.
Bahwa sesungguhnya, dunia hanyalah tempat transit manusia saja.
Dan kebahagiaan yang kekal dan nikmat adalah bisa kembali berkumpul bersama keluarga di syurga kelak.[Sdz]