ChanelMuslim.com – Anak bicara buruk atau kasar sering membuat kita bingung dan tidak percaya. Sebab, kita merasa tidak pernah mengajari mereka tentang hal tersebut. Namun, jangan bersikap berlebihan dan tetap tenang.
Ketika anak mulai berbicara kasar, kita pasti bertanya-tanya dari mana mereka mengenal ucapan seperti itu. Perlu diperhatikan juga usia anak karena si anak mungkin belum tahu arti perkataannya. Selanjutnya, kita baru bisa tahu cara mengatasinya.
Penyebab Anak Bicara Buruk
Penyebab anak berbicara buruk bisa datang dari berbagai faktor. Ketika orangtua berusaha menjaga bicaranya di depan anak, mungkin anak mempelajarinya dari luar rumah. Misalnya, di lingkungan sekolah atau dari anak tetangga yang menjadi teman bermainnya.
Baca juga: Tiga Nasihat tentang Mendidik Anak
Pada usia di bawah 3 tahun, anak yang berbicara buruk belum mengerti dengan apa yang dikatakan. Mereka mungkin hanya mendengar lalu mengulang saja kata-kata tersebut. Mereka tidak paham maksud dan arti kata-katanya.
Pada usia anak di bawah 5 tahun, mereka mulai lebih banyak mendegar dari lingkungan di luar rumah. Mereka mungkin belum benar-benar paham dengan maksud berbicara kasar. Hanya saja, respon atau reaksi berlebihan dari lawan bicara membuat mereka justru semakin tertarik untuk mengatakannya.
Pada usia anak sekolah, mereka sudah paham arti dari berbicara buruk. Mereka tahu bahwa kata yang diucapkan buruk dan mereka memang bermaksud mengatakannya. Mungkin untuk memaki atau menunjukkan emosi.
Cara Mengatasi Anak Berbicara Buruk
Setelah kita mengetahui penyebab anak berbicara buruk, segera atasi hal tersebut. Orangtua dapat memulainya dengan tidak merespon secara berlebihan. Respon berlebihan hanya akan memantik emosi anak lebih besar.
Cobalah untuk tetap tenang dan bersikap wajar. Lalu tanyakan alasan anak mengucapkan kata yang buruk. Perhatikan saat anak mulai menerangkan alasannya. Kemudian berikan penjelasan bahwa perkataan tersebut tidak bisa diterima dengan kalimat yang tepat.
Orangtua memang dituntut untuk lebih kreatif agar anak menjadi lebih tertarik dengan alternatif yang diberikan. Misalnya, ketika anak kesal sebaiknya jangan memaki tetapi gunakan kata bahagia yang terkait dengan keinginannya. [Wnd]