ChanelMuslim.com – Ketika kita menyebut nama Jipang yang terlintas di pikiran adalah nama Arya Penangsang. Nama ini mempunyai kesan tersendiri bagi masyarakat Jawa ada yang berpikiran negatif juga positif.
Maklum saja dalam sejarah yang tertulis di Babad Tanah Jawi, Arya Penangsang melakukan upaya pembunuhan Sultan kedua Demak, Sunan Prawoto. Membunuh pria yang bernama asli Raden Mukmin itu bukan tanpa alasan, ayahnya Arya Penangsang, Raden Kikin juga dihabisi oleh orang suruhan Prawoto.
Pembalasan dendam antara Arya Penangsang dan keturunan Sunan Prawoto ternyata tidak ada habisnya. Ketika Arya menjadi Raden Demak dan memindahkan Kerajaan Demak ke Jipang, asal usul Demak Jipang, adik Sunan Prawoto, Ratu Kalinyamat juga menghasut Joko Tingkir atau Mas Karebet untuk menghabisi nyawa Arya Penangsang. Alasannya Arya Penangsang pernah membunuh kakaknya dan suaminya Pangeran Hadiri yang saat itu menjabat sebagai Bupati Jepara.
Sejarah yang berdarah ini sepertinya ingin dihapus oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT), agar nama Jipang bukan desa yang penuh tumpah darah. Bahkan terdapat mitos di orangtua Jepara bahwa apabila anak atau cucunya yang akan menikahi orang Jipang, pasti ditolak.
Desa Wakaf Jipang ini bermula ketika ACT berkeinginan lumbung pangan di Jawa. Jipang yang saat itu merupakan daerah tertinggal ingin disulap oleh ACT.
“Blora saat itu merupakan salah satu daerah tertinggal di Jawa. Kami sebagai lembaga sosial, berkeinginan membuat Salah satu program masterpiece-nya adalah Kawasan Wakaf Terpadu (KWT) Blora. Di Cepu dan Gadu ada Lumbung Ternak Wakaf sedangkan di Jipang Lumbung Padi dan sebagai Desa Wakaf,” Kata Ibnu Hajar selaku Vice President ACT, katanya, Kamis (11/7/2019).
Bupati Jipang, Ngadi mengaku berterima kasih kepada ACT yang telah membuat lumbung pangan di Desanya.
"Disini kami alhamdulillah dengan adanya wakaf lumbung pangan masyarakat yang ada di desa kami bisa berguna dan berkembang kedasa masyarakat luas," katanya.
Pemberdayaan di Desa Jipang tidak hanya bergerak di bidang pertanian, tetapi juga peternakan. Selain memberikan peluang kerja kembali bagi petani dengan lumbung pangannya, masyarakat Desa Jipang juga memiliki Lumbung Ternak Masyarakat (LTM). Sesuai namanya, LTM bergerak di bidang peternakan, di mana hewan seperti kambing, sapi, dan kini ayam diternak di sana.
Ngadi memaparkan, bersama LTM, kini di desanya sudah tersedia 48 kandang yang terbagi menjadi kelompok dan perorangan. Peternakan itu dikelola di sela-sela mereka bercocok tanam. Masyarakat Desa Jipang bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus, bertani dan beternak.
“Bahkan sekarang, masyarakat mendapat gaji setara Upah Minimum Relatif (UMR) tingkat kabupaten Jawa Tengah,” kata Ngadi.
“Saya berterima kasih sekali, LTM ini meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Jipang. Bahkan, bisa mengubah taraf pendidikan anak-anak desa, yang tadinya hanya sampai SD atau SMP, kini sudah bisa lebih dari itu,” tambahnya.
Pria yang menjadi menjabat dua periode ini mengaku desanya pernah mengirim ratusan ton ke Rohingya dan Palestina.
"Jumlahnya ratusan ton bahkan bisa sampai ribuan, satu gudang ini penuh semua, jadi kalau ada kegiatan kemanusiaan dari Act itu kami mempekerjakan 100 orang warga sekitar,” katanya.
Meski demikian tidak semuanya dikelola oleh Jipang, Ia sempat meminta bantuan di daerah sekitar Jipang untuk pengiriman beras ke daerah bencana.
“Di sinikan kalau penuh bisa mencapai 100 ton, seperti tahun 2018 lalu, nggak semua dari Jipang. Kami sempat meminta bantuan dari daerah sekitar,” tambahnya.
Ngadi mengaku dengan adanya pabrik beras di Jipang, harga gabah di pasaran bisa dikontrol.
“Kalau dulu petani kami sering ditipu tengkulak, sekarang petani sudah pintar dengan adanya pabrik beras, kami bisa mestabilkan harga,” katanya. [lam]