AIB itu seperti aurat yang menyimpan malu. Tutuplah aib saudara kita sebagaimana kita yang tak ingin mendapat malu.
Tak ada manusia yang tanpa aib. Ada aib fisik, ada juga yang perilaku. Ada juga aib yang tentang orang dekatnya: orang tua, istri atau suami, dan anak-anak. Semua aib itu bisa menjatuhkan nilai diri seseorang jika terumbar ke orang lain.
Boleh jadi, tanpa disengaja, kita mengetahui aib-aib itu. Kita pun seolah-olah menjadi ‘kunci’ tentang nilai baik atau tidaknya seseorang. Saat itulah, ada beban amanah besar yang mesti terpikul.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At-Tirmidzi)
Jadi, amanahnya langsung kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin saja si pemilik aib tak menyadari kalau ada yang menyebarkan aibnya, tapi Allah selalu tahu.
Kadang, orang begitu fokus dengan aib orang lain. Tapi, lupa dengan aib dirinya sendiri. Bayangkan jika aib-aib itu juga Allah buka melalui cara yang tak ia sadari.
Sebenarnya, aib yang diketahui orang lain tentang kita, hanya secuil dari semestinya. Karena aib kita jauh lebih banyak dari yang orang tahu. Dan hanya Allah yang tahu semua aib kita.
Ada yang tidak paham tentang amanah ini. Bukan dijaga, justru aib-aib itu menjadi aset yang bisa ‘dijual’. Ia seolah-olah menjadi sosok yang serba tahu.
Bahkan, kadang ia memancing-mancing orang lain tentang pengetahuannya tentang aib seseorang. Misalnya ucapan, “Nggak tahu ya siapa dia sebenarnya!”
Tidak ada untungnya mengumbar aib orang lain. Tak ada kebaikan yang didapat. Kecuali, aib yang berpotensi membahayakan orang banyak. Misalnya, koruptor yang ingin menjadi pejabat, pria ‘hidung belang’ yang melamar seorang muslimah, dan seterusnya.
Berhati-hatilah dengan rahasia orang lain yang Allah titipkan kepada kita. Mungkin karena kita orang dekatnya, mungkin karena kita gurunya, karena kita atasannya, dan seterusnya.
Kalau kita tak ingin aib tentang diri kita diketahui orang lain, begitu pun yang diinginkan orang lain terhadap kita. Jaga aib yang kita tahu dan kemudian lupakan untuk selamanya. [Mh]